2.2.2 Kondisi-kondisi yang Mempengaruhi Keterlibatan Kerja
Menurut Luthans 2006: 568 terdapat tiga kondisi psikologis yang meningkatkan kemungkinan keterlibatan individu dalam pekerjaan, sebagai
berikut: 1 Perasaaan berarti. Perasaan berarti secara psikologis adalah perasaan
diterima melalui energi fisik, kognitif, dan emosional. Perasaan berarti adalah merasakan pengalaman bahwa tugas yang sedang dikerjakan
adalah berharga, berguna dan atau bernilai.
2 Rasa aman. Rasa aman secara psikologis muncul ketika individu mampu menunjukan atau bekerja tanpa rasa takut atau memiliki
konsekuensi negatif terhadap citra diri, status, dan atau karier. Perasaan aman dan percaya dibangun dalam situasi yang telah
diperkirakan, konsisten jelas tanpa ancaman.
3 Perasaan ketersediaan. Perasaan ketersediaan secara psikologis berarti individu merasa bahwa sumber-sumber yang memberikan kecukupan
fisik personal, emosional, dan kognitif tersedia pada saat-saat yang dibutuhkan.
Selain tiga kondisi psikologis di atas, Gallup dalam Luthans 2006: 568 menyatakan bahwa “Penyebab utama keterlibatan kerja ialah kecocokan jenis
pekerjaan dengan karyawan”. Jadi, apabila seorang pegawai merasa cocok atau senang dengan jenis pekerjaan yang ditekuninya, maka pegawai tersebut akan
memiliki keterlibatan kerja yang baik.
2.2.3 Dimensi Keterlibatan Kerja
Menurut Robbins dan Judge 2008: 100 “Keterlibatan kerja dapat diukur
dengan beberapa dimensi diantaranya: keaktifan seseorang dalam pekerjaannya, rasa memihak terhadap pekerjaan, dan menganggap pekerjaan penting sebagai
bentuk penghargaan diri ”. Dari pendapat ahli di atas, maka penjelasan dari
masing-masing dimensi keterlibatan kerja adalah sebagai berikut:
1 Aktif berpartisipasi dalam pekerjaannya Aktif berpartisipasi dalam pekerjaan dapat menunjukkan seorang pekerja
terlibat dalam pekerjaanjob involvement ’nya. Aktif partisipasi adalah perhatian
seseorang terhadap sesuatu. Berdasarkan keaktifan seseorang inilah maka dapat diketahui seberapa seorang pegawai perhatian, peduli, dan menguasai bidang
tugas yang ditekuninya. 2 Rasa memihak terhadap pekerjaan
Apabila karyawan tersebut memihak terhadap pekerjaannya, maka mereka akan merasa bahwa pekerjaanya adalah hal yang utama. Seorang karyawan yang
mengutamakan pekerjaannya akan selalu berusaha yang terbaik untuk pekerjaannya dan mengganggap pekerjaannya sebagai pusat yang menarik dalam
hidup dan yang pantas untuk diutamakan. Jadi, karyawan akan lebih memperhatikan pekerjaannya atau kepentingan organisasi dari pada kepentingan
individu atau pribadi. 3 Menganggap penting kinerja sebagai bentuk penghargaan diri
Luthans 2006: 230 menyatakan bahwa “penghargaan diri berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk menilai diri dan citra diri ”. Orang yang
memiliki penghargaan diri lebih tinggi memiliki sikap, perasaan, dan kepuasan hidup yang positif dan tidak terlalu cemas, putus asa, dan depresi. Penulis buku
Self-Esteem at Work dalam Luthas 2006: 230 menyatakan “Jika penghargaan
diri Anda rendah dan Anda tidak percaya dengan kemampuan berpikir Anda, maka Anda mungkin takut mengambil keputusan, lemah dalam bernegosiasi dan
keahlian interpersonal, serta menjadi malas atau tidak dapat berubah ”. Apabila
pekerjaan tersebut dirasa berarti dan sangat berharga baik secara materi dan psikologis bagi pekerja tersebut maka pekerja tersebut akan menghargai dan akan
melakukan pekerjaannya sebaik mungkin sehingga keterlibatan kerja dapat tercapai dan karyawan tersebut merasa bahwa pekerjaan mereka penting bagi
harga dirinya. Berdasarkan teori di atas maka indikator yang digunakan untuk mengukur
variabel keterlibatan kerja pegawai Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tegal yaitu: 1 Aktif berpartisipasi dalam pekerjaan; 2 Rasa memihak
terhadap pekerjaan; dan 3 Menganggap penting pekerjaan sebagai bentuk penghargaan diri.
2.3 Disiplin Kerja