Faktor Intern Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkn sesuatu hilang. 26 Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit unttuk berkonsentrasi. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap aktivitas belajar, dikelompokkan menjadi tiga faktor. Faktor-faktor tersebut ialah faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Uraian berikut membahas ketiga faktor tersebut. 1 Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Keluarga merupakan sesuatu yang paling dekat dengan siswa. Apabila dari salah satu faktor keluarga terganggu, maka dapat mempengaruhi belajar anak. Anak akan terbebani dengan masalah-masalah keluarga yang ada. Maka dalam belajar diperlukan dorongan dan motivasi besar dari keluarga. 2 Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Metode mengajar guru yang monoton sangat 26 Ibid. jelas membuat aktivitas siswa juga ikut monoton, maka dalam belajar diperlukan metode mengajar yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, yang mampu melibatkan siswa dan meminimalisirkan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru ketika proses pembelajaran. Selain itu diperlukan relasi yang baik antar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. 3 Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi apabila siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, belajarnya akan terganggu, terlebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa ada dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor dari luar diri individu. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, sehingga perlu dioptimalkan untuk menciptakan aktivitas belajar yang baik.

4. Pengukuran Aktivitas Belajar

Untuk mengukur aktivitas belajar seseorang dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya:

a. Skala Pengukuran Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. 27 Dengan skala Likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variable. Kemudian 27 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, Bandung: ALFABETA, 2013, cet.18, h.93 indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, misalkan dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sampai sangat tidak setuju. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor. Misalkan untuk pernyataan positif, jawaban dapat diberi skor “sangat setuju” diberi angka 4, “setuju” diberi angka 3, “tidak setuju” diberi angka 2, dan “sangat tidak setuju” diberi angka 1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban dapat diberi skor “sangat setuju” diberi angka 1, “setuju” diberi angka 2, “tidak setuju” diberi angka 3, dan “sangat tidak setuju” diberi angka 4.

b. Skala Guttman

Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan apabila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya- tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi dua alternatif. Jadi kalau skala Likert terdapat 1,2,3,4,5 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “tidak setuju”.

c. Semantic Defferensial

Perbedaan semantic dikemukakan oleh Osgood untuk mengukur atribut yang diberikan oleh responden terhadap beberapa arti untuk mendeskripsikan objek tertentu. Biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. 28 28 Sugiyono, Ibid., h. 97 Dari ketiga skala pengukuran di atas, penelitian ini menggunakan skala pengukuran Likert untuk mengukur skala aktivitas belajar siswa. Alasannya adalah karena skala ini cocok untuk mengetahui sikap individu.

C. Pembelajaran IPS

1. Pengertian Pembelajaran IPS

Sebelum membahas mengenai pembelajaran IPS, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian belajar dan pembelajaran. Menurut Slameto “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 29 Sardiman menyebutkan bahwa belajar dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai “kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuh nya.” 30 Belajar memerlukan proses dan tahapan serta kematangan diri para siswa. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik dilakukan di sekolah secara formal maupun dilakukan di alam sekitar. Sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik yang menjelaskan bahwa “belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah- langkah atau prosedur yang ditempuh.” 31 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku menuju terbentuknya kepribadian yang lebih baik melalui pengalamannya sendiri. 29 Slameto, Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010, Cet. 5, h. 2 30 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011, Cet. 19, h. 20-21. 31 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013, Cet. 15, h. 29. Selanjutnya, kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 menyataan bahwa “pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkung an belajar”. 32 Menurut Winkel “pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrem yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa”. 33 Konsensus Knowles juga berpendapat bahwa “pembelajaran merupakan suatu proses tempat perilaku diubah, dibentuk, atau dikendalikan”. 34 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu rangkaian aktivitas atau kegiatan siswa dan guru dalam wujud interaksi dinamis yang didasarkan adanya hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk membelajarkan siswa sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif dalam dirinya. Menurut Trianto, Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya 35 . Sejalan dengan pendapat Trianto, Sapriya mengemukakan bahwa: Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan 36 . 32 Undang-Undang SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: FOKUSMEDIA, 2009, h. 4 33 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Bogor : Ghalia Indonesia, 2010, h. 12 34 Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, 2011, h. 13 35 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: konsep, strategi, dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, h. 171 36 Sapriya, pendidikan IPS, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, h. 20