materi dalam kehidupan sehari-hari dilakukan sebagai kegiatan tambahan bukan suatu keharusan.
Pada dasarnya, tujuan pembelajaran bukan hanya sekedar akumulasi pengetahuan akan tetapi bagaimana pengetahuan yang telah diperoleh siswa
dalam pembelajaran tersebut mampu diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu metode ekspositori yang lebih menekankan pada
pengumpulan fakta atau konsep tidak lagi relevan untuk diterapkan disebabkan banyaknya kelemahan-kelemahan yang terdapat didalamnya
antara lain, yaitu proses pembelajaran bersifat statis dan komunikasi berjalan searah, siswa menjadi pasif dan tidak dapat mendorong siswa untuk
mengembangkan kemampuan matematis mereka khususnya kemampuan representasi yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas hasil
pembelajaran matematis.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
a Yanto Permana 2010 dengan judul penelitian “Mengembangkan
Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui
Model Eliciting Activities”. Penelitian ini meneliti pengaruh pendekatan model eliciting activities MEAs, kluster sekolah dan
KAM terhadap kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis. Salah satu hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan MEAs lebih baik daripada yang menggunakan cara konvesional. Hal tersebut diindikasikan
karena siswa kelas MEAs mengkomunikasikan konsep matematikanya dengan menggunakan representasi model matematika yang akurat
berdasarkan budaya atau kultur sehari-hari sehingga konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih konkrit dan mudah dipahami karena disajikan
dalam konteks yang telah dikenal siswa. b
Tuti Haryati 2012 berjudul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Model
Eliciting Activities MEAs ”. Dalam penelitian ini, siswa dibagi kedalam
beberapa kelompok untuk berdiskusi menyelesaikan LKS yang telah disusun dan menuntut pengerjaannya menggunakan pendekatan model eliciting
activities MEAs. Setelah selesai mengerjakan setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Proses pembelajaran pun diakhiri
dengan diskusi kelas. Penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan komunikasi siswa meningkat setelah memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran model eliciting activities MEAs. Siswa merasa dengan pendekatan model eliciting activities MEAs materi mudah
dipahami sehingga mereka terlihat antusias dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
c Bambang Avip 2012 dengan judul penelitian “Peningkatan Kemampuan
Berpikir Statistis Mahasiswa S1 Melalui Pembelajaran MEAs yang Dimodifikasi”. Penelitian ini memodifikasi MEAs yang telah dikembangkan
Garfield, delMas Zieffler yang semula hanya untuk siswa sekolah menengah menjadi untuk mahasiswa dan memasukan Didactical Design
Research DDR pada saat pembuatan bahan ajar. Strategi pembelajaran MEAs yang dimodifikasi pada penelitian ini bersifat individu, kelompok
maupun kelas. Pada penelitian ini, mahasiwa awalnya memahami masalah kontekstual yang bersifat open-ended secara individual, lalu mahasiswa
memecahkan pertanyaan yang diajukan dosen dalam tim 3-4 orang. Setelah selesai mengerjakan permasalahan, dosen memeriksa sepintas dan
meminta kepada beberapa tim yang jawabannya berbeda untuk mempresentasikan jawabannya di depan kelas. Proses pembelajaran diakhiri
dengan diskusi kelas dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan kemampuan berpikir statis mahasiswa menggunakan MEAs
yang dimodifikasi lebih optimal dibandingkan dengan pembelajaran konvesional.
d Elis Fatonah 2012 dengan judul “Pendekatan Realistik Untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematika Siswa”. Penelitian ini
meneliti kemampuan representasi visual, ekspresi matematik dan kata-kata teks tertulis pada materi relasi fungsi dengan pendekatan realistik. Pada
siklus pertama siswa lebih mudah menguasai kemampuan visual seperti membuat grafik, tabel dan diagram dibandingkan dengan kemampuan
ekspresi matematik. Namun setelah dilakukan siklus kedua dan ketiga kemampuan matematik siswa pada semua indikator mengalami peningkatan.
Hal ini menunjukan bahwa pendekatan realistik yang mengutamakan kejadian real kehidupan nyata dapat meningkatan kemampuan representasi
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Penelitian
Kemampuan Representasi Matematis Siswa Rendah
SOLUSI
Penerapan Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Model Eliciting Activities MEAs
KESIMPULAN
Kemampuan Representasi Matematis Tinggi
MASALAH
Representasi hanya dijadikan pelengkap
dalam penyampaian materi
Siswa sulit merepresentasikan ide atau gagasan matematik
yang mereka miliki Model Pendekatan yang
digunakan belum efektif
KEGIATAN MEAS
Mengidentifikasi situasi
masalah dunia nyata
Mentransformasi dan memecahkan model
Membangun model matematik
Menginterprestasi model
Kemampuan representasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran matematika. Namun, pada kenyataannya masih banyak
guru yang menganggap bahwa kemampuan representasi matematik ini hanya sebagai pelengkap materi yang diajarkan. Hal ini terlihat pada proses
pembelajaran yang masih berpusat pada guru serta soal-soal yang diberikan kepada siswa yang biasanya lebih memfokuskan pada jawaban-jawaban
singkat. Keadaan ini yang menyebabkan siswa sulit merepresentasikan ide atau gagasan matematis yang mereka miliki baik dalam memahami suatu
konsep ataupun menyelesaikan masalah matematika. Apabila diamati, salah satu penyebab rendahnya kemampuan representasi
matematis siswa terletak pada faktor pendekatan pembelajaran atau penggunaan strategi, metode, teknik mengajar yang belum tepat. Oleh karena
itu, diperlukan suatu pendekatan inovatif yang dapat meningkatkan kemampuan representasi metematis siswa, salah satunya adalah pendekatan
Model elciting Activities MEAs. Pendekatan MEAs adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
siswa agar menghasilkan suatu model yang paling efektif dan efisien dalam menyelesaikan suatu masalah matematika. Pendekatan pembelajaran model
eliciting activities MEAs terdiri dari beberapa tahap yang diantaranya yaitu mengidentifikasi dan menyederhanakan situasi masalah dunia nyata,
membangun model matematis, menstransformasi dan memecahkan model serta menginterpretasi model tersebut. Tahap-tahap tersebut memungkinkan
siswa mengembangkan kemampuan representasi matematis sehingga siswa bisa mengungkapkan berbagai ide matematik mereka untuk menghasilkan
suatu model matematik. Melalui MEAs, siswa berulang kali mengungkapkan, menguji dan
memperbaiki atau merevisi cara berpikir mereka untuk menghasilkan sebuah model yang terstruktur dan paling efektif serta efisien untuk memecahkan
masalah yang diberikan. Kegiatan membuat model, secara tidak langsung akan mendorong siswa untuk menggunakan representasi yang mereka miliki
untuk menghubungkan informasi ataupun variabel yang ada pada masalah