akan mengembangkan sifat-sifat pribadi siswa yang tegang, nervous, dan antagonistik. Disiplin yang bebas, cenderung
membentuk sifat siswa yang kurang bertanggungjawab, kurang menghargai otoritas, dan egosentris. Sementara disiplin yang
demokratis, cenderung mengembangkan perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan tenang, dan sikap bekerjasama.
4 Prestasi Belajar
Pencapaian prestasi belajar atau peringkat kelas mempengaruhi peningkatan harga diri dan sikap percaya diri
siswa
5 Penerimaan Teman Sebaya
Siswa yang diterima oleh teman-temannya, ia akan mengembangkan sikap positif terhadap dirinya, dan juga orang
lain. Ia merasa menjadi orang yang berharga.
E. Karakteristik Kepribadian
Salah satu kata kunci dan definisi kepribadian adalah “penyesuaian adjustment”. Menurut Alexander A. Schneiders 1964, penyesuaian itu dapat
diartikan sebagai “Suatu proses respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri,
tegangan emosional, frustasi dan konflik; dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan norma lingkungan”.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya secara wajar,
normal atau sehat well adjustment; di antara mereka banyak juga yang mengalaminya secara tidak sehat maladjustment.
31
E.B. Hurlock 1987 mengemukakan bahwa penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat healty personality ditandai dengan karakteristik
sebagai berikut. 1.
Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang berkepribadian sehat mampu menilai dirinya sebagaimana apa adanya, baik
kelebihan maupun kekurangan atau kelemahannya, yang menyangkut fisik postur tubuh, wajah, keutuhan, dan kesehatan dan
kemampuan kecerdasan, dan keterampilan. 2.
Mampu menilai situasi secara realistik. Individu dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan
mau menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna.
3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik. Individu
dapat menilai prestasinya keberhasilan yang diperolehnya secara realistik dan mereaksinya secara rasional. Dia tidak menjadi
sombong, angkuh atau mengalami “ superiority complex”, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan dalam hidupnya.
Apabila mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi dengan sikap optimistik penuh harapan.
4. Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang
bertanggung jawab. Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya. 5.
Kemandirian autonomy. Individu memiliki sifat mandiri dalam berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan
dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
32
6. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya.
Dia dapat menghadapi situasi frustasi, depresi atau stress secara positif atau konstruktif, tidak destruktif merusak.
7. Berorientasi tujuan. Setiap orang memiliki tujuan yang ingin
dicapainya. Namun, dalam merumuskan tujuan itu ada yang realistik ada yang tidak realistik. Individu yang sehat kepribadiannya dapat
merumuskan tujuannya berdasarkan pertimbangan secara matang rasional, tidak atas dasar paksaan dari luar. Dia berupaya untuk
mencapai tujuan tersebut dengan cara mengembangkan kepribadian wawasan, perilaku dan keterampilan.
8. Berorientasi keluar. Individu yang sehat memiliki orientasi keluar
ekstrovert. Dia bersifat respect, empati terhadap orang lain mempunyai kepedulian terhadap situasi, atau masalah-masalah
lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berpikirnya. Barret Leonard mengemukakan sifat-sifat individu yang berorientasi keluar,
yaitu a menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya sendiri; b merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain; c tidak
membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan tidak mengorbankan orang lain karena kekecewaan dirinya.
9. Penerimaan sosial. Individu dinilai positif oleh orang lain, mau
berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
10. Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari agama, keyakinan, way of life yang
dianutnya. 11. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai
kebahagiaan. Kebahagiaan ini didukung oleh faktor-faktor achievement pencapaian prestasi, acceptance penerimaan dari
33
orang lain, dan affection perasaan dicintai atau disayangi orang lain.
Berikut ini karakteristik kepribadian yang tidak sehat: 1.
Mudah marah tersinggung, panik 2.
Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan berlebihan 3.
Sering merasa tertekan stres dan dipresi 4.
Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang umurnya lebih muda atau terhadap binatang sikap intimidasi
5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang
sekalipun sudah diperingatkan atau dihukum 6.
Mempunyai kebiasaan berbohong, berdusta 7.
Hiperaktif 8.
Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas 9.
Senang mengkritikmencemooh orang lain 10. Sulit tidur
11. Kurang memiliki rasa tanggung jawab 12. Sering mengalami pusing kepala meskipun penyebabnya bukan
bersifat fisiologis 13. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
14. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan 15. Kurang bergairan dalam kehidupan “loyo”
Kelainan perilaku di atas berkembang bilamana anak hidup dalam lingkungan yang tidak kondusif dalam perkembangannya. Misalnya, lingkungan
34
keluarga yang kurang berfungsi disfunctional family bercirikan “broken home”, hubungan antar anggota keluarga kurang harmonis, kurang menjunjung nilai-
nilai agama, orangtua bersikap keras atau kurang memberikan perhatian dengan kasih sayang kepada putra-putrinya.
Berkembangnya kelainan kepribadian pada umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang baik, maka upaya pencegahan sebaiknya
dilakukan oleh pihak keluarga, sekolah, dan pemerintah bekerja sama untuk menciptakan iklim lingkungan yang memfasilitasi atau memberikan kemudahan
kepada anak untuk mengembangkan potensi atau tugas-tugas perkembangannya secara optimal, baik menyangkut fisik, psikis, sosial, dan
moral-spiritual.
F. Aplikasi Psikologi Kepribadian