118
Peningkatan hasil dan aktivitas belajar siswa juga tidak terlepas dari peningkatan performansi guru dalam pembelajaran dengan model STAD. Hal ini
menjawab teori yang dikemukakan oleh Mangkunegara 2002 dalam Wahyudi 2013: 103, bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja guru merupakan prestasi kerja guru sebagai hasil
dorongan atau motivasi yang diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku meliputi penyusunan program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan
evaluasi dan analisis evaluasi. Untuk mendapatkan proses dan hasil belajar siswa yang berkualitas tentu memerlukan kinerja performansi guru yang maksimal.
Nilai performansi guru siklus I mencapai 86,08 A dan meningkat pada siklus II menjadi 92,89 A. Performansi guru menjadi lebih baik karena guru semakin baik
dalam menerapkan pembelajaran dengan model STAD berbantuan media tiga dimensi pada materi bangun ruang sederhana. Guru sudah melaksanakan semua
kegiatan sesuai yang direncanakan dan lebih optimal dalam melaksanakan model STAD
berbantuan media tiga dimensi.
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penggunaan model STAD berbantuan media tiga dimensi dalam pembelajaran matematika materi bangun
ruang sederhana di kelas IV SD Negeri 2 Tipar Kidul dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta performansi guru. Jika guru akan
menggunakan model STAD berbantuan media tiga dimensi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta performansi guru dalam pembelajaran, maka
119
harus memperhatikan sarana dan prasarana, karakteristik materi pembelajaran, karakteristik siswa, tahapan, alokasi waktu pembelajaran, dan kondisi kelas.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran STAD berbantuan media tiga dimensi membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai karena membutuhkan
persiapan pembelajaran. Jika guru akan menggunakan model STAD berbantuan media tiga dimensi, maka harus memperhatikan ketersediaan dan kemauan guru
dalam berinisiatif membuat jaring-jaring bangun ruang yang dibutuhkan untuk memfasilitasi siswa. Jika guru hanya memanfaatkan papan tulis untuk
mengajukan permasalahan kepada siswa, maka permasalahan akan sulit dipahami siswa dan membutuhkan waktu yang terlalu lama. Untuk membantu siswa
melakukan diskusi kelompok, guru juga harus mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti mempersiapkan media tiga dimensi dan jaring-jaring bangun
ruang. Dalam persiapan ini, guru dapat melibatkan siswa untuk membawa alat- alat yang dibutuhkan. Tersedianya sarana dan prasarana ini akan dapat membantu
aktivitas siswa dalam belajar. Aktivitas belajar siswa dapat meningkat dengan penggunaan model STAD
berbantuan media tiga dimensi. Jika guru akan menggunakan model STAD berbantuan media tiga dimensi untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, maka
guru harus memberikan motivasi, bimbingan, dan penguatan kepada siswa. Misalnya, agar siswa berani menyajikan atau mempresentasikan hasil kerjanya di
depan kelas, maka guru dapat memberi penguatan dengan memberikan lencana bintang kepada kelompok yang mau maju dan dapat mempresentasikannya
dengan benar. Contoh lain untuk menstimulus siswa agar berani berpendapat guru
120
dapat memberikan penghargaan dengan pemberian smile. Untuk pemberian penghargaan terhadap kelompok yang memperoleh skor maksimal dengan
memberikan piagam penghargaan. Model pembelajaran STAD berbantuan media tiga dimensi juga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, namun dalam penerapannya harus memperhatikan karakteristik materi pembelajaran. Jika guru akan menggunakan
model STAD berbantuan media tiga dimensi, maka harus memilih materi pembelajaran yang membutuhkan diskusi untuk meningkatkan pemahaman lebih
baik secara individual maupun kelompok. Jadi, guru akan mudah menyusun skor individual yang akan diakumulasi menjadi perolehan skor maksimal.
Dalam menerapkan model STAD berbantuan media tiga dimensi, guru juga harus memperhatikan karakteristik siswa. Di dalam model STAD, siswa
melakukan kegiatan tahapan-tahapan STAD baik secara individu maupun kelompok dengan berbantuan media tiga dimensi. Jika guru akan menggunakan
model STAD berbantuan media tiga dimensi, maka harus memperhatikan perkembangan mental siswa. Guru harus memperhatikan apakah siswa sudah
mengenal dan memahami alat atau benda-benda seperti balok, kubus, tabung, bola dalam pembelajaran atau belum. Selain itu, guru harus memperhatikan
perkembangan kemampuan berpikir siswa, apakah mereka dapat berpikir kritis dan nalar dalam mengerjakan LKS atau dalam pengerjaan teskuis individu.
Karakteristik siswa seperti ini dimiliki oleh siswa kelas tinggi. Oleh karena itu, jika guru akan menggunakan model STAD berbantuan media tiga dimensi, maka
lebih cocok diterapkan untuk siswa kelas tinggi. Secara fisik, siswa kelas tinggi
121
sudah mampu menggunakan alat maupun benda-benda kubus, balok, kerucut, tabung dan bola yang berbentuk tiga dimensi dalam pembelajaran. Siswa kelas
tinggi juga memiliki kemampuan berpikirnya lebih tinggi dan kritis jika dibandingkan dengan siswa kelas rendah. Siswa kelas rendah cepat merasa lelah
jika berpikir terlalu sulit. Dalam pelaksanaan model STAD berbantuan media tiga dimensi, terdapat
beberapa tahapan. Oleh karena itu, model STAD banyak menyita waktu dalam proses pembelajaran ini. Jika guru akan menggunakan model STAD, maka harus
memperhatikan alokasi waktu pembelajaran dan menyesuaikan dengan permasalahan yang diajukan. Alokasi waktu pembelajaran yang dapat digunakan
untuk model STAD minimal yaitu 2 jam pelajaran 2 x 35 menit. Selain itu, jika guru akan menerapkan model STAD di kelas juga harus memperhatikan
pembagian kelompok harus dibagi secara heterogen, seperti mewakili jenis kelamin, tingkat kognitifitas, ras, suku dan lainnya. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi kesenjangan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Sehingga guru harus membagi kelompok dengan baik. Selain itu, guru harus memberikan
bimbingan yang menyeluruh kepada setiap kelompok untuk saling bekerjasama, sehingga semua anggota kelompok terlibat aktif dalam proses belajar.
122
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil PTK pada siklus I dan II, model pembelajaran STAD berbantuan media tiga dimensi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri 2 Tipar Kidul Banyumas pada mata pelajaran Matematika. Persiapan dan pelaksanaan pembelajaran yang kompleks dalam
menerapkan model pembelajaran STAD berbantuan media tiga dimensi menjadikan aktivitas, hasil belajar siswa dan performansi guru menjadi lebih baik.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD berbantuan media tiga dimensi dapat meningkatkan aktivitas, hasil belajar siswa, dan
performansi guru dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang sederhana di kelas IV SD Negeri 2 Tipar Kidul Banyumas. Peningkatan tersebut ditunjukkan
oleh: 1 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa
Peningkatan aktivitas belajar siswa dilihat dari kehadiran siswa dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Rata-rata kehadiran siswa pada
siklus I sudah mencapai 100 begitu pula dengan rata-rata kehadiran siswa yang mecapai 100 pada siklus II. Keterlibatan siswa dalam
pembelajaran siklus I mencapai 72,04 tinggi dan meningkat pada siklus II menjadi 82,50 sangat tinggi. Keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran diperoleh dari hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar