GDP Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kopi
Indonesia. Sementara itu, parameter dugaan bertanda positif sesuai dengan hipotesis yang diharapkan.
Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar 0.0008, artinya bila terjadi
peningkatan GDP I ndonesia sebesar seratus persen, maka akan meningkatkan
konsumsi kopi Indonesia 0.08 persen, ceteris paribus. Nilai elastisitas sebesar 0.0008 ini menunjukkan bahwa konsumsi kopi Indonesia tidak responsif
inelastis terhadap perubahan GDP Indonesia.
2. Harga Domestik Kopi Indonesia PDRt
Parameter dugaan pada peubah harga domestik kopi Indonesia bernilai 0.005, artinya bila terjadi peningkatan harga domestik kopi Indonesia sebesar satu
Rpton, maka akan mengakibatkan penurunan pada konsumsi kopi Indonesia sebesar 0.005 ton.
Harga domestik kopi Indonesia berpengaruh nyata pada taraf 10
terhadap konsumsi kopi Indonesia. Sementara itu, parameter dugaan bertanda negatif sesuai dengan hipotesis yang diharapkan.
Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar 0.11, artinya bila terjadi
peningkatan harga domestik kopi Indonesia sebesar seratus persen, maka akan
meningkatkan konsumsi kopi Indonesia 11 persen, ceteris paribus. Nilai elastisitas jangka pendek sebesar 0.11 ini menunjukkan bahwa konsumsi kopi Indonesia
tidak responsif inelastis terhadap perubahan harga domestik kopi Indonesia.
5.3.3. Harga Domestik Kopi Indonesia
Hasil dugaan persamaan harga domestik kopi Indonesia menunjukkan bahwa semua tanda parameter dugaan sesuai dengan hipotesis yang diharapkan
Tabel 21. Peubah penjelas yang digunakan meliputi penawaran domestik kopi Indonesia SDt, konsumsi domestik kopi Indonesia Ct dan nilai tukar riil
Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat ERAt. Sementara peubah endogen adalah harga domestik kopi Indonesia PDRt. Dari hasil regresi persamaan
produksi diperoleh koefisien determinasi R
2
sebesar 39.6 persen yang berarti 39.6 persen perubahan naikturun harga domestik kopi Indonesia dapat
dijelaskan oleh variasi peubah-peubah penjelas dalam persamaan yaitu oleh SDt, Ct dan ERIt. Sedangkan 60.4 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
terdapat dalam persamaan. Tabel 21. Hasil Dugaan Persamaan Harga Domestik Kopi Indonesia
Tahun 1980-2005 Variabel
Notasi Parameter
dugaan Taraf
Nyata Elastisitas
Intersep Penawaran domestik
Konsumsi domestik kopi Indonesia
Nilai tukar riil Rupiah terhadap Amerika Serikat
Intersep SDt
Ct ERAt
34017 -1.45
13.2 294
0.149 0.761
0.359 0.588
- -0.06
0.58 0.24
R
2
= 39.6 F statistik = 3.02 Durbin Watson d
= 1.62 P value = 0.001 Variabel penjelas pada persamaan secara bersama-sama dapat menjelaskan
keragaman variabel endogen yang ditunjukkan oleh nilai F statistik yang nyata pada taraf 5 persen. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, maka diuji
dengan d Durbin Watson DW, dan diperoleh DW sebesar 1.62 yang nyata pada
taraf 5 persen. Nilai DW ini berada pada selang dl d 4-du dengan nilai
sebesar 1.14 dan 4-du sebesar 2.35, sehingga nilai DW sebesar 1.62 menunjukkan tidak ada masalah autokorelasi.
Tabel 22. Matriks Korelasi Antar Peubah-Peubah Bebas r
ij
y a n g Dikuadratkan pada Persamaan Harga Domestik Kopi Indonesia
Tahun 1980-2005 Peubah PDRt SDt Ct
SDt 0.097 Ct 0.219 0.221
ERIt 0.023 0.123 0.053
Untuk mengetahui ada tidaknya mulikolinearitas maka dilakukan dengan cara membandingkan koefisien determinasi R
2
dengan koefisien korelasi sederhana peubah bebas r
ij
y a n g dikuadratkan lihat Tabel 22. Dengan memperhatikan matriks tesebut menunjukkan bahwa nilai R
2
lebih besar dari r
2
, sehingga dapat dikatakan tidak ada masalah multikolinearitas. Berapa besar
pengaruh peubah-peubah penjelas terhadap produksi kopi Indonesia dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini :
1. Penawaran Domestik SDt