pembelajaran yang mengarahkan siswa dalam membangun pengetahuannya melalui proses penyelidikan.
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya adalah model guided inquiry inkuiri
terbimbing. Metoda guided inquiry merupakanaplikasi dari pembelajaran konstruktivisme yang didasarkan pada observasi dan studi ilmiah. Dalam
pembelajaran guided inquirysiswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri untuk memiliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan “prinsip”
untuk diri mereka sendiri.
6
Salah satu konsep kimia yang sesuai dengan karakteristik diatas adalah konsep asam basa. Konsep asam basa membutuhkan pemikiran dan penjelasan
melalui penalaran, sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Konsep asam basa juga dapat dilakukan dengan menggunakan percobaan
sederhana karena konsep ini sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Melalui suatu percobaan sederhana, siswa akan merasa tertarik untuk
melakukan suatu pengamatan dan penyelidikan. Kegiatan penyelidikan sangat penting karena dapat mengoptimalkan keterlibatan pengalaman langsung
siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam menggunakan keterampilan proses dengan mengamati,
menafsirkan, menggunakan alat, bahan dan sumber, menerapkan konsep dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan kepada guru dan teman-teman. Hal ini
membuat belajar siswa lebih bermakna dan berlangsung tetap. Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan guided inquiry membuat
siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya. Pelajaran kimia pun menjadi lebih menarik dan
mudah dipahami, lebih menekankan pada aspek proses dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
6
Hamzah B. Uno Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011, h. 30
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai :
ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
GUIDED INQUIRY
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diidentifikasi beberapa masalah diantaranya :
1. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia karena konsep-
konsep kimia cenderung bersifat abstrak. 2.
Siswa kurang memahami materi dalam proses belajar akibat sistem pembelajaran yang monoton teacher centered.
3. Model pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek kognitif tanpa
menekankan pada aspek psikomotor. 4.
Pembelajaran siswa masih bersifat menerima bukan membangun sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya.
5. Pembelajaran yang diberikan hanya mengembangkan beberapa
keterampilan saja seperti keterampilan berkomunikasi dan observasi.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut : 1.
Penggunaan model pembelajaranInquiry berupa Guided. 2.
Indikator KPS yang dimaksud dalam penelitian ini menurut Nuryani Y. Rustaman yang meliputi observasi, mengelompokan, menafsirkan
pengamatan Interpretasi, meramalkan Prediksi, berkomunikasi, berhipotesis,
merencanakan percobaanpenyelidikan,
menerapkan konsepprinsip, dan mengajukan pertanyaan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini:
“Bagaimana keterampilan proses sains siswa pada materi asam basa
menggunakan model pembelajaran guided inquiry pada kelas XI IPA di MAN 1 Bayah
”.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapaidalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas keterampilan proses sains siswa MAN 1 Bayah dengan
menggunakan model guided inquiry.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.
Bagi guru atau pendidik sebagai informasi yangdapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai
sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. 2.
Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkanketerampilan proses sainsnya, khususnya pada konsep asam basa.
3.
Bagi peneliti
diharapkan dapat
dijadikan sebagai
alternatif modelpembelajaran kimia dalam membuat suatu kebijakan untuk
memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran kimia di sekolah.
7
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Model Pembelajaran Inquiry
1. Pengertian Model Inquiry
Kata Inquiry berasal dari bahasa inggris yang berarti pertanyaan, pemeriksaan,atau
penyelidikan.Menurut Trowbridge
Bybee mengemukakan,Inquiry is prosess of defining and investigating problems,
formulating hypotheses, designing experiment, gathering data, and drawinf conclusions about problems.
7
Menurut mereka inquiry adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan
hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa
esensi dari pengajaran inquiry adalah menata lingkungan atau suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan
secukupnya dalam menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah. Menurut Hamzah. B Uno dan Nurdin Mohamad, inquiry
adalah pembelajaran yang berorientasi pada pencarian, dimana siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep dan prinsip- prinsip, guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman
dan melaukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan “prinsip” untuk diri mereka sendiri.
8
Menurut Wina Sanjaya, “inquiry adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan ”.
9
Menurut Lukman, “pembelajaran inquiry adalah memberi
pembelajaran pada siswa untuk menangani permasalahan yang mereka
7
Asri Widowati, Penerapan Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran Sains sebagai Upaya Pengembangan Cara Berpikir Divergen, Majalah Ilmiah Pembelajaran, Vol. 3, No. 1, Mei 2007.
8
Hamzah B. Uno Nurdin Mohamad,Loc Cit, h. 30
9
Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2006 Cet. 7, h. 196.
hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata dengan menggunakan teknik yang diterapkan oleh seorang peneliti
”.
10
Menurut Gulo yang dikutip dari Trianto, menyatakan strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
11
Menurut Slameto,inquiry adalah cara penyampaian bahan pengajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan
sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan yang dihadapkan kepadanya melalui proses
pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis, kritis, dan sistematis.
12
“Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena inquiry menuntut para peserta didik untuk berpikir.
Metode ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual
”.
13
Lebih luas, para siswa ingin mengetahui apa yang yang sedang terjadi, melakukan sesuatu,
menggunakan simbol, menemukan jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan
siswa, menghubungkan
temuan-temuan dan
membandingkannya. Adapun menurut Roestiyah, inquiry merupakan suatu
teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas dengan cara pelaksanaanya yaitu : guru
membagi tugas meneliti sesuatu masalah kekelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing
kelompok
mendapat tugas
tertentu yang
harus dikerjakan.Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau
membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja
10
Lukmanul Hakim, Op. Cit., h. 49.
11
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007 Cet. 1, h. 134
12
Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta: Bumi Aksara, 1991 Cet. 1, h. 116
13
E. Mulyasa,Kurikulum
Berbasis Kompetensi,
Konsep, Karakteristik,
dan Implementasinya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, cet . 12, h. 235