14
fenomena yang wajar dan alamiah dalam kehidupan umat manusia. Kenyataan ini memberi petunjuk bahwa pentingnya belajar sepanjang hayat life long leaming
di dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan belajar learning needs dan kebutuhan pendidikan educational needs. Kehadiran pendidikan sepanjang
hayat disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang terus tumbuh dan berkembang sepanjang alur kehidupan manusia Sudjana,
2001: 217.
Pendidikan sepanjang hayat menurut UNESCO Institute for Education
1979 yang dikutip oleh Sudjana 2001: 217-218 memberikan arah sehingga pendidikan luar sekolah pendidikan nonformal dikembangkan di atas prinsip,
prinsip pendidikan di bawah ini: 1.
Pendidikan hanya berakhir apabila manusia telah meninggalkan dunia fana ini.
2. Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi peserta
didik untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisasi dan sistematis.
3. Kegiatan belajar ditujukan untuk memperoleh, memperbaharui, danatau
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dimiliki dan mau tidak mau harus dimiliki oleh peserta didik atau masyarakat
berhubung dengan perubahan yang terus menerus sepanjang kehidupan. 4.
Pendidikan memiliki tujuan berangkai dalam mengembangkan kepuasan diri setiap insan yang melakukan kegiatan belajar.
5. Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan
kehidupan manusia, baik untuk memotivasi diri maupun untuk meningkatkan kemampuannya, agar manusia melakukan kegiatan belajar
guna memenuhi kebutuhan belajarnya. 6.
Pendidikan luar sekolah mengakui eksistensi dan pentingnya pendidikan sekolah serta dapat menerima pengaruh dari pendidikan sekolah karena
kehadiran sebuah subsistem ini untuk saling melengkapi dan saling mendukung antara yang satu dengan yang lainnya.
Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
15
nonformal merupakan suatu bentuk layanan pendidikan yang sistematis dan terorganisir yang dilakukan diluar sistem pendidikan formal yang bertujuan
sebagai pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat lifelong education.
B. Pelatihan
1. Konsep Pelatihan
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia SDM yang kompeten, profesional dan mandiri, salah satu upaya konkret yang bisa
dilakukan yaitu melalui pelatihan kerja. Dalam Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pelatihan kerja
diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas dan kesejahteraan. Beberapa pakar di bidang pelatihan menyatakan bahwa pelatihan adalah
serangkaian kegiatan pendidikan yang mengutamakan perubahan pengetahuan, keterampilan dan peningkatan sikap seseorang dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Menurut Mondy dan Noe 2005: 202 menyatakan bahwa “training: activities designed to provide leamers with the
knowledge and skill needed for their present jobs. Pelatihan merupakan
aktivitas yang dirancang untuk menyiapkan calon tenaga kerja agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam menunjang
pekerjaannya. Hal ini sama dinyatakan oleh Dessler 2008: 248 bahwa
16
,,
training means giving a new or present employess the skills they need to
perform their jobs”. Pelatihan memberikan suatu keterampilan baru untuk para tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menunjang pekerjaannya.
Menurut Suwatno dan Donni mengenai pelatihan sebagai berikut: “Pelatihan merupakan proses jangka pendek yang mempergunakan
prosedur sistematis dan terorganisasi dimana pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan terbatas.
Pelatihan terdiri dari program-program yang disuusn terencana untuk memperbaiki kinerja di level individual, kelompok, dan organisasi yang
dapat diukur perubahannya melalui pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku sosial dari karyawan.” Suwatno Donni, 2011: 117.
Pengertian lain mengenai pelatihan disampaikan oleh Oemar Hamalik 2007: 10, bahwa pelatihan pada hakikatnya mengandung unsur-unsur
pembinaan dan pendidikan. Secara operasional dirumuskan bahwa pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak upaya yang
dilaksanakan secara sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan oleh
tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kecakapan peserta pelatihan dalam bidang
pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.
Peran pelatihan utamanya terletak pada kemampuannya dalam mencapkan atau menyediakan tenaga kerja yang memiliki kualitas dan daya
saing yang tinggi sesuai dengan tuntutan kerja, upaya peningkatan kualitas angkatan kerja bukan saja banyak menyangkut aspek keterampilannya, tetapi
lebih pada tingkatan kualitas sikap mental dan pengetahuannya secara holistik
17
termasuk peningkatan pengetahuan interdisipliner dan kemampuan tenaga kerja. Oleh karena itu, pelatihan harus relevan dengan kebutuhan kerja
kontemporer dan berkualitas dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pesertanya secara luas Mujanganja, 2006: 118.
Kemudian Sedarmayanti 2011: 174, menjelaskan bahwa kebutuhan pelatihan adalah kekurangan dan kebutuhan karyawan akan kemampuan yang
timbul pada saat bila kondisi berbedatidak sesuai lagi dengan kondisi yang diharapkan”. Lebih lanjut lagi, William G. Scott dalam Sedarmayanti, 2011:
163 menyatakan bahwa: Training in the behavioral sciences is an activity of line and staff which
he has its goal executive development to achieve greater individual job effectiveness, improved interpersonal relationships in the organization,
and enhanced executive adjusment to the context of his total environment.
Pelatihan dalam perilaku ilmu pengetahuan adalah suatu aktivitas lini dan staf yang bertujuan mengembangkan pemimpin untuk mencapai efektivitas
pekerjaan perorangan lebih besar, hubungan antar pribadi dalam organisasi yang lebih baik dan penyesuaian pemimpin yang ditingkatkan kepada konteks
seluruh lingkungannya. Dari uraian mengenai makna pelatihan diatas, maka keterkaitan antara
pelatihan dengan peningkatan keterampilan individu sebagai calon tenaga keija merupakan hal yang sifatnya integratif. Kegiatan pelatihan kerja menjadi suatu
upaya untuk meningkatkan sekaligus mengembangkan kompetensi keterampilan peserta pelatihan secara holistik. Pelatihan kerja pada dasarnya
18
merupakan kegiatan yang dirancang secara sisematis untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan sikap mental
khusus dalam rangka mengemban tugas atau pekerjaan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Pelatihan