Gambaran Tingkat Stres Berdasarkan Usia Pengajar

5. Gambaran Tingkat Stres Berdasarkan Lama Mengajar

Lama mengajar pada pengajar dibagi menjadi dua kategori yaitu 1-10 tahun dan 11-20 tahun. Pengajar dengan lama mengajar 1-10 tahun sebanyak 23 orang dan pengajar dengan lama mengajar 11-20 tahun sebanyak 7 orang. Hasil persentase dari 30 responden didapatkan bahwa pengajar dengan lama mengajar 1-10 tahun lebih banyak 76,7 daripada pengajar dengan lama mengajar 11-20 tahun. Dari 30 responden dilihat dari aspek fisik pada pengajar dengan lama megajar 1-10 tahun didapatkan hasil bahwa sebanyak 4,3 pengajar mengalami stres sangat ringan, stres sedang 4,3, stres berat 34,8, stres sangat berat 39,1 dan stres bahaya sebanyak 17,4. Dan pada pengajar dengan lama mengajar 11-20 tahun didapatkan bahwa 0 pengajar mengalami stres sangat ringan, stres sedang 14,3, stres berat 14,3, stres sangat berat 57,1, dan stres bahaya sebanyak 14,3. Dari data tersebut terlihat bahwa pengajar dengan lama mengajar 1-10 tahun mengalami stres sangat berat lebih banyak 39,1 dari pengajar dengan lama mengajar 11-20 tahun. Sedangkan dilihat dari aspek emosional didapatkan bahwa pengajar dengan lama mengajar 1-10 tahun sebanyak 4,3 pengajar mengalami stres sangat ringan, stres sedang 4,3, stres berat 34,8, stres sangat berat 39,1 dan stres bahaya sebanyak 17,4. Dan pada pengajar dengan lama mengajar 11-20 tahun didapatkan bahwa 0 pengajar mengalami stres sangat ringan, stres sedang 14,3, stres berat 14,3, stres sangat berat 57,1, dan stres bahaya sebanyak 14,3. Dari data tersebut terlihat bahwa bahwa pengajar dengan lama mengajar 1- 10 tahun mengalami stres sangat berat lebih banyak 47,8 dari pengajar dengan lama mengajar 11-20 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Singer 1992, dalam Adera, 2009 yang menjelaskan bahwa pengajar dengan pengalaman kerja kurang dari 10 tahun memiliki resiko stres yang tinggi, penelitian tersebut dilakukan pada 82 pengajar anak dengan kebutuhan khusus. Selain itu hasil tersebut juga sejalan dengan yang dijelaskan oleh Robbert dkk 2013 bahwa pengajar senior lebih mampu menghadapi stresor dalam mengajar anak autism karena memiliki pengalaman lebih banyak, penelitian tersebut dilakukan di USA.

6. Gambaran Tingkat Stres dilihat dari Aspek Fisik dan Emosional pada

Pengajar Sebagian besar guru yang mengajar siswa dengan autisme menunjukkan lebih banyak menunjukkan stres dibandingkan dengan mengajar siswa penyandang cacat seperti siswa dengan masalah emosional atau perilaku, atau cacat kognitif Ruble, McGrew, 2013. Dalam sebuah buku psikologi klinis dijelaskan bahwa dasar pemikiran psikologi kesehatan adalah adanya hubungan antara pikiran manusia mind dan tubuhnya. Penelitian menunjukkan bahwa variabel psikososial, personal, perilaku berlebihan, kebiasaan - kebiasaan tertentu dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kronis, kecelakaan dan cedera. Dalam buku tersebut juga dijelaskan bahwa kesehatan psikologi memberi sumbangan pada peningkatan promosi kesehatan, dan pencegahan serta penyembuhan penyakit Slamet, 2004. Berdasarkan hasil penelitian pada 30 orang pengajar anak autis di Sekolah Al- Ihsan dilihat dari aspek fisik didapatkan bahwa sebanyak 3,3 stres sangat ringan, 6,7 stres sedang, 30 stres berat dan sebanyak 43,3 stres sangat berat, dan 16,7 stres bahaya. Dan jika dilihat dari aspek emosional didapatkan bahwa sebanyak 3,3 stres sangat ringan, 6,7 stres sedang, 20 stres berat 50 dan 20 stres bahaya. Data tersebut menunjukkan bahwa dari aspek fisik dan emosional sebagian besar pengajar di Sekolah Al-Ihsan mengalami stres berat dalam mengajar siswa autis. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stempien 2013 yang menjelaskan bahwa pengajar anak dengan kebutuhan khusus memiliki tingkat stres lebih tinggi baik stres fisik maupun kondisi emosi pengajar. Penelitian tersebut dilakukan di Michigan dengan jumlah sampel 116 orang. Penelitian lain yang sejalan dengan hasil tersebut yaitu penelitian yang dilakukan oleh Adera 2010 menjelaskan bahwa didapatkan tingkat stres kerja yang tinggi dan ketidakpuasaan kerja pada pengajar siswa dengan gangguan emosional dan perilaku, penelitian ini dilakukan di Denton, USA dengan jumlah sampel sebanyak 156 pengajar anak dengan kebutuhan khusus. Damayanti dkk 2010 menjelaskan stres yang dirasakan terus-menerus akan membahayakan kesehatan fisik dan emosi seseorang, stres menghasilkan berbagai gejala fisik dan mental yang bervariasi sesuai dengan faktor-faktor situasional masing-masing individu. Dari hasil penelitian ini dampak stres yang didapat jika dilihat dari aspek fisik, pengajar yang mengalami stres sangat berat didapatkan beberapa gejala seperti mudah merasa lesulelah 80, punggung terasa sakit 46,7, r asa sakit yang parah di bagian kepala 33,3, otot di muka, rahang, leher atau bahu terasa kaku 33,3.