Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya

dengan melihat. Dalam mengobservasi atau mengamati kita memilah-milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting. Kita menggunakan semua indra, untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan mencium. Dalam observasi tercakup berbagai kegiatan seperti menghitung, mengukur, klasifikasi, maupun mencari hubungan antar ruang dan waktu. b. Pembuatan hipotesis Kemampuan membuat hipotesis adalah salah satu keterampilan yang sangat mendasar dalam kinerja ilmiah. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu, dalam kinerja ilmia, seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen. Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan berbagai hal baru. c. Perencanaan penelitianeksperimen Para ilmuwan biasanya terbiasa dengan pekerjaan eksperimentasi. Namun, kegiatan eksperimen tidak hanya merupakan hak mutlak para ilmuwan. Terbanyak orang dalam hidupnya melakukan eksperimen atau percobaan. Eksperimen tidak lain adalah usaha menguji atau mengetes melalui penyelidikan praktis. Dalam mealakukan eksperimen atau penelitian sederhana, para guru perlu melatih siswa dalam merencanakan eksperimen atau penelitian sederhana itu, karena tanpa rencana bisa terjadi pemborosan waktu, tenaga, dan biaya serta hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. d. Pengendalian variabel Dalam penyelidikan ilmiah para ilmuwan sering mengendalikan variabel eksperimen atau penyelidikan. Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Sedangkan pengendalian variabel adalah suatu aktivitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit seperti yang kita bayangkan. Yang penting adalah bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel. e. Interpretasi data Kemampuan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu keterampilan penting yang umumnya dikuasai oleh para ilmuwan. Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, ekperimen, atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam bentuk, seperti tabel, grafik, histogram, atau diagram. Data yang disajikan tersebut dapatlah diinterpretasikan atau ditafsirkan. f. Menyusun kesimpulan sementara inferensi Membuat kesimpulan sementara atau inferensi sering dilakukan oleh seorang ilmuwan dalam proses penelitiannya. Para guru dapat melatih anak-anak dalam menyusun suatu kesimpulan sementara dalam proses penelitian sederhana yang dilakukan. pertama-tama data dikumpulkan, kadang-kadang melalui eksperimen terlebih dahulu, lalu dibuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi yang dimiliki sampai suatu waktu tertentu. Kesimpulan tersebut bukanlah merupakan kesimpulan akhir, hanya merupakan kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai pada saat itu. g. Meramalkan prediksi Dalam kehidupan sehari-hari kita sering membuat peramalan berdasarkan pengalaman kita sebelumnya. Kalau cuaca mendung, kita meramalkan bahwa hujan mungkin tururn. Para ilmuwan sering membuat ramalan atau predikasi berdasarkan hasil observasi, pengukuran, atau penelitian yang memperlihatkan kecendrungan gejala tertentu. Para guru dapat melatih anak-anak dalam membuat peramalan kejadian-kejadian yang akan datang, berdasarkan pengetahuan, pengalaman, atau data yang dikumpulkan. h. Menerapkan aplikasi Keterampilan menerapkan atau mengaplikasikan konsep adalah kemampuan yang umumnya dimiliki oleh para ilmuwan. Para guru dapat melatih anak-anak untuk menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki. i. Mengkomunikasikan. Setiap ahli dituntut agar mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain. Ia mungkin menyusun laporan penelitian, membuat paper, atau menyusun karangan. Ia mungkin pula menyampaikan penemuannya kepada orang lain secara lisan. Sering ia membuat gambar, model, tabel, diagram, grafik, atau histogram yang dapat dibaca orang lain. Keterampilan mengkomunikasikan apa yang ditemukan adalah salah satu keterampilan mendasar yang dituntut dari para ilmuwan.

3. Tujuan Keterampilan Proses Sains

Dalam setiap konsep yang diterapkan , keseluruhan konsep tersebut sudah pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini pun keterampilan proses sains memiliki beberapa tujuan. Menurut Syamsuar Mochtar dalam A. Samana tujuan dari keterampilan proses sains adalah sebagai berikut: 41 a. Membina motivasi belajar dan memberikan rangsangan belajar. b. Mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian siswa untuk mencari jawabannya. c. Membimbing siswa dalam berbagai kegiatan belajarnya termasuk kegiatan penelitiannya; dan d. Membimbing siswa dalam menafsirkan data hasil penelitiannya serta melaporkan hasil kerjanya baik lisan maupun tertulis. 41 A. Samana, Op. Cit, h. 119

D. Konsep Asam Basa

Seorang ilmuwan kimia dari Swedia bernama Svante August Arrhenius telah berhasil mengemukakan konsep asam dan basa yang memuaskan hingga teori tersebut dapat diterima sampai sekarang. Jauh sebelum Arrhenius, berabad-abad yang lalu, para ilmuwan telah mendefinisikan asam dan basa atas dasar sifat-sifatnya dalam air. Asam diartikan sebagai suatu senyawa yang berasa masam, memerahkan lakmus biru, larutannya dalam air mempunyai pH lebih kecil dari 7, dan dapat menetralkan larutan basa. Basa didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai sifat berasa pahitkesat dan dapat membirukan lakmus merah. Pada tahun 1777, lavoiser menyimpulkan bahwa penyebab asam adalah oksigen. Namun, teori ini dibantah oleh Davy yang menyatakan bahwa hydrogen sebagai penyebab asam. Beberapa Teori asam basa akan dijelaskan di bawah ini: 42 1. Asam dan basa menurut Arrhenius Menurut Arrhenius, larutan bersifat asam jika senyawa tersebut melepaskan ion hidronium H 3 O + saat dilarutkan dalam air. Contoh Asam : CH 3 COOH aq + H 2 O l H 3 O + aq + CH 3 COO − aq Basa menurut Arrhenius Sedangkan basa adalah senyawa yang dapat melepaskan ion hidroksida OH − jika dilarutkan dalam air. Contoh Basa : NaOHaq OH − aq + Na + aq Arrhenius menyimpulkan bahwa ion OH − yang dihasilkan saat proses ionisasi merupakan penyebab basa suatu larutan. 2. Asam dan basa menurut Bronsted-Lowry Dalam teori asam basa menurut Arrhenius hanya terpaku pada reaksi dalam air. Tetapi dalam kenyataannya reaksi tidak hanya dalam air. Tetapi dalam kenyataannya ada reaksi dalam bentuk gas yang tidak menghasilkan ion H + dan ion OH − tetapi tergolong kedalam reaksi asam 42 Shidiq Premono, dkk. Kimia SMAMA Kelas XI, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2006, h. 130 basa. Karena alas an inilah maka diperlukan teori asam basa yang lebih luas dan umum. Berdasarkan kenyataan inilah, seorang ahli kimia Denmark bernama Bronsted dan ahli kimia inggris bernama Lowry secara terpisah mengusulkan bahwa yang dimaksud dengan asam adalah suatu zat yang memberikan proton ion hydrogen pada zat lain, sedangkan basa adalah suatu zat yang menerima proton dari asam. 43 Berdasarkan definisi ini, maka reaksi antara gas NH 3 dan HCl dapat ditulis seperti dibawah ini. Dari struktur tersebut terlihat bahwa HCl bersifat asam karena donor proton, sedangkan NH 3 adalah basanya karena menerima proton. Jadi menurut Bronsted Lowry, setiap ada reaksi yang didalamnya terjadi suatu perpindahan proton dari partikel satu ke partikel lainnya, disebut reaksi asam basa meskipun tidak mengikutsertakan ion H + atau OH − dan bereaksi tanpa ada suatu pelarut. 3. Asam dan basa menurut Lewis Teori yang dikemukakan oleh Bronsted-Lowry lebih umum daripada Arrhenius karena telah meniadakan pembatasan teori yang hanya berlaku untuk larutan dalam air. Tetapi masih ada beberapa reaksi yang tidak sesuai dengan konsep Bronsted-Lowry. Konsep dari Bronsted-Lowry hanya melibatkan pertukaran proton saja. Jadi menurut lewis, yang dimaksud dengan asam adalah suatu senyawa yang mampu menerima pasangan electron atau akseptor electron. Sedangkan basa adalah suatu senyawa yang dapat memberikan pasangan elektron kepada senyawa lain atau donor proton 44 . Perhatikanlah rekasi dibawah ini. 43 Keenan, dkk. Kimia untuk Universitas Jilid I, Jakarta: Erlangga, 1984 Edisi ke-6, h. 408 44 Shidiq Premono, dkk, Op.Cit, h. 152

E. HASIL KAJIAN PUSTAKA YANG RELEVAN

Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai model inquiry di dalam sistem pembelajaran. Diantaranya : a. Nita Nurtafita, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Guided Inquiry Terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep kalor ”. Di SMP N 3 Tangsel. Dalam kesimpulannya dikatakan bahwa : terdapat pengaruh yang signifikan dalam model guided inquiry terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep kalor. Pengaruh ini terlihat dari peningkatan persentase dari pretest ke posttest pada setiap aspek KPS yang diukur. Pada aspek menafsirkan terjadi peningkatan persentase tiga kali dari nilai awalnya nilai pretest, sedangkan pada aspek menerapkan konsep dan melakukan komunikasi terjadi peningkatan persentase dua kali dari nilai awalnya. Pada aspek mengobservasi melalui lembar kinerja sebesar 78,75 yang berada pada kategori baik 45 b. TH. Agustanti, dalam jurnal pendidikan IPA Indonesia yang berjudul Implementasi Metode Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi” di SMP N 2 Wonosobo Jawa Tengah. Dalam kesimpulannya dikatakan bahwa: pembelajaran dengan meneliti inquiry di kelas VIIE SMP N 2 Wonosobo dapat menjadikan siswa aktif, bergairah, antusias, berpartisipasi dan peduli terhadap perkembangan teknologi. Dan 45 Nita Nurtafita , dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Guided Inquiry Terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep kalor ”. Di SMP N 3 Tangsel, 2012, UIN Jakarta, Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan IPA, Skripsi tidak diterbitkan.