Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku seseorang
untuk mematuhi dan menaati segala peraturan baik tertulis maupun lisan yang berlaku di dalam suatu organisasi.
2.3.2 Jenis-jenis Disiplin
Menurut Mangkunegara 2008:129 ada dua bentuk disiplin kerja, yaitu disiplin preventif, dan disiplin korektif.
1 Disiplin preventif merupakan suatu upaya untuk menggerakan pegawai dalam mengikuti dan mematuhi peraturan kerja dan aturan-
aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakan pegawai berdisiplin diri. Jadi, dengan cara
preventif ini pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan- peraturan perusahaan.
2 Disiplin korektif merupakan upaya menggerakan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi
peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korelatif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan
sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan dari pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara
peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.
2.3.3 Indikator Disiplin Kerja
Menurut Hasibuan 2010: 194 “indikator yang mempengaruhi tingkat
kedisiplinan karyawan suatu organisasi, antara lain: 1 Tujuan dan kemampuan, 2 Teladan Pimpinan, 3 Balas jasa, 4 Keadilan, 5 Pengawasan melekat, 6 Sanksi
hukuman, 7 Ketegasan, dan 8 Hubungan kemanusiaan”. Berdasarkan pendapat
ahli di atas, maka penjelasan dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
1 Tujuan dan Kemampuan.
Tujuan dan kemampuan dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Oleh karena itu, tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan
secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti tujuan pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan
kemampuan karyawan yang bersangkutan, agar karyawan tersebut bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
2 Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinnan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
Pimpinan harus dapat memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai antara kata dengan perbuatan, jika teladan pimpinan baik, kedisiplinan
bawahan pun akan ikut baik, sedangkan apabila teladan pimpinan kurang baik kurang berdisiplin, para bawahan pun akan kurang disiplin.
3 Balas Jasa
Balas jasa ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan maupun
pekerjaannya. Apabila kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaannya, maka kedisiplinann mereka akan semakin baik pula. Untuk mewujudkan
kedisiplinan karyawan yang baik, perusahan harus memberikan balas jasa yang relatif besar, karena apabila balas jasa yang diberikan kecil atau kurang
memuaskan, maka kedisiplinan karyawan akan rendah. Oleh karena itu, balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan.
4 Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan
sama dengan manusia lainnya. Keadilan dalam hal ini berupa keadilan dalam pemberian balas jasa pengakuan maupun hukuman yang akan merangsang
terciptanya kedisiplinan yang baik. Apabila tidak ada keadilan dalam menerapkan kebijakan di instasi, maka kedisiplinan karyawan akan rendah.
5 Waskat pengawasan melekat
Pengawasan melekat adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dalam hal ini atasan harus aktif
dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya, sehingga atasan dapat memberikan petunjuk, jika ada bawahannya
yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Waskat sangat efektif dalam meransang kedisiplinan dan moral kerja karyawan, karena dengan
waskat karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasannya. Atasan juga secara langsung dapat mengetahui
kemampuan dan kedisiplinan setiap bawahannya, sehingga konduite setiap bawahan dinilai objektif, dan dapat mencari sistem kerja yang lebih efektif untuk
mewujudkan tujuan organisasi, karyawan, dan masyarakat. 6
Sanksi Hukuman Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan
karyawan. Berat atau ringannya sanksi hukuman yang diterapkan ikut mempengaruhi baik atau buruknya kedisiplinan karyawan. Pemberian sanksi yang
semakin berat, akan membuat karyawan merasa takut melanggar peraturan- peraturan perusahaan, sehingga sikap dan perilaku indisipliner karyawan akan
berkurang. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan, hukuman tidak
terlalu ringan atau terlalu berat agar hukuman itu bersifat mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya, dan menjadi alat motivasi untuk memelihara
kedisiplinan dalam perusahaan. 7
Ketegasan Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi
hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan apabila pimpinan tegas dalam segala hal misalnya ketika
memberi hukuman kepada karyawan yang indisipliner, sehingga kedisiplinan bawahan dapat terpelihara. Sebaliknya apabila pimpinan kurang tegas, maka sikap
indisipliner karyawan akan semakin banyak karena mereka beranggapan bahwa peraturan dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi.
8 Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan
baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship, dan cross relationship hendaknya
harmonis. Terciptanya hubungan kemanusiaan yang serasi akan mewujudkan
lingkungan dan suasana kerja yang nyaman, sehingga akan memotivasi kedisiplinan yang baik. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila
hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
2.4 Kompensasi