B. Autisme
1. Pengertian Autis
Autis  adalah  gangguan  perkembangan  yang  parah  yang  meliputi ketidkmampuan  dalam  membangun  hubungan  sosial,  ketidaknormalan  dalam
berkomunikasi  dan  pola  perilaku  yang  terbatas,  berulang-ulang  dan  stereotip. Ketidakmampun  sosialisasi  meliputi  suatu  kegagalan  untuk  menggunakan
pandangan  mata  langsung  untuk  membangun  interaksi  sosial,  jarang  mencari orang  lain  untuk  memperoleh  kenyamanan  atau  afeksi,  jarang  memprakarsai
permainan  dengan  orang  lain  dan  tidak  memiliki  relasi  teman  sebaya  untuk berbagi minat dan emosi secara timbal balik Santro, 1995 dalam Pujiani, 2007.
Perilaku  autistik  digolongkan  dalam  dua  jenis,  yaitu  perilaku  yang  eksesif berlebihan  dan  perilaku  yang  defisit  berkekurangan.  Yang  termasuk  perilaku
eksesif  adalah  hiperaktif  dan  tantrum  mengamuk  berupa  menjerit,  menyepak, menggigit,  mencakar,  memukul  dan  lain  sebagainya.  Di  sini  juga  sering  terjadi
anak menyakiti diri sendiri self abuse. Perilaku defisit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai, defisit sensoris sehingga dikira tuli, bermain
tidak  benar  dan  emosi  yang  tidak  tepat,  misalnya  tertawa  tanpa  sebab  menangis tanpa sebab dan melamun Handojo, 2003 dalam Pujiani, 2007.
Autisma adalah gangguan perkembangan  yang luas dan berat  yang  gejalanya mulai  tampak  pada  anak  sebelum  mencapai  usia  tiga  tahun.  Gangguan
perkembangan  ini  meliputi  keterlambatan  pada  bidang  komunikasi,  interaksi sosial dan perilaku Yuspendi, 2005 dalam Pujiani, 2007.
2. Kriteria Diagnostik Autis
Kriteria  diagnostik  autis  menurut  Diagnostic  and    Statistical  Manual  of Mentat Disorder  DSM-IV Hanjono, 2003 dalam Pujiani, 2007 adalah sebagai
berikut : a.  Harus ada sedikitnya enam gejala dari 1,2 dan 3 dengan minimal dua indikasi
dari gejala 1 dan masing-masing satu indikasi dari gejala 2 dan 3. 1  Gangguan  kualitatif  dalam  interaksi  sosial  yang  timbal-balik.  Minimal  harus
ada dua indikasi dibawah ini : -  Tidak mampu menjalani interaksi sosial  yang cukup memadai : kontak mata
sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup dan gerak-gerik kurang tertuju. -  Tidak bisa bermain dengan teman sebaya.
-  Tidak ada empati tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. -  Kurang  mampu  mengadakan  hubungan  sosial  dan  emosional  yang  timbal-
balik. 2  Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada satu indikasi
dibawa ini : -  Perkembangan  bicara  terlambat  atau  sama  sekali  tidak  berkembang.  Anak
tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal. -  Bila anak bisa bicara maka bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.
-  Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang dapat meniru. 3  Adanya  pola  yang  dipertahankan  dan  diulang-ulang  dalam  perilaku,  minat
dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari indikasi dibawa ini : -  Mempertahankan  satu  minat  atau  lebih  dengan  cara  yang  sangat  khas  dan
berlebihan.
-  Terpaku  pada  suatu  kegiatan  yang  ritualistik  atau  rutinitas  yang  tidak  ada gunanya.
-  Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang -  Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.
-  Sebelum umur tiga tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang interaksi sosial, bicara dan berbahasa, cara bermain yang monoton dan
kurang variatif. -  Bukan  disebabkan  oleh  Sindrom  Rett  atau  Gangguan  Disintegratif  Masa
Kanak. Umumnya  penyandang  autisme  memperlihatkan  perilaku  yang  tidak  wajar
dibandingkan  anak-anak  lainnya.  Anak  autisme  terkesan  tidak  acuh,  menyendiri, individual  dan  pendiam.  Mereka  umumnya  tidak  mampu  bereaksi  terhadap
sesuatu  dalam  lingkungannya.  Bahkan  mereka  tidak  bisa  berkomunikasi  secara sederhana sekalipun, seperti kontak mata dengan orang tuanya, orang yang paling
dekat secara emosional. Sebagian mereka bahkan tidak mempunya memori, tidak bisa mengingat apa  yang telah terjadi, atau  yang dia lakukan sebelumnya. Anak-
anak  autisme  hidup  dalam  dunianya  sendiri.  Mereka  umumnya  melakukan gerakan yang sama diulang-ulang hingga berjam-jam, atau memperlakukan suatu
barang,  misalnya  mainan  mobil-mobilan  tidak  pada  fungsi  yang  lazim  kompas, 1999 dalam Pujiani, 2007.
Penyandang autisme mempunyai karakteristik antara lain : Selektif berlebihan terhadap  rangsang,  kurangnya  motivasi  untuk  menjelajahi  lingkungan  baru,
respon stimulus diri sehingga mengganggu integrasi  sosial,  respon unik  terhadap imbalan  reinforcement,  khususnya  imbalan  dari  stimulasi  diri.  Anak  merasa