e. Pengalaman Masa Lalu terhadap Stres Pengalaman individu yang lalu mempengaruhi individu terhadap masalah,
dapat membantu individu dalam beradaptasi dan mengatasi stres pada situasi yang sama.
f. Usia Usia seseorang mempengaruhi bagaimana individu mengatasi stresor
dengan baik.
7. Situasi stres
Stres ringan biasanya tidak mengakibatkan kerusakan fisiologis kronis, tetapi stres sedang dan berat dapat menimbulkan resiko penyakit medis atau
memburuknya penyakit kronis Kline-Leidy, 2005 dalam Faradiyati 2010. Potter Perry 2005 mengklasifikasikan stres dalam 3 tahap, yaitu :
a. Situasi stres ringan Stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti dulu banyak tidur,
kritikan dari orang lain. Situasi ini termasuk dalam situasi yang tidak beresiko karena biasanya hanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stresor ringan yang
banyak dalam waktu singkat dapat meningkatkan risiko penyakit Holmes Rahe, 1976 dalam Potter Perry, 2005
b. Situasi stres sedang Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari, seperti anak
yang sakit, ketidakhadiran yang lama dari orang terdekat. Situasi ini termasuk dalam situasi beresiko.
c. Situasi stres berat Situasi kronis yang dapat ber langsung beberapa minggu sampai beberapa
tahun, seperti penyakit fisik jangka panjang. Semakin sering dan lama situasi stres, semakin tinggi resiko kesehetan yang ditimbulkan Wiebe William, 1992
dalam Potter Perry 2005
8. Teori tentang Stres
Selye 1956 dalam Hasan, 2008 mengadakan penelitian model biologis yang melihat akibat stres pada kondisi fisiologis seseorang. Ia meneliti tentang
bagaimana tubuh manusia ketika melakukan respon terhadap stresor. Stres dipandangnya sebagai suatu tanggapan tubuh yang bersifat tidak khusus terhadap
suatu situasi yang mengancam, dimana tidak terdapat kesiapan atau tanggapan penyesuaian otomatis Hasan, 2008.
Selye mengembangkan teori sindroma penyesuaian umum general adaptation syndrome, yang terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama, disebut dengan
tahap tanda bahaya alarm stage, dimana tubuh melakukan mobilisasi respon dan memperlihatkan perubahan karakter akibat paparan pertama stresor. Terdapat
peningkatan aktifitas kelenjar adrenal, kardiovaskular, dan fungsi pernafasan, disini terjadi reaksi stres secara fisik. Jika stresor terlalu kuat maka dapat terjadi
kematian. Tahap kedua, disebut tahap pertahanan resistance stage individu melakukan upaya untuk mengatasi atau menyesuaikan diri terhadap stres, disini
terjadi reaksi stres emosional. Karakter tubuh pada tahap sebelumnya mulai hilang. Pertahanan terhadap stresor mulai meningkat di atas normal, namun
pertahanan terhadap stimulus lain menurun. Tahap ketiga, disebut tahap kelelahan exhaustion stage, dimana seseorang mengalami kehabisan sumber daya setelah
paparan panjang dan terus-menerus ketika menyesuaikan diri terhadap stresor yang sama. Karakter fisik pada saat tanda bahaya muncul kembali, namun
bersifat menetap, kemudian jika terlalu kuat maka individu akan mengalami kematian. Menurut Selye 1956 kombinasi tahapan ini memiliki pengaruh
terhadap tekanan penyakit seseorang Hasan, 2008. Stres, sebagai respon atau tanggapan, adalah reaksi individu terhadap stressor.
Ketika seseorang menggunakan kata stres, maka yang dimaksudnya adalah keadaan tegangnya itu sendiri. Respon atau reaksi individu tersebut mengandung
dua komponen yang saling berhubungan, yaitu psikologis dan fisiologis. Reaksi psikologis meliputi perilaku, pola pikir, dan emosi dalam ruang lingkup yang
luas. Sementara, reaksi fisiologis meliputi reaksi tubuh yang meningkat, seperti jantung berdebar-debar, mulut terasa kering, perut kembung, dan sebagainya.
Kedua jenis tersebut juga disebut ketegangan Hasan, 2008. Lazarus 1983, dalam Hasan 2008 mengembangkan teori penilaian kognitif
cognitive appraisal untuk memberikan penjelasan tentang stres dalam lingkup yang luas. Ia memberikan definisi stres yang mencakup berbagai faktor, yang
terdiri dari stimulus, tanggapan, penilaian kognitif terhadap ancaman, gaya pertahanan coping styles, perlindungan psikologis dan situasi sosial. Lazarus
menilai bahwa ancaman threat merupakan kata kunci dari stres, yang dinilai secara subjektif ketika seseorang mempersepsikan efek negatif potensial stresor.
Dalam teorinya ini, lazarus mengatakan bahwa terdapat dua tahap penilaian dari stresor potensial. Penilaian utama primary appraisal merupakan penilaian
pribadi, apakah kejadian memiliki implikasi negatif. Penilaian sekunder secundary appraisal melibatkan determinasi pribadi, apakah ia memiliki