Pengaruh Stres pada Kesehatan

kebutuhan khusus memiliki rasa kepuasaan yang sangat rendah terhadap pekerjaan akibat stres yang spesifik dan frustasi yang dialami oleh pengajar sehingga akhirnya pengajar lebih memilih untuk berhenti bekerja. Pengajar anak dengan kebutuhan khusus memiliki tingkat stres lebih tinggi baik stres fisik maupun kondisi emosi pengajar Stempien, 2013.

11. Stres dalam Perspektif Islam

Stres merupakan gejala penyakit terbesar di abad modern. Dengan demikian , kesempatan peneliti psikologi Kesehatan Islam i berkaitan dengan masalah ini sangat terbuka lebar. Pengumpulan data-data empiris masih harus dilakukan, untuk mengangkat wacan a serta menjadi ilmu pengetahuan. Ajaran islam memberikan banyak cara untuk mengatasi konflik psikologis, kedukaan, kemarahan, atau ketakutan yang dapat menjadi dasar penelitian dalam mengatasi stres Hasan, 2008 Alquran telah menggunakan permisalan yang memakai prinsip mekanika beban untuk menggambarkan masalah yang dihadapi manusia. Prinsip mekanika beban merupakan konstruk awal yang melahirkan penelitian yang mendalam tentang stres. Secara keseluruhan ayat alquran yang membahas konsep beban dalam masalah manusia ini berbunyi : “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu ?. Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu. Yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan bagimu sebutanmu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. QS. Al- Insyirah [ 94] : 1-8 Jika dianalisis, surat diatas telah memasukkan perspektif subjektif dan objektif tentang stres. Ayat dua beban lebih berorientasi pada perspektif objektif, namun ayat ketiga punggung dan ayat satu dada lebih mengandung perspektif subjektif Hasan, 2008. Dalam teori penilaian kognitif tentang stres menyatakan bahwa stres timbul sebagai reaksi subjektif setelah seseorang melakukan perbandingan antara implikasi negatif dari kejadian yang menegangkan dengan kemampuan atau sumber daya yang memadai untuk mengatasi kejadian tersebut. Dalam teori ini stres terjadi karena seseorang memandang besar akibat dari kejadian yang menegangkan ini, dan tidak memiliki kemampuan untuk mengatasinya. Dalam Alquran dinyatakan : “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebaikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. Mereka berdoa : “ ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. QS. Al- Baqarah [ 2] : 286

B. Autisme

1. Pengertian Autis

Autis adalah gangguan perkembangan yang parah yang meliputi ketidkmampuan dalam membangun hubungan sosial, ketidaknormalan dalam berkomunikasi dan pola perilaku yang terbatas, berulang-ulang dan stereotip. Ketidakmampun sosialisasi meliputi suatu kegagalan untuk menggunakan pandangan mata langsung untuk membangun interaksi sosial, jarang mencari orang lain untuk memperoleh kenyamanan atau afeksi, jarang memprakarsai permainan dengan orang lain dan tidak memiliki relasi teman sebaya untuk berbagi minat dan emosi secara timbal balik Santro, 1995 dalam Pujiani, 2007. Perilaku autistik digolongkan dalam dua jenis, yaitu perilaku yang eksesif berlebihan dan perilaku yang defisit berkekurangan. Yang termasuk perilaku eksesif adalah hiperaktif dan tantrum mengamuk berupa menjerit, menyepak, menggigit, mencakar, memukul dan lain sebagainya. Di sini juga sering terjadi anak menyakiti diri sendiri self abuse. Perilaku defisit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai, defisit sensoris sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa tanpa sebab menangis tanpa sebab dan melamun Handojo, 2003 dalam Pujiani, 2007. Autisma adalah gangguan perkembangan yang luas dan berat yang gejalanya mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia tiga tahun. Gangguan perkembangan ini meliputi keterlambatan pada bidang komunikasi, interaksi sosial dan perilaku Yuspendi, 2005 dalam Pujiani, 2007.