GDP Indonesia YIRt Penawaran Domestik SDt Konsumsi Domestik Kopi Indonesia Ct

Tabel 19. Hasil Dugaan Persamaan Konsumsi Kopi Indonesia Tahun 1980-2005 Variabel Notasi Parameter dugaan Taraf Nyata Elastisitas Intersep GDP per kapita riil Indonesia Harga domestik riil kopi Indonesia Intersep YIRt PDRt 84707 0.130 -0.005 0.022 a 0.407 0.064 a - 0.0008 0.11 R 2 = 68.0 F statistik = 9.09 Durbin Watson d = 1.98 P value = 0.001 Keterangan : a= nyata pada taraf 10 Untuk mengetahui ada tidaknya mulikolinearitas maka dilakukan dengan cara membandingkan koefisien determinasi R 2 dengan koefisien korelasi sederhana peubah bebas r ij yang dikuadratkan lihat Tabel 20. Dengan memperhatikan matriks tesebut menunjukkan bahwa nilai R 2 lebih besar dari r 2 , sehingga dapat dikatakan tidak ada masalah multikolinearitas. Tabel 20. Matriks Korelasi Antar Peubah-Peubah Beba s r ij y a n g Dikuadratkan pada Persamaan Konsumsi Kopi IndonesiaTahun 1980-2005 Peubah Ct YIRt YIRt 0.279 PDRt 0.219 0.016 Berapa besar pengaruh peubah-peubah penjelas terhadap produksi kopi Indonesia dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini :

1. GDP Indonesia YIRt

Parameter dugaan pada peubah GDP Indonesia bernilai 0.130, artinya bila terjadi peningkatan GDP Indonesia sebesar satu USD, maka akan meningkatkan konsumsi kopi Indonesia sebesar 0.130 ton. GDP Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kopi Indonesia. Sementara itu, parameter dugaan bertanda positif sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar 0.0008, artinya bila terjadi peningkatan GDP I ndonesia sebesar seratus persen, maka akan meningkatkan konsumsi kopi Indonesia 0.08 persen, ceteris paribus. Nilai elastisitas sebesar 0.0008 ini menunjukkan bahwa konsumsi kopi Indonesia tidak responsif inelastis terhadap perubahan GDP Indonesia.

2. Harga Domestik Kopi Indonesia PDRt

Parameter dugaan pada peubah harga domestik kopi Indonesia bernilai 0.005, artinya bila terjadi peningkatan harga domestik kopi Indonesia sebesar satu Rpton, maka akan mengakibatkan penurunan pada konsumsi kopi Indonesia sebesar 0.005 ton. Harga domestik kopi Indonesia berpengaruh nyata pada taraf 10 terhadap konsumsi kopi Indonesia. Sementara itu, parameter dugaan bertanda negatif sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar 0.11, artinya bila terjadi peningkatan harga domestik kopi Indonesia sebesar seratus persen, maka akan meningkatkan konsumsi kopi Indonesia 11 persen, ceteris paribus. Nilai elastisitas jangka pendek sebesar 0.11 ini menunjukkan bahwa konsumsi kopi Indonesia tidak responsif inelastis terhadap perubahan harga domestik kopi Indonesia.

5.3.3. Harga Domestik Kopi Indonesia

Hasil dugaan persamaan harga domestik kopi Indonesia menunjukkan bahwa semua tanda parameter dugaan sesuai dengan hipotesis yang diharapkan Tabel 21. Peubah penjelas yang digunakan meliputi penawaran domestik kopi Indonesia SDt, konsumsi domestik kopi Indonesia Ct dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat ERAt. Sementara peubah endogen adalah harga domestik kopi Indonesia PDRt. Dari hasil regresi persamaan produksi diperoleh koefisien determinasi R 2 sebesar 39.6 persen yang berarti 39.6 persen perubahan naikturun harga domestik kopi Indonesia dapat dijelaskan oleh variasi peubah-peubah penjelas dalam persamaan yaitu oleh SDt, Ct dan ERIt. Sedangkan 60.4 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam persamaan. Tabel 21. Hasil Dugaan Persamaan Harga Domestik Kopi Indonesia Tahun 1980-2005 Variabel Notasi Parameter dugaan Taraf Nyata Elastisitas Intersep Penawaran domestik Konsumsi domestik kopi Indonesia Nilai tukar riil Rupiah terhadap Amerika Serikat Intersep SDt Ct ERAt 34017 -1.45 13.2 294 0.149 0.761 0.359 0.588 - -0.06 0.58 0.24 R 2 = 39.6 F statistik = 3.02 Durbin Watson d = 1.62 P value = 0.001 Variabel penjelas pada persamaan secara bersama-sama dapat menjelaskan keragaman variabel endogen yang ditunjukkan oleh nilai F statistik yang nyata pada taraf 5 persen. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, maka diuji dengan d Durbin Watson DW, dan diperoleh DW sebesar 1.62 yang nyata pada taraf 5 persen. Nilai DW ini berada pada selang dl d 4-du dengan nilai sebesar 1.14 dan 4-du sebesar 2.35, sehingga nilai DW sebesar 1.62 menunjukkan tidak ada masalah autokorelasi. Tabel 22. Matriks Korelasi Antar Peubah-Peubah Bebas r ij y a n g Dikuadratkan pada Persamaan Harga Domestik Kopi Indonesia Tahun 1980-2005 Peubah PDRt SDt Ct SDt 0.097 Ct 0.219 0.221 ERIt 0.023 0.123 0.053 Untuk mengetahui ada tidaknya mulikolinearitas maka dilakukan dengan cara membandingkan koefisien determinasi R 2 dengan koefisien korelasi sederhana peubah bebas r ij y a n g dikuadratkan lihat Tabel 22. Dengan memperhatikan matriks tesebut menunjukkan bahwa nilai R 2 lebih besar dari r 2 , sehingga dapat dikatakan tidak ada masalah multikolinearitas. Berapa besar pengaruh peubah-peubah penjelas terhadap produksi kopi Indonesia dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini :

1. Penawaran Domestik SDt

Parameter dugaan pada peubah penawaran domestik bernilai -1.45, artinya bila terjadi peningkatan penawaran domestik sebesar satu ton, maka akan mengakibatkan penurunan pada harga domestik kopi Indonesia sebesar 1.45 Rpton. Penawaran domestik tidak berpengaruh nyata terhadap harga domestik kopi Indonesia. Sementara itu, parameter dugaan bertanda negatif sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar -0.06, artinya bila terjadi peningkatan penawaran domestik s ebesar seratus persen, maka akan meningkatkan harga domestik kopi Indonesia 6 persen, ceteris paribus. Nilai elastisitas sebesar 0.06 ini menunjukkan bahwa harga domestik kopi Indonesia tidak responsif inelastis terhadap perubahan penawaran domestik.

2. Konsumsi Domestik Kopi Indonesia Ct

Parameter dugaan pada peubah konsumsi domestik kopi Indonesia bernilai 13.2, artinya bila terjadi peningkatan konsumsi domestik kopi Indonesia sebesar satu ton, maka akan mengakibatkan penurunan pada harga domestik kopi Indonesia sebesar 13.2 Rpton. Konsumsi domestik kopi Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap harga domestik kopi Indonesia. Sementara itu, parameter dugaan bertanda positif sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar 0.58, artinya bila terjadi peningkatan konsumsi domestik kopi Indonesia sebesar seratus persen, maka akan meningkatkan harga domestik kopi Indonesia 58 persen, ceteris paribus. Nilai elastisitas sebesar 0.58 ini menunjukkan bahwa harga domestik kopi Indonesia tidak responsif inelastis terhadap perubahan konsumsi domestik kopi Indonesia.

3. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat ERAt