21
sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang harus belajar aktif sendiri. Tanpa
ada aktivitas, belajar tidak mungkin terjadi. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Diedrich dan Susilofy
tersebut, penulis menganalisis aktivitas belajar siswa ke dalam beberapa aspek yang diamati yakni sebagai berikut: 1 keaktifan siswa saat penyajian materi
menggunakan media tiga dimensi; 2 kerja sama siswa dalam mengerjakan tugas kelompok; 3 keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok;
4 keberanian siswa dalam mengemukakan tanggapan atau pendapat; 5 ketekunan siswa dalam menyelesaikan kuis yang diberikan guru.
Dengan demikian dapat disimpulkan aktivitas belajar adalah kegiatan- kegiatan yang dilakukan individu siswa dalam proses belajar yang mendukung
proses pembelajaran baik kegiatan yang bersifat fisik maupun yang bersifat mental.
2.1.6 Hasil Belajar
Menurut Sudjana 2010: 22 hasil belajar adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Bloom dalam
Sudjana 2010: 22 mengklasifikasi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
22
internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretatif. Dari pemaparan tersebut aktivitas belajar siswa pada materi bangun ruang
termasuk dalam ranah afektif karena dalam aktivitas pembelajaran, siswa mengalami penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi dan internalisasi konsep
bangun ruang, sedangkan untuk ranah psikomotor, hasil belajar matematika khusunya materi bangun ruang lebih menekankan pada hasil belajar, keterampilan
dan kemampuan bertindak. Pada aspek kognitif lebih menekankan pada aspek pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi pada
materi bangun ruang.
2.1.7 Performansi Guru
Guru merupakan komponen terpenting dalam peristiwa pembelajaran diabad modern sekarang ini sekalipun sudah serba canggih, fungsi dan peran guru
sukar diganti oleh teknologi modern. Dalam hal ini guru menjadi pusat perhatian karena sangat besar peranannya dalam setiap usaha peningkatan mutu. Kualitas
seorang guru harus menjadi prioritas dalam upaya mengembangkan sebuah pola pendidikan yang efektif. Kualitas seorang guru ditandai dengan kinerjanya dalam
memajukan pendidikan dan mecerdaskan semua siswa. Kinerja guru menurut Wahyudi 2012: 103 adalah prestasi yang
diperlihatkan dalam bentuk perilaku, sedangkan menurut Mangkunegara 2002
23
dalam Wahyudi 2012: 103 menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja guru merupakan prestasi kerja guru sebagai hasil dorongan atau motivasi yang
diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku meliputi menyusun program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan evaluasi dan analisis
evaluasi. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia
Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance assessment
instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian
Kemampuan Guru APKG. Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: 1 rencana pembelajaran teaching plans and materials atau disebut dengann RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran; 2 prosedur pembelajaran classroom procedure
; dan 3 hubungan antar pribadi interpersonal skill. Kinerja atau kompetensi guru juga diatur dalam PP No. 19 Tahun 2005
pasal 28 ayat 3 dan UU No. 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 dalam Sagala 2009: 30, menyatakan kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial. Masing-masing kompetensi terdiri dari beberapa subkompetensi yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1 Kompetensi pedagogik, terdiri dari lima subkompetensi, yaitu: memahami siswa secara mendalam; merancang pembelajaran;
24
melaksanakan pembelajaran; merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran; dan mengembangkan siswa untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. 2 Kompetensi kepribadian, terdiri dari lima subkompetensi, yaitu
kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, dan berakhlak mulia.
3 Kompetensi sosial memiliki tiga subkompetensi. Pertama, mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa. Kedua,
mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. Ketiga, mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali siswa dan masyarakat sekitar.
4 Kompetensi profesional terdiri dari lima subkompetensi yaitu, memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan; memahami
standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan
yang koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.8 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar