Teori tentang Stres Konsep Dasar Stres

stresor. Stres dipandangnya sebagai suatu tanggapan tubuh yang bersifat tidak khusus terhadap suatu situasi yang mengancam, dimana tidak terdapat kesiapan atau tanggapan penyesuaian otomatis Hasan, 2008. Teori Selye kemudian menjadi model penting yang melatarbelakangi berbagai penelitian lanjutan tentang bagaimana stres dapat menyebabkan kerusakan fungsi fisiologis. Stmulus yang memancing kemarahan dapat menyebabkan peningkatan aktivitas adrenalin Levi, 1965 dalam Hasan, 2008. Beban kerja yang berat yang disertai kontrol yang kurang dapat meningkatkan tingkat catecholamin Theorell 1974 dalam Hasan, 2008. Pengeluaran epinephrine dan norephinephrine ditemukan sebagai tanggapan stimulus psikologis murni Frankenheuser, 1975 dalam Hasan, 2008 dan terjadi perubahan tanggapan adrenal pituitary mengikuti periode stres Mason, 1975 dalam Hasan, 2008. Penemuan awal tersebut membawa penelitian tentang bagaimana peran stres dalam perkembangan penyakit. Tiga garis penting perkembangan yang melihat mekanisme stres dalam masalah kesehatan fisik dewasa ini adalah pengembangan psikoneuroimunologi, penelitian stres pada penyakit kardiovaskular dan penelitian gangguan psikofisiologis.

10. Penelitian Terkait

Sebuah penelitian oleh Paul dan Tobias 2008 yang dilakukan pada pengajar anak autis didapatkan hasil bahwa stres pada pengajar anak autis berkurang setelah diberikan training selama penelitian. Ia menjelaskan bahwa 80 pengajar anak autis yang melaporkan bahwa mereka memiliki stresor yang tinggi dalam mengajar anak autis Probst and Tobias, 2008. Ervasti 2012 dalam jurnalnya menjelaskan penelitiannya yang dilakukan antara pengajar biasa dengan pengajar anak dengan kebutuhan khusus dan didapatkan hasil bahwa pengajar anak dengan kebutuhan khusus memiliki tingkat stres yang tinggi terutama fisik dan emosional Ervasti, 2012. Robbert dkk 2013 juga melakukan penelitian pada pengajar anak autis yang baru, dalam jurnalnya dijelaskan bahwa pengajar anak autis memiliki tingkat stres kerja yang lebih dari pada pengajar lainnya khususnya bagi pengajar baru, sehingga butuh bimbingan dari pengajar anak autis yang lebih senior supaya pengajar yang baru masuk ini untuk mengatasi stresor yang ada. Didapatkan hasil penelitian bahwa stresor pengajar baru yang mendapat bimbingan dari pengajar senior lebih rendah daripada pengajar baru tanpa bimbingan pengajar senior sehingga Stempien Loeb, 2002 dalam Roberts, 2013. Ervasti 2012 menjelaskan bahwa pengajar perempuan siswa dengan kebutuhan khusus memiliki tingkat stres lebih tinggi daripada pengajar laki-laki. Ervasti, 2012. Lecavalier 2006 menjelaskan bahwa usia dan jenis kelamin pengajar anak dengan autism mempengaruhi respon terhadap stres. Goliszek 2005 bahwa persepsi stres dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain usia,kecerdasan, kemampuan fisik, tingkat pendidikan, agama dan lain sebagainya. Singer 1992, dalam Adera, 2009 yang menjelaskan bahwa pengajar dengan pengalaman kerja kurang dari 10 tahun memiliki resiko stres yang tinggi, penelitian tersebut dilakukan pada 82 pengajar anak dengan kebutuhan khusus. Stempien 2013 menjelaskan bahwa berdasarkan laporan yang diterima dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan bahwa pengajar anak dengan kebutuhan khusus memiliki rasa kepuasaan yang sangat rendah terhadap pekerjaan akibat stres yang spesifik dan frustasi yang dialami oleh pengajar sehingga akhirnya pengajar lebih memilih untuk berhenti bekerja. Pengajar anak dengan kebutuhan khusus memiliki tingkat stres lebih tinggi baik stres fisik maupun kondisi emosi pengajar Stempien, 2013.

11. Stres dalam Perspektif Islam

Stres merupakan gejala penyakit terbesar di abad modern. Dengan demikian , kesempatan peneliti psikologi Kesehatan Islam i berkaitan dengan masalah ini sangat terbuka lebar. Pengumpulan data-data empiris masih harus dilakukan, untuk mengangkat wacan a serta menjadi ilmu pengetahuan. Ajaran islam memberikan banyak cara untuk mengatasi konflik psikologis, kedukaan, kemarahan, atau ketakutan yang dapat menjadi dasar penelitian dalam mengatasi stres Hasan, 2008 Alquran telah menggunakan permisalan yang memakai prinsip mekanika beban untuk menggambarkan masalah yang dihadapi manusia. Prinsip mekanika beban merupakan konstruk awal yang melahirkan penelitian yang mendalam tentang stres. Secara keseluruhan ayat alquran yang membahas konsep beban dalam masalah manusia ini berbunyi : “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu ?. Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu. Yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan bagimu sebutanmu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang