Mekanisme Koping Stres Konsep Dasar Stres

paparan panjang dan terus-menerus ketika menyesuaikan diri terhadap stresor yang sama. Karakter fisik pada saat tanda bahaya muncul kembali, namun bersifat menetap, kemudian jika terlalu kuat maka individu akan mengalami kematian. Menurut Selye 1956 kombinasi tahapan ini memiliki pengaruh terhadap tekanan penyakit seseorang Hasan, 2008. Stres, sebagai respon atau tanggapan, adalah reaksi individu terhadap stressor. Ketika seseorang menggunakan kata stres, maka yang dimaksudnya adalah keadaan tegangnya itu sendiri. Respon atau reaksi individu tersebut mengandung dua komponen yang saling berhubungan, yaitu psikologis dan fisiologis. Reaksi psikologis meliputi perilaku, pola pikir, dan emosi dalam ruang lingkup yang luas. Sementara, reaksi fisiologis meliputi reaksi tubuh yang meningkat, seperti jantung berdebar-debar, mulut terasa kering, perut kembung, dan sebagainya. Kedua jenis tersebut juga disebut ketegangan Hasan, 2008. Lazarus 1983, dalam Hasan 2008 mengembangkan teori penilaian kognitif cognitive appraisal untuk memberikan penjelasan tentang stres dalam lingkup yang luas. Ia memberikan definisi stres yang mencakup berbagai faktor, yang terdiri dari stimulus, tanggapan, penilaian kognitif terhadap ancaman, gaya pertahanan coping styles, perlindungan psikologis dan situasi sosial. Lazarus menilai bahwa ancaman threat merupakan kata kunci dari stres, yang dinilai secara subjektif ketika seseorang mempersepsikan efek negatif potensial stresor. Dalam teorinya ini, lazarus mengatakan bahwa terdapat dua tahap penilaian dari stresor potensial. Penilaian utama primary appraisal merupakan penilaian pribadi, apakah kejadian memiliki implikasi negatif. Penilaian sekunder secundary appraisal melibatkan determinasi pribadi, apakah ia memiliki kemampuan dan sumber daya yang memadai untuk mengatasi potensi ancaman dan bahaya. Menurut teori ini, seseorang baru mengalami stres sebagai reaksi setelah penilaian diberikan Hasan, 2008 Selain penelitian Lazarus yang mengkaji stres dari segi penilaian pribadi, para ilmuwan juga mengadakan penelitian yang lebih berorientasi pada stresor yang dihadapi seseorang secara objektif. Beberapa peneliti melihat stresor sebagai suatu yang dinamik, yang dihasilkan secara episodik, dan berlangsung terus-menerus atau menetap. Sementara itu, peneliti yang lain mengkaji stres sebagai suatu yang statik, yang terjadi pada suatu peristiwa yang tersendiri Hasan, 2008

9. Pengaruh Stres pada Kesehatan

Penelitian yang mencoba melihat bagaimana stres mempengaruhi fungsi fisologis seseorang memiliki sejarah yang cukup panjang. Ilmuwan muslim, seperti yang dilakukan oleh Al-Razi 841-926 M dalam Hasan, 2008 dan Ibnu Sina 980-1037 M dalam Hasan, 2008, telah mengobati pasien-pasien psikosomatik, dan memanfaatkan stimulus psikologis untuk mengobati penyakit fisik pasiennya. Dalam buku Al-Qanun, Ibnu Sina 980-1037 M, dalam Hasan, 2008 juga menyatakan bagaimana denyut nadi seseorang bervariasi terhadap kondisi fisik yang dialaminya. Dia menyatakan bahwa denyut nadi orang yang marah kuat, tinggi, cepat, dan teratur. Untuk kebahagiaan, denyut rata-rata cukup kuat tetapi pelan dan tidak teratur. Namun dalam kesedihan denyut rata-rata rendah, lemah, tidak teratur dan pelan. Sementara denyut untuk perasaan ketakutan yaitu cepat, bergetar dan tidak teratur Hasan, 2008. Pada awal tahun 1900-an, Walter Cannon mengadakan penelitian tentang bagaimana respon individu terhadap stimulus jika harus berhadapan dengan