Model Pembelajaran Kooperatif Kajian Teori

46 pembelajaran. Ada beberapa jenis model pembelajaran diantaranya ialah model pembelajaran langsung, kooperatif, dan lain sebagainya.

2.1.15 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugandi 2006: 103 Model pembelajaran merupakan konsep mewujudkan proses belajar mengajar. Bruce dan Weil 1982 mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pembelajaran ataupun setting lainnya. Ada beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Cohen 1994: 3 dalam Asma 2006: 11 mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut. Cooperative learning will be defined as student working together in a group small enough that everyone participate on a collective task that has been clearly assingn. Moreover, students are expected to carry out their task without direct and immediate supervision of the teacher. Definisi yang dikemukakan oleh Cohen tersebut di samping memiliki pengertian luas yang meliputi belajar kooperatif cooperative learning, dan kerja kelompok group work, juga menunjukkan ciri sosiologis yaitu penekanannya pada tugas-tugas kolektif yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok dan pendelegasian wewenang dari guru kepada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa menyelesaikan materi atau tugas. Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran dikusi atau kolaboratif. Berikut ini definisi pembelajaran kolaboratif yang diungkapkan oleh Smith dan MacGregor dalam Hutchinson Collaborative learning is the actual 47 social engagement and exchange between the members of a group; the process of working and interacting together to arrive at an answer or solution to the learning task . Pembelajaran kolaboratif adalah keterlibatan sosial aktual dan pertukaran antara para anggota kelompok; proses kerja dan berinteraksi bersama untuk sampai pada jawaban atau solusi untuk tugas belajar Roger dan Johnson 2002 dalam Suprijono 2012: 58 mengemukakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut yaitu: 1 Positive interdependence saling ketergantungan positif Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu: a Menumbuhkan perasaan siswa bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Siswa harus bekerjasama untuk dapat mencapai tujuan. 48 b Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan. c Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya, mereka belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu. d Setiap siswa ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan siswa lain dalam kelompok. 2 Personal responsibility tanggung jawab perseorangan Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan yaitu: a Kelompok belajar jangan terlalu besar. b Melakukan asesmen terhadap setiap siswa. 49 c Memberi tugas kepada siswa, siswa dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh peserta didik di depan kelas. d Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok. e Menugasi siswa mengajar temannya. 3 Face to face promotive interaction interaksi promotif Unsur ini dapat menghasilkan ketergantungan positif. Ciri – ciri interaksi promotif yaitu : a Saling membantu secara efektif dan efisien. b Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan. c Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efeisien. d Saling mengingatkan. e Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi. f Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. 4 Interpersonal skill komunikasi antar anggota Untuk mengoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan, siswa harus: a Saling mengenal dan mempercayai. b Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius. c Saling menerima dan saling mendukung. 50 d Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. 5 Group processing pemrosesan kelompok Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Guru dapat mengetahui siapa yang membantu dan tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

2.1.16 Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions STAD

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 7 166

Penggunaan Media Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa.

2 9 166

PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI 2 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 18 58

JUDUL INDONESIA: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA KELAS IV SDN 2 REJOSARI

0 2 40

PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING BERBANTUAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMBACA AKSARA JAWA NGLEGENA PADA SISWA KELAS III SDN 2 PEKAJA KABUPATEN BANYUMAS

0 24 246

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

0 5 407

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SIFAT SIFAT BANGUN DATAR SISWA KELAS V SDN 2 KALIORI BANYUMAS MELALUI MODEL JIGSAW BERBANTUAN MEDIA PAPAN BERPAKU

1 20 296

PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA RUANG DIMENSI TIGA REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION SEBAGAI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA RUANG DIMENSI TIGA

0 0 17

PENGGUNAAN ALAT PERAGA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG.

0 2 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA BLOK PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 DAREN

0 0 23