Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas

262 apabila angka VIF dari suatu variabel melebihi 10. Sementara itu, berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa pada model regresi faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi permintaan, nilai VIF dari variabel-variabel SHINVEST, SHEXPORT, dan SHIMPNMIGAS berturut-turut 1.28; 1.06; dan 1.31 dimana nilainya masih jauh di bawah 10. Hal ini menunjukkan bahwa masalah multikolinieritas pada model regresi faktor-faktor penyebab dari sisi permintaan relatif kecil atau dapat diabaikan. Di sisi lain, berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa pada model regresi faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi penawaran, nilai VIF dari variabel-variabel LISTRIK, BBM, UPAH, dan HITECHN berturut-turut 2.27; 2.47; 9.35; dan 5.20 dimana nilainya masih jauh di bawah 10. Hal ini menunjukkan bahwa masalah multikolinieritas pada model regresi faktor-faktor penyebab dari sisi penawaran relatif kecil atau dapat diabaikan.

6.1.2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Dengan kata lain masalah ini seringkali ditemukan apabila menggunakan data runtut waktu. Hal ini disebabkan karena “gangguan” pada individu kelompok yang sama pada periode berikutnya; pada data cross secsional , masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu kelompok yang berbeda. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilakukan uji Durbin-Watson DW-Test dengan ketentuan : 1. Bila nilai DW lebih besar daripada batas atas upper bound, U, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, artinya tidak ada autokorelasi positif; 263 2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah lower bound, L, maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, artinya ada autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW terletak diantara batas atas dan batas bawah, maka tidak dapat disimpulkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa model regresi untuk melihat faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi permintaan menghasilkan nilai DW sebesar 1.09, sehingga tidak dapat disimpulkan apakah ada masalah autokorelasi atau tidak. Sementara itu, model regresi untuk melihat faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi penawaran menghasilkan nilai DW sebesar 2.40, artinya tidak ada korelasi positif. Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi yang serius pada model regresi linier faktor-faktor penyebab deindustrialisasi baik dari sisi permintaan maupun penawaran.

6.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varian yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat pertumbahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkumnya dalam spesifikasi model. Gejala heteroskedastisitas lebih sering dijumpai dalam data silang daripada data runtut waktu, namun juga sering juga muncul dalam analisis yang menggunakan data rata- rata. Metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah heterokedastisitas salah satunya dapat menggunakan metode Park. Metode Park mengandung prosedur dua tahap. Tahap pertama, melakukan estimasi suatu model persamaan regresi tanpa mempersoalkan apakah data mengandung heterokedastisitas atau tidak. Selanjutnya persamaan diestimasi dengan menggunakan metode OLS sehingga akan menghasilkan 264 nilai estimasi residual e. Karena umumnya nilai varian tidak diketahui, maka hal ini dapat ditaksir dengan menggunakan e 2 sebagai proxy. Langkah ini merupakan prosedur kedua dari Metode Park. Selanjutnya dilakukan transpormasi logaritma natural terhadap variabel-variabel penjelas dan nilai residual yang dikuadratkan. Koefisien-koefisien parameter yang baru jika ternyata signifikan secara statistik, maka hal ini akan mengindikasikan adanya kehadiran heterokedastisitas pada data yang digunakan. Sebaliknya jika tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan bahwa disturbance error bersifat homoscedasticity. Persamaan-persamaan ekonometrika untuk menguji adanya heterokedastisitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode Park untuk model regresi linier faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi permintaan menunjukkan bahwa koefisien-koefisien parameter tidak signifikan secara statatis seperti dapat dilihat pada Tabel 59. Hal ini menunjukkan bahwa disturbance error pada model regresi faktor- faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi permintaan bersifat homoscedasticity sehingga masih memenuhi asumsi yang dipersyaratkan dalam metode OLS. Tabel 59. Hasil Uji Heterokedastisitas Mengggunakan Metode Park untuk Model Regresi Linier Faktor Penyebab Deindustrialiasi dari Sisi Permintaan Variabel Penduga Parameter Standar error t-hitung Peluang INTERCEPT LN_SHCREDIT LN_SHEXPORT LN_SHIMPNMIGAS 60.32264 -5.41261 -12.5804 2.479466 89.78418 3.797712 18.95221 6.144147 0.67 -1.43 -0.66 0.40 0.5169 0.1845 0.5218 0.6950 Sumber : Hasil Analisis, 2011 Sementara itu, berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode Park untuk model regresi linier faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi penawaran menunjukkan bahwa koefisien-koefisien parameter tidak signifikan secara statistik 265 seperti dapat dilihat pada Tabel 60. Hal ini juga menunjukkan bahwa disturbance error pada model regresi faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi penawaran bersifat homoscedasticity sehingga masih memenuhi asumsi yang dipersyaratkan dalam metode OLS. Tabel 60. Hasil Uji Heterokedastisitas Mengggunakan Metode Park untuk Model Regresi Linier Faktor Penyebab Deindustrialiasi dari Sisi Penawaran Variabel Penduga Parameter Standar error t-hitung Peluang INTERCEPT LN_LISTRIK LN_BBM LN_UPAH LN_HITECHN 36.12160 -5.93856 -1.16275 4.653973 0.099864 64.57299 6.124644 1.649667 8.620693 2.237193 0.56 -0.97 0.70 0.54 0.04 0.5871 0.3531 0.4956 0.6001 0.9652 Sumber : Hasil Analisis, 2011 Berdasarkan hasil pengujian terhadap asumsi-asumsi yang telah dilakukan di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi linier faktor-faktor penyebab deindustrialisasi baik dari sisi permintaan maupun penawaran masih memenuhi asumsi-asumsi yang dipersyaratkan dalam metode OLS yaitu bahwa model-model regresi linier tersebut tidak terdapat masalah serius mengenai multikolinieritas, disturbance error tidak terjadi autokorelasi, dan disturbance error bersifat homoscedasticity. Dengan demikian metode OLS dapat digunakan untuk mengestimasi parameter faktor-faktor penyebab deindustrialisasi baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran.

6.2. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri