Gambar 4.5 menjelaskan, kondisi awal pada indikator pertama didapatkan skor 57,5 sedangkan kondisi akhir didapatkan skor 70,5. Kondisi
awal pada indikator kedua didapatkan skor 54,5 sedangkan kondisi akhir didapatkan skor 70. Kondisi awal pada indikator ketiga didapatkan skor 60,5
sedangkan kondisi akhir didapatkan skor 72. Kondisi awal pada indikator keempat didapatkan skor 60 sedangkan kondisi akhir didapatkan skor 74.
Kondisi awal pada indikator kelima didapatkan skor 67,5 sedangkan kondisi akhir didapatkan skor 73,5. Kondisi awal pada indikator keenam didapatkan
skor 66 sedangkan kondisi akhir didapatkan skor 71,5. Indikator keseluruhan siklus I didapatkan skor 61 sedangkan siklus 2 didapatkan skor 72.
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi KPK dan
FPB siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran. 1.
Proses Penerapan Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan Pembelajaran
kontekstual dalam setiap pertemuan. Komponen pembelajaran kontekstual sudah diterapkan saat penelitian di setiap pembelajaran dan sesuai dengan
apa yang peneliti rencanakan pada RPP. Komponen pembelajaran kontekstual yang diterapkan adalah konstruktivisme, bertanya, masyarakat
belajar, inkuiri,
pemodelan, refleksi,
dan penilaian
sebenarnya. Konstruktivisme dalam penelitian ini terlihat saat siswa mengerjakan LKS
bilangan prima dan mengerjakan soal cerita KPK dan FPB. Bertanya terdapat pada kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa atau siswa dan
guru. Masyarakat belajar terjadi dengan adanya kerjasama antar siswa dalam suatu kelompok. Inkuiri pada penelitian ini terdapat pada kegiatan
memahami konsep KPK dan FPB dengan menggunakan media. Pemodelan terdapat saat guru yang melibatkan siswa untuk mencoba
dan menjawab pertanyaan mengenai media. Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran berisikan tentang kendala dan pengalaman yang ditemukan
siswa selama pembelajaran juga perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran. Penilaian sebenarnya yang terdapat pada rubrik penilaian
yang telah peneliti tentukan sebelumnya. 2.
Hasil Belajar Hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran berdasarkan hasil
evaluasi yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan khususnya pada materi KPK dan FPB. Data hasil belajar
belajar siswa diperoleh dari jumlah rata-rata hasil evaluasi yang dilakukan disetiap akhir siklus I dan II. Penerapan pembelajaran kontekstual dengan
menggunakan 7 komponen dapat meningkatkan rata-rata dan persentase ketuntasan siswa, hal tersebut sejalan dengan pendapat, Chaedar 2002: 68
bahwa pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran
akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna didalam tugas sekolah.
Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Lestari 2009 karena memiliki variabel yang sama yaitu hasil belajar
dan menggunakan pembelajaran kontekstual. Agar dapat mengetahui target dan pencapaian dalam penelitian ini,
peneliti menjabarkannya dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.25 Perbandingan Target dan Pencapaian Penelitian Peubah
Indikator Kondisi
Awal Siklus I
Siklus II Siklus Akhir
Target Capaian
Target Capaian
Target Capaian
Hasil belajar
Nilai rata- rata siswa
62,8 75
75,3 80
82,5 85
86,3 Presentase
jumlah siswa
mencapai KKM
50,4 60
63,6 70
76,6 80
90
Hasil belajar siswa yang diperoleh dari setiap evaluasi didapatkan rata-rata yang mengalami peningkatan. Peningkatan dapat dilihat mulai dari
kondisi awal dengan rata-rata 62,8 dan terjadi peningkatan sebanyak 12,2 dan diperoleh rata-rata 75,3 di siklus I dengan target pencapaian 75. Rata-
rata kelas juga meningkat dari siklus I yaitu 75,3 menjadi 82,5 di siklus II dengan target pencapaian 80 atau meningkat sebanyak 6,9. Capaian evaluasi
akhir juga meningkat dari siklus II yaitu 82,5 menjadi 86,3 di evaluasi akhir dengan target 85 atau meningkat sebanyak 3,98.
Selain rata-rata kelas peningkatan juga dapat dilhat dari persentase pemerolehan KKM dan telah mencapai target yang ditentukan. Hal ini dapat
dilihat dari persentase ketuntasan pada kondisi awal yaitu 50,4 meningkat menjadi 63,6 di siklus I dari target 60 atau meningkat sebanyak 13,2.
Persentase ketuntasan pada siklus II yaitu 76,6 dari target 70 yang artinya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengalami peningkatan dari siklus I sebanyak 6,6. Evaluasi akhir yang merupakan evaluasi gabungan siklus I dan siklus II diperoleh persentase
ketuntasan sebanyak 90 dari target 80 atau meningkat sebanyak 10 dari siklus II. Dengan demikian, penelitian ini membuktikan bahwa
hipotesis penggunaan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar materi KPK dan FPB siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran.
3. Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II maka didapatkan hasil bahwa ada peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran ketika mengikuti pembelajaran Matematika pada materi KPK dan FPB melalui penerapan pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan siswa sesuai dengan pendapat Johnson 2007: 183 berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas
yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan menganalisis asumsi. Penelitian ini mempunyai
relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Husen Windayana variabel yang sama yaitu kemampuan berpikir kritis. Hasil kuesioner dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.26 Perbandingan Pencapaian Nilai Kuesioner Berpikir Kritis No
Indikator Nilai Kondisi Awal
Nilai Kondisi Akhir 1.
Menganalisis argumen 60,15
80,35
2. Mampu bertanya
63,7 81,0
3. Mampu menjawab pertanyaan
61,7 80,7
4. Memecahkan masalah
59,1 80,1
5. Membuat kesimpulan
68,8 82,0
6. Keterampilan mengevaluasi dan
menilai hasil pengamatan 58,15
79,35
Keseluruhan 61,93
80,58
Kondisi awal pada indikator pertama didapatkan nilai sebesar 60,15 dan meningkat pada kondisi akhir dengan nilai 80,35 atau meningkat
sebesar 20,2. Kondisi awal pada indikator kedua didapatkan nilai sebesar 63,7 dan meningkat pada kondisi akhir dengan nilai 81 atau meningkat
sebesar 17,3. Kondisi awal pada indikator ketiga didapatkan nilai 61,7 dan meningkat pada kondisi akhir dengan nilai 80,7 atau meningkat sebesar 19.
Kondisi awal pada indikator keempat didapatkan nilai sebesar 59,1 dan meningkat pada kondisi akhir menjadi 80,1 atau meningkat sebesar 21.
Kondisi awal pada indikator kelima didapatkan nilai sebesar 68,8 dan meningkat pada kondisi akhir yaitu 82 atau meningkat sebesar 13,2.
Indikator keenam juga terjadi peningkatan dari kondisi awal yaitu 58,15 menjadi 79,35 atau meningkat sebesar 21,2.
Nilai kemampuan berpikir kritis secara keseluruhan diperoleh hasil 61,93 pada kondisi awal dan 80,58 pada kondisi akhir. Hasil kuesioner
kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada lampiran 16 dan 17.
Tabel 4.27 Perbandingan Target dan Pencapaian Kuesioner Berpikir Kritis
Indikator Berpikir
Kritis Indikator
Kondisi Awal Target
Kondisi Akhir 1
Persentase jumlah siswa
yang kritis 56,66
75 86,66
2 53,33
75 80
3 50
70 83.33
4 50
70 76,60
5 46.66
75 83,33
6 43.33
75 80
Keseluruhan
46.66 73
86,66
Tabel 4.27 memaparkan peningkatan kemampuan berpikir kritis dapat
dilihat dari persentase jumlah siswa yang kritis. Indikator pertama terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 56,66 tidak kritis
menjadi 86,66 kritis pada kondisi akhir dengan targer 75 atau terjadi peningkatan sebesar 30. Indikator kedua terdapat peningkatan dari
persentase kondisi awal sebesar 53,33 sangat tidak kritis menjadi 80 kritis pada kondisi akhir dengan target 75 atau terjadi peningkatan
sebesar 26,67. Indikator ketiga juga terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 50 sangat tidak kritis menjadi 83,33 kritis pada
kondisi akhir dengan targer 70 atau terjadi peningkatan sebesar 33,33. Indikator keempat terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar
50 sangat tidak kritis menjadi 76,60 cukup kritis pada kondisi akhir dengan targer 70 atau terjadi peningkatan sebesar 26,6. Indikator kelima
juga masih terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 46,66 sangat tidak kritis menjadi 83,33 kritis pada kondisi akhir
dengan targer 75 atau terjadi peningkatan sebesar 36,67. Indikator terakhir juga terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar
43,33 sangat tidak kritis menjadi 80 kritis pada kondisi akhir dengan targer 75 atau terjadi peningkatan sebesar 36,67.
Persentase jumlah siswa yang kritis secara keseluruhan adalah sebanyak 43,33 sangat tidak kritis pada kondisi awal dan meningkat
menjadi 81,11 kritis pada kondisi akhir. Data hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada lampiran 16 dan 17.
Peneliti juga melakukan pengamatan untuk memperkuat data peningkatan berpikir kritis dari hasil kuesioner. Pengamatan dilakukan di
setiap pertemuan selama 2 siklus yang dibantu oleh teman sejawat. Hasil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengamatan oleh peneliti terdapat pada tabel 26 agar dapat dilihat peningkatannya sebagai berikut:
Tabel 4.28 Peningkatan Berpikir Kritis dari Hasil Pengamatan
Siklus I Siklus II
Nilai Rata-Rata Persentase
Nilai Rata-Rata Persentase
63,6 40
79,6 83,33
Berdasarkan tabel 4.28 terdapat 6 indikator yang menjadi fokus penelitian dengan hasil pada kondisi awal dan kondisi akhir. Rata-rata hasil
pengamatan kemampuan berpikir kritis secara keseluruhan pada siklus I didapatkan nilai 63,6 tidak kritis dan meningkat menjadi 79,6 kritis pada
siklus II. Persentase jumlah siswa yang kritis secara keseluruhan pada siklus I yaitu 40 dan meningkat menjadi 83,33 pada siklus II. Peningkatan
jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebanyak 18 siswa atau meningkat 43,33. Data hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat
pada lampiran 19. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
BAB V PENUTUP