44 para pekerja industri. Oleh karena itu akan mempertinggi harga pokok sehingga
mengurangi daya saing barang-barang industri yang diekspor. Hal ini menunjukkan bahwa perangsang yang diberikan kepada para pengekspor dalam
tahap penonjolan ekspor ini pada hakikatnya menimbulkan suatu proses redistribusi pendapatan yang menguntungkan kelompok usahawan seperti yang pernah dialami
oleh para industrialis substitusi impor. Oleh karena industrialis substitusi impor dan para pengekspor barang-barang industri sebagian besar merupakan kelompok yang
sama, maka kelompok yang sama tetap terus menerima manfaat dari proses redistribusi pendapatan ini.
2.2.3. Strategi Klaster Industri
Pada beberapa tahun terakhir ini, strategi industrialisasi lebih ditekankan pada upaya peningkatan daya saing industri melalui keterkaitan yang kuat
antarindustri melalui pendekatan klaster industri. Konsep klaster menitikberatkan pada integrasi penuh dari seluruh kegiatan dari sepanjang rantai nilai value chain
dengan sasaran utamanya adalah meningkatkan dan mewujudkan nilai tambah dari kegiatan hulu sampai kegiatan paling akhir konsumen. Dalam pengembangan
klaster industri, Industri Kecil dan Menengah IKM perlu dilibatkan melalui keterkaitan antara industri kecil sebagai sub-kontraktor dengan industri besar.
Dalam menghadapi perubahan lingkungan terutama dengan adanya persaingan yang semakin ketat dan untuk mewujudkan nilai tambah yang semakin
tinggi di dalam negeri, secara sistematis industri kecil menengah perlu melakukan perubahan strategi. Alternatif pengembangan strategi tersebut, dapat digunakan
pendekatan klaster industri yang didasarkan pada aspek penciptaan “kompetensi
inti” core competence. Perumusan pengembangan dengan penciptaan kompetensi
45 inti, akan sangat berperan penting dalam pengembangan strategi berkesinambungan
dan memberikan kontinuitas keunggulan bersaing sebagai tuntutan dari perubahan lingkungan Prahalad dan Hamel, 1994.
Di dalam konteks klaster industri, interaksi antara berbagai pihak pengguna dan penyedia dapat berlangsung intensif dan relatif kontinyu, karena berbagai
hambatan akan dapat diminimalkan. Klaster industri yang berdaya saing dikembangkan melalui bentuk-bentuk kegiatan yang memungkinkan akses yang
mudah terhadap infrastruktur fisik, teknologi, informasi pasar, sumber-sumber bahan baku, jasa-jasa pelayanan khusus dan pemasaran serta industri-industri
terkait lainnya. Lingkungan strategis yang makin cepat berubah akan menuntut suatu
perubahan yang mendasar dan seluruh perusahaan industri nasional untuk mengkonsentrasikan diri dalam memperkuat platform daya saing yang
berkelanjutan agar bisa tetap bertahan. Semua pihak harus menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan seperti :
1. Tumbuhnya pesaing-pesaing baru baik di pasar domestik maupun pasar internasional.
2. Tingkat persaingan yang makin intensif. 3. Terjadinya proses globalisasi sistem produksi.
4. Tuntutan konsumen yang makin canggih. 5. Pasaran yang makin tersegmentasi.
6. Meningkatnya peluang pasar internsional. 7. Proses inovasi yang makin cepat
8. Makin singkatnya daur hidup life cycle dari produk.
46 9. Revolusi informasi dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi e-
business, virtual entreprises 10. Makin melonggarnya barier perdagangan melalui proses deregulasi.
11. Perjanjian dan lembaga perdagangan baik regional AFTA maupun internasional WTO.
12. Privatisasi perusahaan-perusahaan serta fungsi-fungsi pemerintah. 13. Pemerintah tidak melakukan proteksi terhadap industri dalam negeri.
14. Peningkatan peran usaha kecil dan menengah dalam percaturan ekonomi nasional.
Dalam dekade terakhir ini beberapa negara telah mengembangkan konsep klaster dalam rangka antisipasi terhadap perubahan ekonomi secara global.
Keberhasilan yang nyata telah terjadi di beberapa negara seperti Skotlandia, Maroko, Irlandia, Peru, Elsalvador, New Zealand, Meksiko, Malaysia dan beberapa
negara bagian di Amerika Serikat. Pendekatan klaster dapat diterapkan untuk setiap tingkat proses industrialisasi ataupun skala dari kegiatan ekonomi suatu
wilayah. Telah terbukti adanya korelasi yang positif bahwa keberadaan suatu klaster yang kuat dan dinamis akan memperkuat platform daya saing,
meningkatkan daya tarik terhadap investor serta menumbuhkan penyerapan tenaga kerja.
Klaster merupakan aglomerasi dari perusahaan-perusahaan beserta komponen-komponen pendukungnya di dalam suatu wilayah tertentu. Semua
komponen dalam klaster berperan secara sinergi sepanjang mata rantai nilai. Setiap perusahaan secara inheren merupakan bagian dari klaster, oleh karena keunggulan
kompetitif tidak hanya ditentukan oleh satu perusahaan tersendiri. Peningkatan efisiensi pada tingkat perusahaan sangat esensial, tetapi dalam persaingan global
47 hal tersebut tidaklah cukup. Empat elemen kunci dari suatu klaster terdiri dari
adanya mata rantai nilai, jaringan pemasok, aglomerasi perusahaan serta infrastruktur ekonomi. Telah dibuktikan bahwa gejala di seluruh dunia
memperlihatkan suatu klaster yang kuat dan dinamis akan melahirkan suatu keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Cakupan geografis sebuah klaster dapat berukuran satu kota, kabupaten, negara, ataupun berupa jaringan yang melibatkan beberapa negara yang
bertetangga. Pada umumnya sebuah klaster beranggotakan perusahaan penghasil produk atau jasa; pemasok bahan baku dan penolong komponen, mesin-mesin;
penyedia jasa; lembaga keuangan; serta perusahaan lain yang bergerak dalam industri terkait. Klaster juga dapat mencakup perusahaan di industri hilir; produsen
produkjasa komplementer; penyedia infrastruktur dan penyedia jasa pelatihan, pendidikan, riset, dan informasi. Lembaga pemerintah yang banyak berperan dalam
suatu klaster juga dapat dianggap sebagai bagian dari klaster Porter, 1996. Klaster industri dapat terbentuk dalam tingkat nasional, wilayah atau tingkat
metropolitan. Keterkaitan antara usaha akan sangat efektif dan mudah untuk dikoordinasikan pada tingkat wilayah. Pada dasarnya pembentukan suatu klaster
sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan dari sektor swasta, yaitu seorang champion sebagai salah satu unsur kritis yang hanya dapat diidentifikasikan dan direkrut
dengan mudah di tingkat wilayah. Hal ini pula yang mempengaruhi kecenderungan pembentukan klaster di seluruh dunia. Program klaster industri secara geografis
mendefinisikan suatu wilayah dan memobilisasi keterlibatan masyarakat seperti merancang sistem pendidikan yang sesuai dengan adanya industri kunci di wilayah;
atau merancang infrastruktur yang spesifik sesuai dengan kebutuhan wilayah.
48 Pengalaman beberapa negara memperlihatkan pula bahwa skala besar kecilnya
suatu wilayah tidak menentukan keberhasilan suatu klaster. Sebaliknya di beberapa negara yang telah berhasil mengaplikasikan konsep klaster justru di kota-
kota kecil banyak berhasil dilaksanakan. Gagasan klaster memberikan makna baru bagi peran lokasi dalam persaingan
di masa yang lalu, ketika persaingan dianggap bersifat statis dan terutama didasarkan atas minimasi biaya, lokasi dipandang sebagai sumber keunggulan
komparatif dalam hal faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal. Seiring dengan perjalanan waktu, persaingan menjadi lebih dinamis dan lebih didasarkan
pada inovasi dan diferensiasi strategik, bukan lagi pada faktor produksi input. Ada tiga kondisi yang membuat peran faktor produksi tidak lagi sepenting di masa
yang lalu; sumber pasokan input menjadi lebih luas karena semakin banyak negara membuka diri bagi perekonomian global, pasar global maupun lokal menjadi
makin efisien, dan intensitas persaingan tidak lagi setajam di masa yang lalu. Saat ini keterkaitan erat di antara pembeli, pemasok, dan institusi-institusi lain justru
berperan penting dalam meningkatkan efisiensi inovasi. Jika dulu integrasi vertikal merupakan keharusan, lingkungan masa kini yang dinamis dapat membuat integrasi
vertikal menjadi tidak efisien, tidak efektif, dan tidak fleksibel Porter, 1996. Persaingan yang lebih dinamis membuat peran lokasi berubah. Dalam situasi
yang dinamis ini lokasi berperan bagi keunggulan bersaing melalui pengaruhnya atas produktivitas dan pertumbuhan produktivitas. Dengan demikian, klaster
menjadi berperan penting dalam menciptakan keunggulan bersaing. Gambar 6 menyajikan penggunaan Model Diamond yang dikaitkan dengan lokasi sebagai
sumber keunggulan bersaing.
49 Menurut Wirabrata 1998, konsep klaster industri mentitikberatkan pada
integrasi yang penuh dari seluruh kegiatan sepanjang mata rantai nilai value chain. Sasaran utama pengembangan klaster industri adalah untuk meningkatkan
dan mengembangkan nilai tambah sejak dari kegiatan paling hulu sampai kegiatan paling akhir, baik produk industri maupun jasa. Secara umum strategi untuk
memperoleh dan meningkatkan nilai tambah dilakukan dengan proses mengikuti alur mata rantai nilai. Secara sederhana kegiatan ini akan melibatkan aktivitas
penelitan dan pengembangan R D, rancangan awal produksi, kegiatan perbaikan, persiapan prototipe, rancangan proses, pengadaan komponen dan
material, subrakitan, rakitan akhir, jaminan mutu, distribusi dan pemasaran. Konsep klaster industri melibatkan empat elemen kunci yang terdiri dari
klaster, nilai tambah value added dan mata rantai nilai value chain, pemasok utama serta infrastruktur ekonomi. Elemen pertama, yaitu klaster, memiliki
karakteristik yaitu tingkat hubungan yang intensif serta keterkaitan yang tinggi dan merupakan aglomerasi dari perusahaan-perusahaan yang merupakan anggota
klaster yang membentuk kerjasama strategis dengan para pemasok bahkan dengan para pesaingnya. Demikian pula dalam suatu klaster mereka membentuk suatu
fasilitas bersama untuk para pekerja yang berfungsi untuk mempercepat proses alih keterampilan. Perusahaan-perusahaan yang ada di dalam klaster memiliki jaringan
kerja yang kuat dengan lembaga-lembaga setempat terutama dengan universitas. Selain itu, perusahaan-perusahaan dalam klaster memiliki pula jaringan kerja
global dengan para subkontraktor, rekanan dan vendor. Elemen kedua, yaitu nilai tambah value added dan mata rantai nilai value
chain. Pengertian nilai tambah pada dasarnya merupakan konsep dasar dari
50
perbedaan atau selisih dari nilai output dengan nilai input. Konsep industri itu sendiri berpijak pada peningkatan nilai tambah yang sebesar-besarnya sehingga
makin besar nilai tambah yang diperoleh maka makin baik suatu proses industri Sumber : Porter, 1996
Gambar 6. Penggunaan Model Diamond sebagai Sumber Keunggulan
Bersaing
Firm Strategy and Rivalry
Kondisi bagaimana usaha terbentuk,
terorganisir, dan membentuk struktur
persaingan yang sehat
Factor Conditions Input
Posisi kemampuan
produksi, tenaga kerja, infrastruktur,
dan faktor kondisi lainnya
Related and Supporting Industries
Industri-industri pendukung termasuk
UKM, kemampuan
pemasok, keterkaitanjaringan kerja
antar usaha yang dapat meningkatkan persaingan
internasional
Demand Conditions
Permintaan dalam
negeri atau
hasil produksi
perusahaan dalam
negeri yang
dapat menyaingi
produk impor
51 secara keseluruhan. Komponen nilai tambah terdiri dari kontribusi yang diberikan
oleh tenaga kerja labor contribution ditambah kontribusi modal capital contribution. Secara parsial, untuk suatu proses tertentu besarnya nilai tambah
sangat ditentukan oleh tingkat produktivitas tenaga kerja maupun produktivitas modal. Dalam konsep lain, secara integral peningkatan nilai dapat diperoleh
dengan merangkaikan masing-masing proses sejak kegiatan di hulu sampai kegiatan paling hilir. Prinsip inilah yang menjadi pijakan dasar dari konsep klaster
industri. Elemen ketiga, yaitu pemasok utama merupakan salah satu pemeran utama
dalam pengembangan klaster industri. Dalam lingkup global perusahaan- perusahaan pemasok utama dapat bersumber dari luar negeri outsourcing dimana
masing-masing pemasok dapat mengkonsentrasikan dirinya pada kegiatan inti atau kompetensi dirinya. Pengelompokkan pemasok utama biasanya terdiri dari : suku
cadang dan komponen; layanan bisnis finansial, akuntansi, periklanan, distribusi dan pemasaran; layanan logistik perantara, pergudangan, transportasi; layanan
keteknikan arsitektur, pengujian, lingkungan hidup, konsultan manajemen; layanan fasilitas elektronik pengolahan data, sistem informasi manajemen, local
area network; penelitian dan pengembangan pengembangan perangkat lunak, desain industri, pengembangan produk; produsen bahan material bukan logam,
logam dasar, paduan logam khusus dan komposit; permesinan tool and die, mesin peralatan, mesin perangkat, perancangan mesin, fabrikasi, pemeliharaan mesin
canggih; pengemasan plastik, gelas, kertas serta barang-barang cetakan. Pengembangan elemen pemasok ini merupakan salah satu elemen kritis dalam
pengembangan suatu klaster. Persyaratan yang harus dipenuhi baik untuk pemasok
52 di dalam negeri maupun pemasok dari luar negeri adalah tingkat mutu yang
berstandar internasional. Persyaratan mutu internasional tersebut merupakan prasyarat yang harus dipenuhi terutama dalam persaingan pasar global. Dalam
pengembangan suatu klaster pembinaan terhadap pemasok di dalam negeri merupakan langkah strategis yang harus ditempuh secara berkesinambungan.
Elemen keempat yaitu infrastruktur ekonomi merupakan pendukung yang sangat penting dalam rangka mengembangkan suatu klaster industri. Infrastruktur
ekonomi yang dinamis untuk mendukung pengembangan suatu klaster industri antara lain meliputi infrastruktur perangkat lunak software infrastructure dan
infrastuktur perangkat keras hardware infrastructure. Infrastruktur perangkat keras terdiri dari fasilitas penyediaan tenaga listrik, air, jalan, pelabuhan, terminal
peti kemas dan lain-lain. Sedangkan infrastruktur perangkat lunak dapat meliputi percepatan iklim usaha yang kondusif deregulasi dan debirokratisasi, layanan
litbang, dan akses teknologi, ketersediaan sumber daya manusia yang memadai. Tidak bisa dihindari, pemerintah memainkan berbagai macam peranan di
dalam ekonomi. Peranan terbesar pemerintah dalam bidang ekonomi adalah untuk mencapai makro-ekonomi dan stabilitas politik. Peranan ini dibentuk melalui
kelembagaan pemerintah yang stabil, kerangka dasar ekonomi yang konsisten dan kebijakan makro-ekonomi termasuk kebijakan keuangan pemerintah dan inflasi
yang rendah. Peranan pemerintah kedua adalah untuk memperbaiki kapasitas ekonomi secara umum melalui perbaikan efisiensi dan kelembagaan. Peranan
pemerintah ketiga, adalah untuk membuat peraturan mikro-ekonomi keseluruhan dan inseting competition governing yang akan mengurangi pertumbuhan
produktivitasnya Porter, 1996.
53 Klaster memberikan kesempatan untuk memperbaiki produktivitas dan
mendukung kenaikan upah. Setiap klaster tidak hanya menyumbang secara langsung terhadap produktivitas nasional, tetapi juga dapat mempengaruhi klaster-
klaster lainnya. Ini berarti bahwa klaster tradisional seperti pertanian tidak harus ditinggalkan tetapi di-upgrade. Pemerintah harus memperkuat kemunculan klaster
daripada mencoba menciptakan sesuatu yang baru. Pendekatan
klaster terhadap
pendekatan ekonomi
kadang-kadang dibingungkan dengan kebijakan industri. Dalam kenyataanya teori klaster dan
kebijakan industri berbeda secara fundamental. Kebijakan industri bertujuan untuk mengubah kompetisi dalam lokasi tertentu, sementara teori klaster terfokus pada
penghilangan pembatas pada pertumbuhan produktivitas. Teori klaster tidak menekankan pada sasaran pasar tetapi pada perbaikan-perbaikan secara dinamis.
Keberadaan klaster memberi kesan bahwa banyak potensi perusahaan untuk mencapai keuntungan kompetitif baik di dalam keefektifan operasional maupun di
dalam penyusunan strategi terletak di luar perusahaan dan bahkan di luar industri. Teori klaster menyarankan tugas dan peranan baru bagi perusahaan-perusahaan.
Analisis klaster harus menjadi bagian dari penafsiran yang kompetitif bersama- sama dengan perusahaan dan analisis industri Porter, 1996.
Keterkaitan erat sepanjang rantai nilai berperan penting dalam meningkatkan efisiensi inovasi, namun pengintegrasian pada rantai nilai juga harus bersifat
selektif dan terfokus pada yang memberikan nilai tambah yang tinggi. Pengertian nilai tambah adalah perbedaan atau selisih dari nilai output dengan nilai input.
Konsep industri itu sendiri berpijak pada pengembangan nilai tambah yang sebesar- besarnya, sehingga makin besar nilai tambah yang diperoleh makin baik suatu
54 proses industri Wirabrata, 1998. Dalam konsep klaster industri ini, peningkatan
nilai tambah diperoleh dengan merangkaikan masing-masing proses sejak kegiatan di hulu petani sampai kegiatan yang paling hilir. Di samping itu, besarnya nilai
tambah sangat menentukan oleh tingkat produktivitas. Strategi untuk meningkatkan nilai tambah pada industri adalah bergerak
dalam seluruh alur mata rantai nilai baik bergerak ke kiri melalui penguasaan dari disain produk maupun bergerak ke kanan dengan lebih menguasai aspek
pemasaran. Secara lebih detail, upaya peningkatan nilai tambah dapat dilihat pada Gambar 7.
2.2.4. Industrialiasi di Indonesia