314 eksogen t0imp power of tariff sebesar 5 persen untuk komoditas-komoditas
industri non-migas.
7.3.1. Dampak terhadap Kinerja Ekonomi Sektoral
Selanjutnya, pada subbab ini dibahas mengenai dampak simulasi penurunan impor produk industri non-migas. Variabel yang dipaparkan meliputi variabel
output sektoral, penyerapan tenaga kerja di masing-masing sektor dan distribusi pendapatan. Pada Tabel 79 ditunjukkan hasil simulasi penurunan impor terhadap
output dan penyerapan kerja masing-masing sektor. Secara umum, penurunan impor produk industri non-migas mengakibatkan
peningkatan output di seluruh cabang industri kecuali industri semen, industri dasar besi baja dan industri logam dasar bukan besi. Cabang-cabang industri yang
menghadapi persaingan dari produk-produk impor sejenis, cenderung outputnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan cabang-cabang industri lain seperti
industri pengolahan dan pengawetan makanan 9.72 persen, industri minyak lemak 6.53 persen, industri gula 5.53 persen, industri pemintalan 9.39 persen,
industri tekstil 6.66 persen, industri kertas 6.04 persen, industri pupukpestisida 6.74 persen, industri kimia 7.99 persen, industri besi baja 15.28 persen,
industri logam dasar non besi 10.17 persen, industri mesin peralatan 8.96 persen, dan industri alat angkut 8.11 persen. Beberapa cabang industri yang
pertumbuhan outputnya relatif kecil umumnya adalah industri berorientasi pasar dalam negeri seperti industri penggilingan padi, industri minuman, industri
makanan lain, industri rokok, dan industri semen. Cabang-cabang industri ini tidak banyak mendapatkan saingan dari produk-produk impor sejenis sehingga
315 penurunan impor tidak berlalu berpengaruh terhadap output cabang-cabang industri
tersebut. Tabel 79. Dampak Simulasi Penurunan Impor Produk Industri Non-Migas terhadap
Output dan Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Persen Perubahan
No. Sektor
Output Tenaga
Kerja
1 Pertanian
3.66 -0.02
2 Pertambangan
4.89 1.09
3 Industri pengolahan dan pengawetan makanan
9.72 4.61
4 Industri minyak dan lemak
6.53 1.96
5 Industri penggilingan padi
1.87 -1.10
6 Industri tepung, segala jenisnya
3.19 -0.28
7 Industri gula
5.53 1.43
8 Industri makanan lainnya
4.00 0.22
9 Industri minuman
2.45 -1.12
10 Industri rokok
2.03 -1.92
11 Industri pemintalan
9.39 2.88
12 Industri tekstil, pakaian dan kulit
6.66 1.96
13 Industri bambu, kayu dan rotan
3.69 -0.05
14 Industri kertas, barang dari kertas dan karton
6.04 0.84
15 Industri pupuk dan pestisida
6.74 2.13
16 Industri kimia
7.99 1.65
17 Pengilangan minyak bumi
2.91 -0.31
18 Industri barang karet dan plastik
5.85 -0.71
19 Industri barang-barang dari mineral bukan logam
4.36 0.36
20 Industri semen
2.92 -0.42
21 Industri dasar besi dan baja
15.28 5.44
22 Industri logam dasar bukan besi
10.17 4.54
23 Industri barang dari logam
6.08 0.73
24 Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik
8.96 0.69
25 Industri alat pengangkutan dan perbaikannya
8.11 1.41
26 Industri barang lain yang belum digolongkan
dimanapun 8.37
2.33 27
Jasa-Jasa 2.31
-0.46 Sumber : Hasil Analisis, 2011
Sementara itu, penurunan impor produk industri non-migas memberikan
dampak yang berbeda dalam penyerapan tenaga kerja pada beberapa cabang industri. Beberapa cabang industri yang outputnya tumbuh lebih tinggi
316 dibandingkan dengan cabang industri lainnya juga menyerap lebih banyak tenaga
kerja sehingga pertumbuhan tenaga kerja di cabang-cabang industri tersebut umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan cabang-cabang industri lainnya.
Cabang-cabang industri yang penyerapan tenaga kerja meningkat adalah industri pengolahan makanan, industri minyak lemak, industri gula, industri makanan lain,
industri pemintalan, industri tekstil, industri pupukpestisida, industri kimia, industri besi baja, industri logam dasar non-besi, industri mesin peralatan, industri
alat angkuta, dan industri lainnya. Secara umum, penurunan impor produk industri non-migas mengakibatkan
peningkatan jumlah tenaga kerja di sebagian sektor. Dampak dari penurunan impor produk industri non-migas tersebut memberikan kenaikan permintaan tenaga kerja
yang paling besar adalah di sektor industri pengolahan dan pengawetan makanan yang merupakan sektor yang selama ini relatif banyak menghadapi serbuan produk-
produk impor untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kebutuhan bahan baku industri. Pada sektor-sektor
yang melakukan penurunan penggunaan tenaga kerja terjadi karena penurunan output cabang-cabang industri tersebut sehingga mengurangi penggunaan tenaga
kerjanya. Dampak penurunan impor produk industri non-migas terhadap distribusi
pendapatan rumah tangga berguna untuk mengetahui kelompok rumah tangga mana yang saja yang menerima dampak positif atau negatif akibat kebijakan
tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 80. Pada Tabel 80, terlihat bahwa secara umum penurunan impor produk industri non-migas mengakibatkan
pendapatan riil rumah tangga mengalami peningkatan yang relatif beragam untuk semua golongan rumah tangga. Besaran perubahan peningkatan distribusi
317 pendapatan riil berkisar antara 2.56 persen dan 3.20 persen. Dampak paling kecil
dirasakan pada rumah tangga yang berpendapatan tinggi di perdesaan Urban3. Sebaliknya, peningkatan pendapatan paling besar terjadi pada rumah tangga buruh
pertanian di perdesaan Rural 1.
Tabel 80. Dampak Simulasi Penurunan Impor Produk Industri Non-Migas terhadap Distribusi Pendapatan Riil Rumah Tangga
Persen Perubahan
No. Rumah Tangga
Nilai
1 Buruh pertanian di perdesaan Rural 1
3.20 2
Petani pemilik lahan 0.5 hektar Rural 2 3.07
3 Petani pemilik lahan antara 0.5
– 1.0 hektar Rural 3 3.08
4 Petani pemilik lahan 1.0 hektar Rural 4
3.03 5
Rumah tangga yang berpendapatan rendah di sektor non-pertanian di perdesaan Rural 5
2.69 6
Rumah tangga yang berpendapatan menengah di sektor non- pertanian di perdesaan Rural 6
3.00 7
Rumah tangga yang berpendapatan tinggi di sektor non-pertanian di perdesaan Rural 7
2.63 8
Rumah tangga yang berpendapatan rendah di perkotaan Urban1 3.00
9 Rumah tangga yang berpendapatan menengah di perkotaan Urban2
2.77 10
Rumah tangga yang berpendapatan tinggi di perkotaan Urban3 2.56
Sumber : Hasil Analisis, 2011
7.3.2. Dampak terhadap Kinerja Sektor Industri Kecil, Menengah dan Besar