Proses Pembelajaran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Tahapan ketiga, yaitu menentukan penyelesaiaan model matematis yang telah dibuat pada tahap kedua. Tahapan ini memungkinkan siswa membangun
pengetahuannya sendiri dengan memunculkan ide-ide penyelesaian masalah yang terkait dengan konsep-konsep penyelesaiaan SPLDV. Pada tahapan ini
diharapkan siswa dapat menemukan penyelesaian terbaik dalam penyelesain model matematis tersebut, mempertimbangkan solusi-solusi yang ada, lalu
memutuskan solusi mana yang paling efektif. Indikator kemampuan representasi yang dikembangkan dalam tahapan ini yaitu representasi
persamaanekspresi matematis atau representasi visual. Pada beberapa pertemuan, khususnya pertemuan ketiga, keempat dan kelima siswa pada
awalnya mengalami kesulitan untuk menyelesaikan model yang mereka bentuk dengan menggunakan grafik, eliminasi dan subsitusi, karena pada pertemuan
tersebut siswa membangun sendiri pemahaman konsep penyelesaiaan SPLDV dengan menggunakan ketiga metode tersebut. Berikut ini contoh pekerjaan
siswa dalam tahapan penyelesaiaan model matematis:
Gambar 4.6 Tahap penyelesaiaan model dengan representasi persamaan
ekspresi matematis
Gambar 4.7 Tahap penyelesaiaan model dengan dengan representasi visual
Tahapan terakhir, yaitu menggunakan model untuk menyelesaikan soal permasalahan. Pada tahapan ini siswa diminta melakukan pengecekan
terhadap solusi-solusi yang telah dilakukan, kemudian kembali ke permasalahan awal dan memberikan sebuah kesimpulan. Indikator
representasi yang dikembangkan pada tahap ini, yaitu kata-kata atau teks tertulis. Pada awalnya siswa belum terbiasa menyimpulkan solusi
permasalahan, siswa masih terbiasa untuk menyelesaikan masalah hanya pada hasil perhitungan tanpa menyimpulkan solusinya, namun setelah beberapa kali
pertemuan siswa pada akhirnya terbiasa untuk menyimpulkan penyelesaiaan permasalahan yang ada. Berikut ini contoh pekerjaan siswa pada tahap
terakhir:
Gambar 4.8 Tahap penyelesaiaan soal permasalahan dengan menggunakan model
Pembelajaran dengan pendekatan model eliciting activities MEAs membuat siswa tertantang dalam menyelesaikan permasalahan SPLDV yang
berkaitan dengan kehidupan nyata. Akan tetapi tidak sedikit siswa yang kaku pada saat proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran MEAs dan
pada saat presentasi siswa masih kesulitan mengungkapkan ide dan gagasan yang dimilikinya. Hal ini karena siswa belum terbiasa dengan diskusi
kelompok dan pembelajaran yang menuntut siswa menemukan sendiri konsep matematika dari suatu materi.
Karena sebelumnya diperoleh informasi bahwa pada pembelajaran matematika tidak pernah diadakan diskusi kelompok dan guru hanya
menjelaskan materi satu kali, lalu siswa diberikan latihan soal dan diminta untuk menyelesaikannya. Selain itu, ada beberapa siswa yang kemampuan
berhitungnya masih kurang,, serta siswa yang tidak menguasai materi aljabar dan persamaan garis lurus, sehingga pada pertemuan pertama, kedua dan
ketiga memerlukan energi dan waktu yang lebih untuk membimbing siswa. Setelah siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan model eliciting activities MEAs, siswa terlihat antusias dalam mengerjakan LKS yang dibuat oleh peneliti. Mereka tertarik
dan tertantang untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari dengan membuat model dan penyelesaiaan SPLDV yang ada dalam LKS.
Walaupun masih ada beberapa siswa yang belum berpartisipasi aktif dalam kelompoknya. Hal ini merupakan tugas guru untuk selalu memotivasi mereka
agar bisa terlibat dalam diskusi kelompok. Berikut adalah suasana kegiatan belajar mengajar di kelas eksperimen dengan pendekatan MEAs.
Gambar 4.9.1: Kegiatan pada saat diskusi kelompok
Gambar 4.9.2: Kegiatan pada saat presentasi
Gambar 4.9 Suasana kegiatan belajar mengajar di kelas eksperimen dengan
pendekatan pembelajaran MEAs
Pada gambar 4.9.1 memperlihatkan siswa yang sedang melakukan diskusi bersama kelompoknya setelah diberikan LKS yang di dalamnya terdapat soal-
soal yang penyelesaiannya menggunakan tahap-tahap sesuai prinsip-prinsip model eliciting activities MEAs. Gambar 4.9.2 memperlihatkan siswa sedang
menuliskan hasil diskusinya di papan tulis, kemudian mempresentasikan di depan kelas dan guru memandu jalannya diskusi kelas tersebut. Dari tahapan-
tahapan yang terdapat dalam LKS dan diskusi kelompok yang dilakukan terlihat bahwa pendekatan model eliciting activities MEAs sangat efektif
dalam mengembangkan kemampuan representasi matematis siswa.
Kelas pembandingnya, yaitu kelas VIII-5 sebagai kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol, pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional,
yaitu guru menjelaskan materi kemudian memberikan contoh-contoh soal, melakukan tanya jawab, memberikan latihan soal di papan tulis ataupun
dibuku, siswa mengerjakan latihan, guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan, siswa diberi kesempatan untuk menuliskan hasil pekerjaannya di
papan tulis dan guru mengoreksi kemudian membahasnya bersama-sama.