Motivasi – Dorongan Motivation –Drives

B. Psikologi Kepribadian: Behavioristik

1. Struktur Kepribadian Stimulus-Response

Kebiasaan habit adalah satu-satunya elemen dalam Teori Dollard dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan respon, yang relatif stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Karena itu gambaran kebiasaan seseorang tergantung pada event khas yang menjadi pengalamannya. Namun susunan kebiasaan itu bersifat sementara: kebiasaan hari ini mungkin berubah berkat pengalaman baru besok pagi. Dollard Miller menyerahkan kepada ahli rincian perangkat habit tertentu yang mungkin menjadi ciri seseorang, karena mereka lebih memusatkan bahasannya mengenai proses belajar, bukan kepemilikan atau hasilnya. Namun mereka menganggap penting kelompok habit dalam bentuk stimulus verbal atau kata-kata – dari orang itu sendiri atau dari orang lain, dan responnya yang umumnya juga berbentuk verbal. Dollar Miller juga mempertimbangkan dorongan sekunder secondary drives, seperti rasa takut sebagai bagian kepribadian yang relatif stabil. Dorongan primer primary drives dan hubungan S-R yang bersifat bawaan innate juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibanding habit dan dorongan sekunder, karena dorongan primer dan hubungan S-R bawaan ini menentukan taraf umum seseorang, bukan membuat seseorang menjadi unik.

2. Dinamika Kepribadian

a. Motivasi – Dorongan Motivation –Drives

Dollar Miller sangat memperhatikan motivasi atau drive. Mereka tidak menggambarkan atau mengklasifikasi motif tertentu, tetapi memusatkan perhatiannya pada motif-motif yang penting, seperti kecemasan. Dalam menganalisa perkembangan dan elaborasi kecemasan inilah mereka berusaha menggambarkan 97 proses umum yang mungkin berlaku untuk semua motif. Dalam kehidupan manusia banyak sekali muncul dorongan yang dipelajari secondary drives dari atau berdasarkan dorongan primer seperti lapar, haus dan seks. Dorongan yang dipelajari itu berperan sebagai wajah semu yang fungsinya menyembunyikan dorongan bawaan. Kenyataannya, di masyarakat Barat yang modern, dari pengamatan sepintas terhadap mayarakat dewasa, pentingnya dorongan primer sering tidak jelas. Sebaliknya, yang kita lihat adalah dampak dari dorongan yang dipelajari seperti kecemasan, malu, dan kebutuhan kepuasaan. Hanya dalam proses perkembangan masa anak-anak atau dalam periode krisis dapat dilihat jelas beroperasinya dorongan primer. Dollar Miller juga mengemukakan bahwa bukan hanya dorongan primer yang diganti oleh dorongan sekunder, tetapi hadiah atau penguat yang primer ternyata juga diganti dengan hadiah atau penguat sekunder. Misalnya, senyum orang tua secara bijak terus menerus dihubungkan dengan aktivitas pemberian makanan, penggantian popok dan aktivitas yang memberi kenyamanan lainnya: “senyum” akan menjadi hadiah sekunder yang sangat kuat bagi bayi sampai dewasa. Penting diperhatikan bahwa kemampuan hadiahpenguat sekunder untuk memperkuat tingkah laku itu tidak tanpa batas. Hadiahpenguat sekunder lama kelamaan menjadi tidak efektif, kecuali kalau hadiahpenguat sekunder itu kadang masih berlangsung bersamaan dengan penguat primer. Dollar dan Miller setuju dengan Freud yang memandang kecemasan adalah tanda bahaya, semacam antisipasi menghindari rasa sakit yang pernah dialami pada masa lalu. Behaviorisme menjelaskan perolehan kecemasan sebagai tanda bahaya itu melalui proses kondisioning klasik, dan penyebarannya ke dalam pribadi dijelaskan melalui perolehan reinforsemen dan generalisasi stimulus. 98 Anak yang tersemprot oleh uap panas yang mendesis dari cerek, menjadi takut dengan cerek yang menimbulkan rasa sakitkepanasan. Suara desis yang membarengi terpancarnya uap panas itu dimaknai sebagai tanda bahaya yang menimbulkan kecemasan. Anak kemudian menggeneralisir suara desis dan menjadi cemas ketika berdekatan dengan tempat tejadinya cerek, tungku, api, dan mendengar suara-suara desisan lain. Kalau tingkah laku menghindar dari tungku dan dari suara mendesis ternyata dapat membuat dirinya tidak mengalami rasa sakit kepanasan tidak peduli apakah memang tungku dan desisan yang dihindari berpotensi ancaman timbulnya rasa sakit, tingkah laku menghindar itu akhirnya berperan sebagai reinforsemen. Jadi, kecemasan dan ketakutan adalah bentuk kondisioning dari reaksi sakit, yang berfungsi untuk memotivasi dan mereinforse tingkah laku menghindar agar tidak mengalami rasa sakit.

b. Proses Belajar