Perkembangan Harga Kopi Indonesia

memperoleh kopi dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhannya Gambar 2. EKSPORTIR IMPORTIR BROKER ROASTER PENGECER Gambar 2. Saluran Pemasaran Kopi di Luar Negeri Sumber : Diadaptasi dari Spillane 1990 Pada umumnya kopi dijual dengan sistem harga yang disebut free on board FOB, tetapi beberapa organisasi perdagangan menjual dengan sistem harga cost insurance and freight CIF. Selain penjualan seperti diatas, masih dilaksanakan pula penjualan secara konsinyasi. Kopi dikirim ke negara-negara impor, walaupun belum ada pembelinya. Kopi ini baru ditawarkan dan dilaksanakan penjualannya setelah sampai di negara impor. Beberapa negara termasuk Indonesia melakukan penjualan kopi di negara- negara masing- masing. Pihak-pihak importir membeli langsung dari perusahaan- perusahaan perkebunan atau perusahaan-perusahaan eksportir, yang selanjutnya diurus oleh pihak pembeli. Ada juga yang menawarkan kopi melalui pusat-pusat pasaran komoditi, terutama melalui Coffee and Sugar Exchange di New York, Terminal Market di London,di Paris, Los Angeles. Di pusat pasaran kopi inilah bertemu para broker, baik yang mewakili perusahaan-perusahaan penjualan yang ada di banyak negara produsen maupun perusahaan-perusahaan impor.

2.5. Perkembangan Harga Kopi Indonesia

Komoditas kopi merupakan salah satu komoditas yang harganya fluktuatif. Harga internasional yang fluktuatif sangat berpengaruh pada harga domestik kopi Indonesia. Hal ini disebabkan produksi kopi Indonesia yang sebagian besar ditujukan untuk ekspor. Fluktuasi harga internasional terutama berkaitan dengan kebijakan yang diambil ICO dari sisi produksi, terutama produksi kopi di Brazil. Sebagai contoh, karena frost di Brazil dan gangguan iklim di Columbia pada tahun 1976, harga kopi meningkat tajam. Kemudian, ICO mengontrol harga namun kurang berhasil sehingga harga kopi cenderung menurun dan tidak stabil sampai dengan tahun 1982 Akiyama, 1994. Kemarau panjang di Cote d’Ivoire pada tahun 1983 sempat meningkatkan harga kopi pada tahun tersebut, namun turun kembali sebagai akibat belum seimbangnya antara penawaran dan permintaan. Tahun 1985 harga kembali meningkat sebagai akibat kemarau panjang di Brazil. Pada periode 1986-1989, harga kopi terus menurun. Pada tahun 1989, harga kopi Arabika dan Robusta masing- masing hanya USD 0.85 dan USD 0.52 per kg. Kecenderungan harga yang terus menurun menunjukkan bahwa ICO tidak lagi efektif dalam mengontrol harga kopi dunia. Oleh sebab itu, sejak tahun 1988 ICO tidak lagi mengintervensi harga kopi. Dengan stok yang menumpuk, harga kopi terus menurun pada titik terendah yaitu USD 0.64 dan USD 0.42 masing- masing untuk kopi Arabika dan Robusta Boye and Lord, 1994. Tabel 6 menunjukkan perkembangan harga kopi Indonesia di pasar domestik untuk jenis Robusta, karena jenis kopi ini merupakan jenis kopi Indonesia yang paling banyak diekspor ke luar negeri dan untuk jenis Arabika. Harga kopi jenis Robusta dan Arabika mengalami peningkatan dari 1 889 Rupiah pada tahun 1993 menjadi 4 295 Rupiah pada tahun 1994 Tabel 6. Peningkatan harga kopi Indonesia pada tahun 1994 disebabkan adanya peningkatan kembali harga kopi dunia. Sejak tahun 1988 pasar kopi dunia tidak lagi dikendalikan oleh ICO. Pelepasan stok kopi dunia tahun sebelumnya menyebabkan harga kopi menurun tajam dan mencapai titik terendah pada tahun 1992. Mengingat harga terus menurun, ICO kembali memperbarui perjanjiannya guna mengontrol harga kopi. Kebijakan yang diintroduksikan adalah menggunakan universal kuota, pemisahan antara kuota Arabika dan Robusta, serta pengaturan stok. Kebijakan ini cukup efektif untuk meningkatkan harga kopi. Kenaikan harga tersebut berhubungan pula dengan penurunan produksi yang dialami Brazil sebagai akibat sering terjadinya frost. Dengan adanya perjanjian baru tersebut harga kopi dunia mulai mengalami peningkatan sejak tahun 1993. Peningkatan harga dunia berpengaruh pada peningkatan harga kopi Indonesia dalam negeri. Adanya peningkatan harga kopi Indonesia kembali mendatangkan investasi- investasi baru di sektor industri kopi dan meningkatkan kembali penggunaan input, tenaga kerja maupun pemeliharaan tanaman kopi. Tabel 5. Perkembangan Harga Kopi Robusta dan Arabika di Pasar Domestik Indonesia,Tahun 1992-2000 Tahun Harga Kopi Robusta RpKg Harga Kopi Arabika RpKg 1992 1 409 5 033 1993 1 889 6 345 1994 4 295 7 115 1995 4 768 7 261 1996 4 308 7 357 1997 4 738 12 333 1998 12 321 21 410 1999 13 439 14 950 2000 8 800 13 197 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, Tahun 2006

2.6. Ekspor Kopi Indonesia