62
2.2.5. Reindustrialisasi
Berbeda  dengan  istilah  deindustrialisasi  yang  sudah  populer,  istilah reindustiraliasasi  mulai  sering  terdengar  di  Indonesia  sekitar  awal  tahun  2008
sehingga  tulisan  mengenai  konsep  reindustrialisasi  di  Indonesia  masih  sangat minim.  Reindustrialisasi  adalah  melakukan  perubahan  dan  perbaikan  secara
holistik  dan  komprehensif  dalam  proses  industrialisasi  untuk  mendorong pembangunan  industri  manufaktur  nasional  Kementerian  Perindustrian,  2010.
Reindustrialisasi juga merupakan langkah strategis untuk membangun kemandirian perekonomian Indonesia Hariyadi BS., 2009.
Hal  ini  sejalan  dengan  Ine  Mirana  2008  yang  berpendapat  bahwa reindustrialisasi  adalah  kembali  menempatkan  pembangunan  industri  sebagai  cara
penting  dalam  memecahkan  masalah  ekonomi  dan  sosial,  artinya  memposisikan sektor  industri  sebagai  agen  pembangunan  dalam  rangka  memberikan  kontribusi
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Strategi  Reindustrialisasi  menurut  Adzic  2008  antara  lain:  1  melakukan
liberalisasi  komoditi,  keuangan  dan  teknologi  maju  dan  metode  pengelolaan kegiatan  ekonomi,  2  privatisasi  pembangunan,  3  peningkatan  peran  jasa  dan
teknologi  informasi  dalam  rangka  penciptaan  nilai  tambah,  dan  4  pelaksanaan konsep pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan beberapa konsep reindustrialisasi di atas, maka dapat dikatakan bahwa  reindustrialisasi  dimaksudkan  untuk  melakukan  perubahan  dan
pembangunan  kembali  serta  perbaikan  secara  sistematik  dan  komprehensif  dalam proses  industrialisasi  dengan  tujuan  untuk  meningkatkan  daya  saing  industri  yang
berkelanjutan.
63 Untuk  membangun  daya  saing  yang  berkelanjutan,  upaya  pemanfaatan
seluruh sumber daya  yang dimiliki bangsa serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada harus dilakukan secara optimal. Esensi daya saing yang
berkelanjutan  tersebut  terletak  pada  upaya  menggerakkan  dan  mengorganisasikan seluruh  potensi  sumber  daya  produktif,  untuk  menghasilkan  produk  inovatif  yang
lebih  kompetitif,  lebih  baik,  dan  lebih  mudah  didapat  dalam  rangka  pemenuhan kebutuhan dan permintaan pasar.
Menurut Mulyadi 2010, pembangunan industri nasional perlu dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi dan holistik melalui Trilogi Pembangunan Industri yaitu
:    pertumbuhan,    pemerataan  dan  persebaran.  Berlandaskan  trilogi  pembangunan industri  tersebut,  maka  strategi  reindustrialisasi  akan  difokuskan  pada  5  lima
upaya antara lain: 1.   Melakukan  revitalisasi  industri  yang  memiliki  peluang  untuk  menjadi  industri
kelas dunia dan memiliki keunggulan komparatif, seperti industri berbasis CPO, petrokimia  termasuk  pupuk,  industri  gula,  industri  semen,  dan  industri  rumput
laut,  serta  industri  pengolahan  berbasis  SDA  lainnya,  seperti  kayu  dan  rotan, kakao,  karet  dan  hasil  laut.  Dalam    melakukan  upaya  ini,  perlu  dilakukan
pendekatan secara integratif dan holistik melalui pengembangan klaster industri. 2.  Melakukan  penguatan  struktur  industri  termasuk  industri  mesin  dan  peralatan.
Kurang  lengkapnya  dan  kuatnya  struktur  industri  mencerminkan  belum kokohnya  kemampuan  industri  dan  strategi  yang  diterapkan  dalam
pengembangannya.  Indikasi  lemahnya  struktur  industri  selama  ini  adalah tingginya tingkat ketergantungan impor barang modal, bahan baku dan penolong
dari  luar  negeri,  masih  rendahnya  tingkat  nilai  tambah  yang  dihasilkan,  masih
64 terbatas  mata  rantai  pengolahan  industri,  penggunaan  teknologi  dengan  biaya
tinggi  yang  kurang  efisien,  sehingga  mengakibatkan  belum  optimalnya pembentukan  nilai  tambah  di  sektor  industri.  Penguatan  struktur  industri  yang
kukuh  dan  kuat  dapat  dilakukan  melalui  peningkatan  keterkaitan  baik  antara sektor  industri  dengan  sektor  ekonomi  lainnya  dalam  rangka  pelipatangandaan
nilai tambah, efesiensi pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki. 3.  Membangun  daya  saing  industri  di  daerah,  upaya  ini  dilakukan  secara
kolaboratif  antara  pemerintah  pusat  dan  daerah  dengan  pendekatan pengembangan kompetensi inti industri daerah. Peningkatan daya saing industri
di  daerah  tentunya  tidak  semudah  membalikkan  telapak  tangan  tetapi menghadapi  berbagai  kendala  dan  tantangan  berat  terutama  dikarenakan
banyaknya  perangkat  daerah  yang  harus  disiapkan,  diantaranya  1 kelembagaan,  2  tenaga  kerja,  3  ekonomi  daerah,  4  keamanan,  politik,  dan
sosial  budaya,  serta  5  infrastruktur  fisik.  Upaya  untuk  meningkatkan  daya saing  industri  di  daearah  dilakukan  melalui  penetapan  kompetensi  inti  industri
daerah  yang  berlandaskan  pada  keunggulan  yang  dimiliki  daerah.  Kompetensi inti  adalah  suatu  kumpulan  yang  terintegrasi  dari  serangkaian  keahlian  dan
teknologi yang merupakan akumulasi dari pembelajaran, yang akan bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis.
4.  Pengembangan  dan  penerapan  teknologi  industri  masa  depan  termasuk  nano- teknologi,  bio-teknologi,  perangkat  lunak,  teknologi  informasi  dan  peralatan
komunikasi,  serta  peralatan  energi  dan  lingkungan.  Upaya  ini  bertujuan  untuk penumbuhan  industri  berbasis  teknologi  bio  dan  nano,  dengan  harapan  akan
meningkatnya  jumlah  populasi  industri  berbasis  bio  dan  nano  teknologi,  dan meningkatnya nilai tambah produk industri berbasis bio dan nano teknologi.
65 5.  Memperkuat  peranan    Industri    Kecil    dan    Menengah  IKM  dan  industri
kreatif melalui pembangunan pusat-pusat pengembangan inovasi di sentra-sentra IKM  dan  menjalin  pola  kemitraan  antar  IKM  dengan  stakeholders  di  daerah,
seperti dengan lembaga Perguruan Tinggi, perbankan dan industri besar. Jalinan kemitraan  ini  harus  didasarkan  atas  prinsip  sinergi,  yaitu  saling  membutuhkan
dan  saling  membantu.  Prinsip  saling  membutuhkan  akan  menjamin  kemitraan berjalan  lebih  langgeng  karena  bersifat  alami.  Berlandaskan  prinsip  ini,  usaha
besar akan selalu mengajak industri kecil sebagai partner in progress.
2.3. Keragaan Industri Non-Migas Nasional 2.3.1. Indikator Makro Industri