308 kecil, menengah maupun besar. Demikian pula sebaliknya, cabang-cabang industri
yang bukan merupakan cabang-cabang yang diandalkan dalam ekspor, penggunaan tenaga kerjanya juga menurun baik pada industri kecil, menengah maupun besar.
Peningkatan ekspor secara umum menurunkan penyerapan tenaga pada sektor-sektor usaha kecil dan menengah masing-masing sebesar -0.17 persen dan -
0.10 persen. Sementara itu peningkatan ekspor meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor usaha besar sebesar 0.15 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa pada umumnya ekspor lebih banyak dilakukan oleh sektor-sektor usaha besar sehingga penyerapan tenaga kerjanya meningkat. Di sisi lain, ekspor oleh
sektor-sektor usaha kecil menengah relatif kurang sehingga mendorong penurunan dalam penyerapan tenaga kerja.
7.2.3. Dampak terhadap Kinerja Ekonomi Makro
Peningkatan ekspor di tingkat nasional yang direpresentasikan dengan peningkatan ekspor produk-produk dari sektor industri non-migas mengakibatkan
perubahan kondisi ekonomi makro di tingkat nasional. Hasil simulasi peningkatan ekspor terhadap keragaan makro eknomi terlihat pada Tabel 76. Kinerja
makroekonomi setelah simulasi kebijakan dianalisis sisi pengeluaran. Dari sisi pengeluaran PDB, variabel-variabel makroekonomi meliputi konsumsi pemerintah
dan swasta, pembentukan modal, ekspor dan impor. Dari Tabel 76 terlihat bahwa dampak peningkatan ekspor yang mengakibatkan peningkatan investasi
menyebabkan peningkatan PDB riil nasional naik sebesar 3.13 persen. Peningkatan PDB riil dipengaruhi antara lain oleh peningkatan neraca perdagangan
1.40 Persen dan konsumsi rumah tangga 1.87 Persen.
309
Tabel 76. Dampak Simulasi Peningkatan Ekspor Produk Industri Non-Migas terhadap Indikator Makroekonomi Nasional
Perubahan Persentase
Deskripsi Variabel
Nilai
Neraca Perdagangan delB
1.40 GDP Riil Sisi Pengeluaran
x0gdpexp 3.13
GDP Riil Sisi Pengeluaran Sektor Pertanian x0gdpexp_ag
1.51 GDP Riil Sisi Pengeluaran Sektor Industri
x0gdpexp_mn 7.44
GDP Riil Sisi Pengeluaran Sektor Pertambangan x0gdpexp_mo
0.79 GDP Riil Sisi Pengeluaran Sektor Jasa
x0gdpexp_se 1.35
Pengeluaran Riil Agregat Investasi x2tot_i
0.00 Pengeluaran Riil Agregat Investasi Sektor Pertanian
x2tot_i_ag 0.00
Pengeluaran Riil Agregat Investasi Sektor Industri x2tot_i_mn
0.64 Pengeluaran Riil Agregat Investasi Sektor Pertambangan
x2tot_i_mo -0.20
Pengeluaran Riil Agregat Investasi Sektor Jasa x2tot_i_se
-0.22 Konsumsi Riil Rumah tangga
x3tot 1.87
Konsumsi Riil Rumah tangga Sektor Pertanian x3tot_ag
2.16 Konsumsi Riil Rumah tangga Sektor Industri
x3tot_mn 1.81
Konsumsi Riil Rumah tangga Sektor Pertambangan x3tot_mo
0.93 Konsumsi Riil Rumah tangga Sektor Jasa
x3tot_se 1.88
Indeks Volume Ekspor x4tot
9.34 Indeks Volume Ekspor Produk Pertanian
x4tot_ag 3.99
Indeks Volume Ekspor Produk Industri x4tot_mn
16.27 Indeks Volume Ekspor Produk Pertambangan
x4tot_mo 2.92
Indeks Volume Ekspor Jasa x4tot_se
2.43 Deskripsi
Variabel 3.51
Indeks Volume Impor x0cif_c
4.11 Indeks Volume Impor Produk Pertanian
x0cif_c_ag 3.65
Indeks Volume Impor Produk Industri x0cif_c_mn
3.43 Indeks Volume Impor Produk Pertambangan
x0cif_c_mo 2.89
Indeks Volume Impor Jasa x0cif_c_se
5.25 Inventori Riil Agregat
x6tot -0.02
InflasiIndeks Harga Konsumen p3tot
-0.152 Pangsa Sektor Pertanian terhadap Total PDB
shrgdpexp_ag 0.144
Pangsa Sektor Industri terhadap Total PDB shrgdpexp_mn
-0.215 Pangsa Sektor Pertambangan terhadap Total PDB
shrgdpexp_mo -0.037
Pangsa Sektor Jasa terhadap Total PDB shrgdpexp_se
1.40 Sumber : Hasil Analisis, 2011
Apabila dilihat dampaknya terhadap variabel harga, maka peningkatan ekspor produk-produk industri mengakibatkan turunnya harga-harga secara umum. Ini
terlihat dari penurunan harga-harga yang mencapai -0.152 persen. Peningkatan ekspor mendorong sebagian sektor untuk berlaku efisien karena berproduksi secara
massal sehingga mampu menghasilkan barang yang lebih murah. Pada gilirannya,
310 karena hampir seluruh harga menjadi lebih murah dengan adanya ekspor ini maka
konsumsi masyarakat meningkat karena peningkatan upah rata-rata 2.97 persen masih lebih besar dibandingkan dari peningkatan indeks harga konsumen -0.152
persen. Menurunnya indeks harga konsumen yang juga mencerminkan menurunnya
harga-harga produk Indonesia, menyebabkan produk Indonesia lebih stabil dan kompetitif di pasar internasional. Hal ini ditunjukkan dengan nilai neraca
perdagangan yang positif 1.40 persen yang terjadi karena peningkatkan volume ekspor 9.34 persen yang lebih besar daripada volume impor 3.51 persen.
Peningkatan ekspor produk-produk sektor industri juga mampu mendorong pertumbuhan sektor industri non-migas 7.44 persen lebih besar daripada
pertumbuhan ekonomi nasional 3.13 persen. Hal ini mengakibatkan pangsa output sektor industri non-migas mengalami peningkatan sebesar 0.144 persen
yang menunjukkan bahwa kebijakan reindustrialisasi melalui peningkatan ekspor di sektor industri cukup efektif mendorong peningkatan pangsa output sektor industri
non-migas. Pertumbuhan sektor industri yang lebih besar daripada pertumbuhan ekonomi
nasional karena didorong oleh ekspor untuk komoditas sektor industri yang meningkat lebih besar dibandingkan dengan ekspor secara rata-rata yaitu 16.27
persen dibanding 9.34 persen. Semakin pentingnya peranan ekspor terlihat pada kontribusinya dalam
pembentukan PDB. Selama periode tahun 2003-2010, ekspor terus mengalami peningkatan dari Rp 612.6 triliun pada tahun 2003 menjadi Rp 1 071.4 triliun pada
tahun 2010. Selama periode tersebut, ekspor terus tumbuh dengan trend rata-rata
311 sebesar 7.87 persen per tahun. Perkembangan ekspor selama periode 2003-2010
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 77. Tabel 77. Perkembangan Ekspor dan Pangsanya dalam Produk Domestik Bruto
Tahun 2003-2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Tahun PMTB
Triliun Rp PDB
Triliun Rp Pangsa Persen
2003 612.6
1 579.6 38.8
2004 680.5
1 656.8 41.1
2005 792.0
1 750.7 45.2
2006 868.3
1 847.3 47.0
2007 942.4
1 964.3 48.0
2008 1 032.3
2 082.5 49.6
2009 932.3
2 177.7 42.8
2010 1 071.4
2310.7 46.4
Sumber : BPS, Berbagai Tahun Terbitan Diolah
Begitu pentingnya peranan ekspor dalam pembentukan PDB juga terlihat dari terus meningkatnya pangsa ekspor dalam pembentukan PDB. Pangsa ekspor dalam
PDB terus meningkat dari 38.8 persen pada tahun 2003 menjadi 46.4 persen pada tahun 2010. Pangsa ekspor mengalami penurunan pada periode tahun 2008 dan
2009 diduga karena krisis finansial global yang dipicu krisis keuangan dan perbankan di Amerika Serikat yang mendorong negara-negara importir dunia
mengurangi impornya sehingga berimbas pada jumlah ekspor Indonesia ke negara- negara tersebut. Trend perkembangan pangsa ekspor dalam pembentukan PDB
secara ringkas ditampilkan pada Gambar 49.
7.3. Dampak Penurunan Impor Produk Industri Non-Migas