Kopi jenis Robusta ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan daerah sentra produksi di pulau Sumatera adalah Sumatera Selatan, Lampung dan
Sumatera Utara, sedangkan di pulau Jawa berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur Turnip, 2002. Kopi jenis Arabika masih dibudidayakan tetapi ditanam hanya di
wilayah tertentu saja yang dianggap memenuhi persyaratan tumbuh kopi jenis Arabika yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa
Timur Sihotang, 1996.
2.3. Luas Areal dan Produksi Kopi Indonesia
Perkebunan kopi di Indonesia dikelola dalam tiga bentuk pengusahaan yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar
Swasta. Dari seluruh luas areal perkebunan kopi Indonesia, 93.07 persen luas areal perkebunan kopi dimiliki oleh Perkebunan Rakyat, sedangkan sisanya oleh
Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta masing- masing sebesar 3.93 persen dan 3.62 persen. Jenis kopi yang ditanam oleh Perkebunan Rakyat,
Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta meliputi dua jenis kopi, yaitu kopi jenis Robusta sebesar 93 persen dan kopi jenis Arabika sebesar 3
persen Lubis, 2002. Pengenalan kopi jenis Robusta sejak tahun 1900 di Indonesia berdampak
pada peningkatan hasil produksi. Kopi jenis ini tahan penyakit, keras dan memberi hasil yang tinggi. Walaupun kopi jenis Robusta memperoleh harga yang lebih
rendah dari kopi jenis Arabika, namun adanya pertumbuhan permintaan dunia akan kopi jenis ini berdampak pada permintaan kopi jenis Robusta. Pada tahun
1930 luas areal perkebunan kopi meningkat mencapai 130 300 hektar dan produksi kopi keseluruhan meningkat sepanjang tahun 1930. Kemudian,
penurunan harga kopi pada tahun 1932 berdampak pada pengurangan luas penanaman kopi sebesar 96 100 hektar Spillane, 1990.
Pada tahun 1940 peranan perkebunan besar lebih menonjol dibandingkan dengan perkebunan rakyat, menghasilkan sekitar 69 persen dari seluruh nilai
ekspor kopi Indonesia. Namun pada periode selanjutnya, areal perkebunan besar merosot hampir seperempat dari luas areal sebelumnya. Sementara itu, luas areal
dan produksi perkebunan rakyat terus berkembang Siswoputranto, 1993. Hal ini menunjukkan adanya biaya yang berbeda-beda menurut masing- masing
perkebunan. Perkebunan rakyat dengan biaya produksi yang rendah dan tenaga kerja yang dari keluarga sendiri lebih menguntungkan dibandingkan dengan
perkebunan besar dengan biaya produksi tinggi dan lebih bergantung pada buruh upahan Spillane, 1990. Pada tahun 1955, luas areal perkebunan rakyat mencapai
148 000 hektar dan perkebunan besar mencapai 47 100 hektar. Produksi perkebunan rakyat mencapai 47 300 ton dan produksi perkebunan besar hanya
menghasilkan 15 200 ton. Pada periode tahun 1961-1970, luas areal perkebunan rakyat semakin meningkat, yang diikuti dengan peningkatan produksi dari
perkebunan rakyat Spillane, 1990. Pada tahun 1980 luas areal Perkebunan Rakyat sebesar 663 601 hektar
dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 1 202 392 hektar. Sedangkan Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta tidak banyak mengalami
perubahan luas areal masing- masing sebesar 20 925 hektar dan 22 938 hektar pada tahun 1980 dan hanya meningkat menjadi 26 641 hektar dan 26 239 hektar
pada tahun 2005 Lampiran 1. Perkembangan luas areal pada Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta yang cenderung tidak banyak mengalami
perubahan disebabkan adanya kebijakan pemerintah Indonesia untuk membatasi perluasan areal, khususnya untuk Perkebunan Besar guna mencegah terjadi
surplus produksi. Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta hanya boleh memperbaiki tanaman yang rusak dan melakukan peremajaan tanaman kopi
Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991 dalam Sihotang, 1996. Areal perkebunan kopi tersebar di seluruh wilayah Negara Indonesia.
Areal perkebunan kopi yang paling luas pada tahun 2004 terletak di Propinsi Sumatera Selatan seluas 272 542 hektar dan yang tidak mempunyai wilayah
perkebunan kopi sama sekali adalah Propinsi DKI Jakarta Lampiran 3. Produksi kopi di Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh Perkebunan
Rakyat, yaitu rata-rata sekitar 96 persen dari total produksi dan sisanya dihasilkan oleh Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta Lampiran 1.
Produksi kopi dari Perkebunan Rakyat pada tahun 1980 adalah sebesar 276 295 ton dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 615 556 ton. Sedangkan
produksi kopi dari Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta pada tahun 1980 masing- masing sebesar 13 212 ton dan 5 466 ton dan pada tahun 2005
hanya meningkat menjadi 17 034 ton dan 7 775 ton Lampiran 2. Produksi kopi terbesar pada tahun 2004 berasal dari Propinsi Sumatera Selatan sebesar 144 162
ton Lampiran 4. Hampir seluruh luas areal tanaman kopi yang diusahakan adalah kopi jenis
Robusta. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 1999 dari seluruh luas areal tanaman kopi 1 127 277 hektar sekitar 89.9 persen ditanami
oleh kopi jenis Robusta dan hanya sekitar 10.1 persen ditanami oleh kopi jenis Arabika. Pada tahun 2005, dari seluruh luas areal tanaman kopi 1 302 043
hektar luas areal yang ditanami oleh kopi jenis Robusta meningkat menjadi sekitar 91.5 persen dari total luas areal perkebunan kopi Tabel 4.
Tabel 5. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kopi Indonesia Berdasarkan Jenis, Tahun 1999-2005
Kopi Arabika Kopi Robusta
Jumlah Tahun
Luas Areal Ha
Produksi Ton
Luas Areal Ha
Produksi Ton
LuasAreal Ha
Produksi Ton
1999 113 407
72 766 1 013 870
458 923 1 127 277
531 689 2000
107 465 42 988
1 153 222 511 586
1 260 687 554 574
2001 82 807
23 071 1 230 576
546 163 1 313 383
569 234 2002
91 293 25 116
1 280 891 656 963
1 372 184 682 079
2003 99 393
43 356 1 195 495
628 273 1 294 888
671 629 2004
110 416 46 985
1 190 377 627 553
1 300 793 674 538
2005 110 486
47 030 1 191 557
627 821 1 302 043
674 851
Estimasi Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, Tahun 2006
2.4. Pemasaran Kopi Indonesia