keturunan dan kemasakan dalam perkembangan individu, dan tidak menganggap pengaruhnya tidak penting. Ia hanya merasa bahwa
psikologi sudah terlalu fokus dengan pola tipikal atau pola umum dari perkembangan dan mengabaikan perkembanagn psikologis lintas waktu
dari ruang hidup individu. Perkembangan bagi Lewin adalah suatu yang konkrit dan kontinyu, usia dan tahapan perkembangan dianggapnya tidak
terlalu banyak membantu memahami perkembangan psikologis. Konsep- konsep seperti diferensiasi, organisasi, dan integrasi lebih berguna dalam
menggambarkan perubahan tingkah laku, alih-alih periodisasi perkembangan.
a. Perubahan Tingkah Laku
Menurut Lewin, sejumlah perubahan tingkah laku yang penting terjadi sepanjang perkembangan. Variasi aktivitas, emosi, kebutuhan,
hubungan sosial, dan sebagainya semakin banyak ketika orang menjadi semakin tambah usia variasi itu mungkin akan menurun
pada usia udzur. Namun demikian, semakin bertumbuh orang semakin bebas bergerak, dan orientasi waktu semakin luas. Anak-
anak adalah makhluk yang hanya berpikir kekinian, sedang orang dewasa yang masak akan berpikir tentang masa lalu dan
merencanakan masa depan, sehingga memasukkan ke dalam ruang hidupnya perspektif waktu. Tingkah laku menjadi semakin teroganisir,
hirarkis, realistis, dan efektif.
Organisasi
Bertambahnya usia membuat orang semakin sadar pentingnya pengorganisasian. Misalnya, anak-anak dapat mempertahankan
hubungannya dengan beberapa temannya waktu itu, semakin dewasa mereka akan berinteraksi dengan semakin banyak orang
dalam berbagai kelompok. Dibutuhkan suatu sistematik, harus
91
berbuat apa ketika berhubungan dengan orang dalam kelompok yang mana.
Hirarkis
Tingkah laku menjadi hirarkis, anak-anak bermain untuk memperoleh kepuasan dari pemainan itu. Semakin dewasa mereka
memakai permainan sebagai alatteknik untuk memperoleh kepuasan bersaing dengan teman lain, dan bersaing menjadi alatteknik untuk
memacu diri berguna mencapai tujuan. Tingkah laku juga bisa menjadi semakin rumit; orang dapat mengubah-ubah tingkah
lakunya, pindah dari region satu ke region lainnya. Tingkah laku bayi merupakan reaksi yang kacau di seluruh
tubuhnya. Lewin menyebut jenis aktivitas umum semacam itu sebagai tingkah laku saling ketergantungan sederhana simple
interdependence dimana sistem tegangan saling mempengaruhi. Apapun sumber tegangannya lapar, haus, kedinginan, takut,
tegangan yang terjadi pada bayi menyebar rata ke seluruh organisme, menghasilkan aktivitas masal menyeluruh. Semakin
mencapai kemasakan, semakin diperoleh saling ketergantungan yang teroganisir organizational interdependence. Dimana aksi yang
independen menjadi terorganisir secara hirarkis. Aktivitas dan kebutuhan yang terpisah dikombinasikan dan diintegrasikan ke dalam
keseluruhan yang lebih besar.
Realistis
Sesudah kemasakan dicapai, kemampuan kita untuk membedakan realitas dengan fantasi meningkat. Meningkatnya
realisme persepsi lebih dikenali pada area hubungan sosial. Misalnya, anak kecil mungkin melihat tingkah laku orang lain sesuai
dengan keinginan dan kebutuhannya. Anak yang lebih tua memahami
92
secara lebih realistik, bahwa orang lain mempunyai rencana dan tujuan dari tingkah laku mereka sendiri.
Efektif
Kemasakan juga membuat tingkah laku menjadi semakin “ekonomis”. Orang berusaha untuk memperoleh hasil maksimal
dengan usaha yang minimal. Tingkah laku yang efektif menuntut adanya penyesuaian ruang hidup dengan sifat-sifat yang sebenarnya
dari lingkungan eksternal fisik dan sosial. Penyesuaian semacam itu hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa yang masak.
Diferensiasi dan Integrasi
Diferensiasi menjadi salah satu konsep kunci Lewin, untuk menjelaskan peningkatan variasi tingkah laku, kebebasan bergerak
dihubungkan dengan kemampuan untuk mengerjakan hal-hal yang berbeda-beda, perluasan orientasi waktu, dan perbedaan antara
yang nyata dan yang tidak nyata. Diferensiasi adalah peningkatan jumlah bagian-bagian dari keseluruhan. Jumlah sel dalam pribadi-
dalam berlipat dengan bertambahnya usia, dan jumlah region dalam lingkungan psikologis juga meningkat.
Ketika belajar membedakan kenyataan dan ketidaknyataan, orang belajar untuk membedakan bukan hanya antara benar dan
salah, tetapi juga antara perbedaan tingkat peluang dan kemungkinan. Jadi, kalau pada anak-anak hanya melihat ibu ada
disini atau tidak ada disini, semakin dewasa mereka menjadi memahami bahwa ibu tidak ada di rumah sampai sore, karena dia
lembur hari itu, atau ibu sedang mampir di rumah tetangga dan segera sampai di rumah. Bertambahnya diferensiasi akan
menciptakan bondari-bondaris yang baru. Kekuatan bondaris itu semakin meningkat bersama dengan pertambahan usia. Ini akan
mengurangi kekacauan dan mengembangkan kemampuan untuk
93
melakukan pola tingkah laku yang rumit. Anak-anak lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungannya, lebih mudah menghilangkan
tegangan secara langsung dibanding orang dewasa. Orang dewasa lebih persisten, mengatur tingkah lakunya dengan pola lokomosi yang
rumit dan khas. Konsep saling ketergantungan yang terorganisir organizational
interdependence menjelaskan bagaimana daerah pribadi-dalam dan daerah lingkungan psikologis yang semakin terdiferensiasi dan
semakin otonom, dapat bekerja sama menghasilkan tingkah laku yang integratif. Sel dan region diintegrasikan dalam keseluruhan yang
lebih besar. Hirarki mengatur hubungan dominasi-subordinasi, region a mengatur region b, b mengatur c, dan d, dan seterusnya, misalnya
bayi mungkin bermain dengan boneka dengan cara sederhana, misalnya dengan memukul-mukulkannya. Pada anak yang usianya
lebih tua, mereka bermain boneka dengan melibatkan hirarki yang kompleks dari tujuan dan subtujuan. Boneka itu diajak berbicara
fantasi atau digendong perasaan kasih sayang, atau dimutilasi rasa ingin tahu. Semuanya itu merupakan kebutuhan semu, dari
kebutuhan untuk diperhatikan orang tua. Kebutuhan diperhatikan merupakan sub kebutuhan kasih sayang. Jadi, setiap subtujuan
membentuk tujuan semu sementara, yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, dan memperoleh kepuasan dari
pencapaian tujuan tinggi.
Regresi
Perkembangan bisa bergerak mundur. Walaupun tidak memerinci periodisasi perkembangan, Lewin malahan menemukan
dua macam gerak mundur perkembangan, regresi dan retrogresi. Retrogresi adalah kembali ke bentuk tingkah laku lebih awal dalam
sejarah kehidupan manusia, sedang regresi adalah pernah melakukan hal itu. Jadi semua bentuk kemunduran di sebut regresi,
94
dan khusus regresi yang mengulangi tingkah laku yang pernah dialami pada masa yang lalu di sebut retrogresi. Ekspresi regresi,
misalnya ketika orang dewasa menyatakan kegembiraannya dengan meloncat-loncat seperti anak kecil. Kalau memang dari sejarahnya,
orang itu pada masa anak-anak menyatakan kegembiraan hatinya dengan meloncat-loncat, respon itu di sebut retrogresi. Menurut
Lewin, frustrasi menjadi salah satu faktor terpenting penyebab regresi.
5. Aplikasi