Mekanistik Mechanistic, Purposif Purposive, dan

dimana kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan disatukan dalam arus yang harmonis. b. Regresi adalah gerak mundur dari energi psikis akibat adanya frustrasi, sehingga energi psikis itu banyak dikuasai atau dipakai di dalam proses tak sadar. Regresi tidak selalu buruk, karena gerak mundur itu dapat membantu ego menemukan cara mengatasi hambatan, misalnya regresi itu mungkin dapat mengungkap pengetahuan atau kebijaksanaan yang ada dalam ketidaksadaran sebagai arsetip. Regresi semacam itu biasa muncul dalam bentuk mimpi. Gerakan yang didukung energi bukan hanya maju atau mundur. Ketika lingkungan menentang pemuasan kebutuhan instingtif, ego mempunyai dua macam pilihan pemakaian energi, yakni sublimasi atau represi. a. Sublimasi adalah mengubah tujuan instingtif yang tidak dapat diterima dengan tujuan yang dapat diterima lingkungan. Ini berarti memindahkan energi dari proses instingtif yang kabur menjadi lebih tegas dan mementingkan tujuan kultural dan spiritual. b. Represi adalah menekan instingtif yang tidak mendapat penyaluran rasional di lingkungan, tanpa mengganggu ego. Insting itu ditekan ke tak sadar, energi dipakai untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat membuat insting yang ditekan tidak muncul ke kesadaran.

F. Perkembangan Kepribadian

1. Mekanistik Mechanistic, Purposif Purposive, dan

Sinkronisitas Synchronicity 59 Perkembangan kepribadian adalah salah satu peristiwa yang sangat penting. Pendekatan Jung untuk menjelaskan mengapa peristiwa psikis itu terjadi lebih lengkap dibanding Freud. Pandangan Freud bersifat mekanistik atau kausalistik, menurutnya semua peristiwa disebabkan oleh sesuatu yang terjadi pada masa lalu. Jung mengedepankan pandangan purposif atau teleologik, yang menjelaskan kejadian sekarang ditentukan oleh masa depan atau tujuan. Jung yakin bahwa dua pandangan ini, mekanistik dan purposif dibutuhkan untuk melengkapi pemahaman terhadap kepribadian; masa kini ditentukan bukan hanya oleh masa lalu tetapi juga oleh masa depan. Prinsip mekanistik akan membuat manusia menjadi sengsra karena terpenjara masa lalu. Manusia tidak bisa bebas menentukan tujuan atau membuat rencana karena masa lalu yang tidak dapat diubah itu yang menentukan apa yang akan terjadi. Sebaliknya, prinsip purposif membuat orang mempunyai perasaan penuh harapan, ada sesuatu yang membuat orang berjuang dan bekerja. Menurut Jung peristiwa psikis tidak selalu dapat dijelaskan dengan prinsip sebab akibat. Dua peristiwa psikis yang terjadi secara bersamaan dan tampak saling berhubungan, yang satu tidak menjadi penyebab dari yang lain, karena keduanya tidak dapat ditunjuk mana yang masa lalu dan mana yang masa depan. Ini dinamakan prinsip sinkronisitas synchronicity. Jung menyimpulkan dari pengalaman-pengalaman dalam telepati mental, pengindraan batin clairvoyance, dan fenomena paranormal lainnya; bahwa ada jenis aturan lain di alam semesta di samping aturan sebab-akibat, aturan itulah prinsip sinkronisitas. Dalam banyak kasus, sering orang menjelaskan suatu peristiwa itu terjadi karena orang sangat memikirkan hal itu, atau karena yakin bahwa hal itu akan terjadi. Sekedar memikirkan atau keyakinan jelas tidak mempunyai hubungan sebab akibat dengan peristiwanya. Jung memakai prinsip sinkronisitas untuk menjelaskan tata kerja arsetip. Arsetip sebagai isi tak sadar tidak menjadi sebab terjadinya peristiwa mental atau fisik. Prinsip 60 sinkronisitaslah yang membuat peristiwa mental atau fisik terjadi bersamaan dengan aktifnya isi-isi tak sadar.

2. Individuasi Individuation dan Transendensi Transcendent