Pelaksanaan 82-83 mengemukakan bahwa proses perencanaan terdiri dari beberapa

111 berakhir. 4 Materi Pelatihan Peranan materi atau kurikulum sangat penting dalam setiap program pelatihan maupun program-program pembelajaran yang lain. Pelatihan dibuat sebagai pedoman di dalam pelaksanaan program dan agar stakeholders memiliki pemahaman yang sama terhadap program yang dijalankan. Kualitas dari isi pelatihan merupakan hal yang perlu diperhatikan sebab semakin bermateri pelatihan atau materinya akan semakin mengoptimalkan manfaat dari pelatihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusunan materi pelatihan dilakukan oleh pihak Wirawisata dibantu oleh pemandu yang memang sudah fasih berbahasa Inggris dan disesuaikan dengan kebutuhan para pemandu. Penentuan materi disesuaikan dengan kebutuhan peserta pelatihan, dimana pihak pengelola memilih materi-materi yang wajib dikuasai oleh peserta yaitu Bahasa Inggris khususnya pada saat memandu wisatawan mancanegara. Adanya materi pelatihan harus didukung dengan kesesuaian materi dengan kebutuhan kerja pemandu agar pelatihan tersebut berjalan dengan lancar. Adapun hasil dokumentasi juga diketahui bahwa materi yang diajarkan berupa bahan-bahan praktis dalam kepemanduan Wirawisata dengan menggunakan bahasa Inggris. Materi yang diberikan pada saat pelaksanaan pelatihan berlangsung tidak seperti materi yang ada pada pelatihan di LPK atau diklat bagi pemandu wisata oleh Himpunan Pariwisata Indonesia HPI yang 112 meliputi kurikulum terstruktur beserta alokasi waktunya untuk mendapatkan lisensi pemandu profesional. Materi ini hanya sebagai acuan untuk para pemandu tentang bagaimana memandu para wisatawan mancanegara menggunakan Bahasa Inggris sehingga pada saat wisatawan mancanegara berkunjung tidak akan mengecewakan. Isi pembelajaran dengan topik pembelajaran harus berkaitan. Hal ini karena pelatihan ini termasuk pengajaran bahasa Inggris yang didasarkan atas kebutuhan para peserta dalam meningkatkan profesionalitas, keterampilan kerja dan peluang mereka. Sehingga isi pembelajaran juga dikaitkan dengan batas kemampuan para pemandu agar tidak terlalu menyulitkan para pemandu sehingga mereka dapat mudah memahami materi pelatihan. Hal ini didukung oleh pernyataan Hutchinson dan Waters 1987: 19 menyatakan bahwa, “ESP is an approach to language teaching in which all decisions as to content and method are based on the learners reason for learning”. ESP adalah sebuah pendekatan pada pengajaran Bahasa Inggris yang mana semua keputusan yang menjadi isi dan metode berdasarkan alasan peserta didik untuk belajar. Pelatihan bahasa Inggris dilaksanakan berdasarkan atas kebutuhan akan peningkatan kinerja para pemandu. Oleh sebab itu, materi tersebut disusun berdasarkan kebutuhan kerja dalam organisasi menyesuaikan dengan batas kemampuan dari para peserta pelatihan. Hal ini didukung oleh teori Vocational Purposes yang mana termasuk dalam pendekatan 113 ESP menurut Tony D. Evans 1998: 6 menyatakan bahwa Vocational English merupakan pelatihan bahasa Inggris yang berkaitan dengan pekerjaan, yang tujuan dari pelatihan tersebut untuk meningkatkan profesionalitas, keterampilan kerja dan peluang mereka. 2 Metode Pelatihan Penggunaan metode pembelajaran dalam pelatihan pemandu wisata sangat diperlukan karena dapat membantu peserta pelatihan dalam memahami materi yang diberikan oleh tutor. Hal ini didukung oleh pernyataan Wagonhurst 2002: 13 bahwa: “training yang tidak terlepas dari pengembangan kemampuan, pengukuran tujuan yang jelas, dan perubahan sikap dapat diterapkan dengan beberapa pilihan metode sesuai dengan lingkungan pelatihan.” Pada pelatihan bahasa inggris bagi pemandu obyek wisata Goa Pindul di Wirawisata menggunakan metode pelatihan dalam kerja on the job training yang mana pelatihan tersebut berlangsung di lokasi tempat karyawan tersebut bekerja yaitu di Wirawisata. On the job training atau disebut juga pelatihan dengan instruksi pekerjaan sebagai suatu metode pelatihan dengan cara pekerja atau calon pekerja ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang riil, dibawah bimbingan dan supervise dari karyawan yang telah berpengalaman atau terlatih. Hal itu disebabkan pelaksanaan program pelatihan bahasa Inggris ini para pemandu belajar dengan sesama pemandu yang dirasa memiliki kemampuan bahasa Inggris dan pengalaman lebih terkait memandu wisatawan mancanegara. Adapun metode pelatihan dalam kerja yang diterapkan dalam pelatihan bahasa 114 inggris bagi pemandu wisata yaitu metode ceramah, tanya jawab dan praktek. Hal ini didukung oleh pernyataan Hasibuan 2007: 66 bahwa ada beberapa macam metode pelatihan: a ceramah kelas dan presentasi video, b pelatihan vestibule terpisah, c simulasi, d belajar terprogram. Ketertarikan peserta akan metode pelatihan tersebut juga merupakan komponen penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para peserta memiliki ketertarikan akan metode yang digunakan. Dengan demikian, para peserta dapat mudah memahami apa yang dipelajari. 3 Sarana dan Prasarana Pada program pelatihan bahasa inggris bagi pemandu obyek wisata Goa Pindul di Wirawisata sarana dan prasarana sudah mendukung jalannya program. Berdasarkan pernyataan mas TMS, sarana dan prasarana sudah memadai walaupun seadanya seperti kursi, meja ruang pembelajaran dan ala tulis yang tersedia menjadi faktor penunjang jalannya pelatihan. Tanpa adanya sarana dan prasarana pendukung tesebut pelaksanaan program pelatihan bahasa inggris bagi pemandu obyek wisata di Wirawisata tidak dapat berjalan dengan lancar. Hal ini didukung oleh teori menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarana adalah sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Sarana dan prasarana pelatihan merupakan komponen yang secara tidak langsung dapat menunjang jalannya proses pelatihan. 115 4 Dana Berkaitan dengan tahap pelaksanaan program, pendanaan juga merupakan faktor penting dalam mencapai suatu tujaun program yang harus dicapai. Berdasarkan data hasil dokumen dan wawancara yang dikumpulkan oleh peneliti, dana yang digunakan untuk melaksanakan program sudah dianggarkan oleh pihak pengurus Wirawisata. Dalam arti, para peserta sudah tidak dipungut biaya lagi untuk mengikuti pelatihan ini. Adapun rincian pendanaan untuk program pelatihan Bahasa Inggris di Wirawisata terdiri dari dua komponen yaitu persiapan program dan pelaksanaan program. Pendanaan untuk persiapan program meliputi pembelian alat pendukung seperti papan tulis dan pulpen. Sedangkan pendanaan untuk pelaksanaan program meliputi pendanaan untuk memperbanyak modul pelatihan. 5 Interaksi antar tutor dan peserta Interaksi merupakan bentuk komunikasi dan kerjasama yang dijalin selama proses pembelajaran berlangsung. Agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana serta dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka interaksi antara tutor dengan peserta harus berjalan dengan baik dan ada timbal balik yang saling menguntungkan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, interaksi yang terjalin antara tutor dengan peserta sangat baik. Interaksi merupakan bentuk komunikasi dan kerjasama yang dijalin selama proses pembelajaran berlangsung. Agar proses pembelajaran dapat berjalan 116 dengan rencana serta dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka interaksi antara tutor dengan peserta harus berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, interaksi yang terjalin antara tutor dengan peserta pelatihan sangat baik. Pada hakikatnya peran tutor yaitu sebagai tenaga kependidikan yang bertugas melaksanajajn pendidikan dan pelatihan saja. Kegiatan pelatihan bahasa inggris ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan andragogi, dimana pelatihan dilakukan dengan pola yang lebih komunikatif. Dalam pelaksanaan pelatihan bahasa inggris bagi pemandu wisata, peserta diasumsikan sebagai orang yang telah memiliki konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar dan orientasi belajar. Dengan terciptanya komunikasi yang baik antara narasumber komunikasi yang baik antara narasumber dengan peserta pelatihan maka program pelatihan bahasa inggris bagi pemandu wisata dapat berjalan dengan baik. Dalam proses pelaksanaan program pelatihan Bahasa Inggris, sebagai tutor juga harus dapat membangun komunikasi yang baik dengan pesertanya. Dari hasil wawancara bahwa dalam pelatihan bahasa inggris bagi pemandu wisata Goa Pindul di Wirawisata, komunikasi yang dibangun oleh tutor sangat bagus. Terkadang tutor tidak hanya memberikan materi kepada pesertanya tetapi juga memberikan motivasi- motivasi agar kedepannya dapat lebih termotivasi dan percaya diri. Peranan tutor dalam program pelatihan juga tidak sekedar sebagai pengajar saja akan tetapi sebagai motivator. Sebagai motivator dimana 117 tutor selalu memberikan motivasi-motivasi positif untuk peserta agar mereka lebih termotivasi dan lebih percaya diri kedepanya.

e. Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan program dilakukan setelah proses pembelajaran telah terlaksana. Setiap kegiatan yang telah terlaksana pasti akan ada hasil yang dicapai, seperti halnya pelaksanaan pelatihan. Berdasarkan hasil pengamatan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pelatihan harus diadakan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan dalam rangka mengukur sejauh mana penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan. Evaluasi yang dilakukan di Wirawisata dilihat dari reaksi peserta terhadap pelatihan tersebut, penggunaan metode, perubahan peserta pelatihan terkait pengetahuan, keterampilan dan sikap sebelum mengikuti dengan setelah mengikuti kegiatan pelatihan dan dampak pelatihan terhadap organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta tertarik dengan metode yang digunakan dalam pelatihan bahasa Inggris ini sehingga materi yang diajarkan dapat mudah dipahami oleh peserta dan sejauh ini peserta memahami materi dengan baik. Besarnya pengetahuan yang diperoleh dalam pelatihan diikuti oleh perubahan perilaku antara sebelum dan sesudah pelatihan yang ditandai dengan peningkatan kepercayaan diri para peserta apabila mereka akan memandu wisatawan mancanegara. Sebuah lisensi merupakan salah satu hal penting sebagai tanda seorang pemandu yang profesional. Mengacu pada standarisasi pemandu profesioanl, 118 seorang pemandu harus memiliki izin operasional yaitu lisensi pramuwisata yang diajukan ke Himpunan Pramuwisata Indonesia HPI. Namun, pada kenyataannya Wirawisata telah mengajukan hal tersebut ke Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul tetapi belum mendapatkan konfirmasi. Hal itu disebabkan lisensi untuk pramuwisata profesional hanya diberikan kepada pemandu yang juga sudah memenuhi standar pemandu profesional dan mengikuti diklat pemandu wisata selama 3 bulan. Sedangkan pelatihan bahasa Inggris di Wiraiwisata hanya bertujuan untuk menjadikan para pemandu lokal Goa Pindul memiliki kemampuan untuk berbicara bahasa Inggris kepada wisatawan mancanegara yang datang. Dampak bagi Wirawisata sendiri adalah dapat memberikan pelayanan terbaik bagi para wisatawan mancanegara yang datang sehingga memberikan kesan yang baik bagi wisatawan mancanegara dan Wirawisata dapat berkompettitif dengan kelompok wisata yang lain. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya teori tentang tahap atau tingkat di dalam evaluasi sebuah pelatihan menurut Hamblin 1974 dan Kirkpatrick 1967,dalam Roger Buckley 2004, 209 adalah: 1 Reaction: bagaimana reaksi peserta dan pelatih terhadap pelatihan tersebut; tentang susunan dan isi dari pelatihan tersebut dan metode yang digunakan. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan: untuk mengetahui sejauh mana para peserta merasa puas dengan program untuk maksud diadakannya beberapa revisi atas program pelatihan, untuk menjamin agar para peserta yang lain bersikap represif untuk mengikuti pelatihan. 2 Learning: dasar-dasar, fakta-fakta, dan teknik yang di gunakan oleh peserta. 3 Job behaviour and performance: perubahan perilaku dari peseta, sebelum dan sesudah pelatihan, dapat dibandingkan guna mengetahui tingkat pengaruh pelatihan terhadap perubahan kinerja 119 mereka. Langkah ini penting karena sasaran dari pelatihan adalah untuk mengubah perilaku atau kinerja para peserta pelatihan setelah diadakan program pelatihan 4 Organization: dampak pelatihan terhadap organisasi atau kelompok kerja secara keseluruhan.

2. Faktor Pendukung Proses Pelaksanaan Program Pelatihan Bahasa

Inggris bagi Pemandu Obyek Wisata di Wirawisata Dalam pelaksanaan program pelatihan Bahasa Inggris bagi pemandu obyek wisata Goa Pindul terdapat faktor pendukung. Faktor pendukung tersebut akan berpengaruh terhadap berlangsungnya kegiatan pelatihan Bahasa Inggris yang dilaksanakan di Wirawisata. Faktor utama dan yang paling penting dalam berlangsungnya suatu kegiatan yaitu adanya rasa ingin tahu, rasa ketertarikan dan kesungguhan diri dari peserta itu sendiri. Dimana semua itu menjadi modal utama bagi mereka untuk dapat merubah hidupnya menjadi lebih baik dengan memperoleh pengetahuan dan keterampilan seperti yang diharapkan. Tanpa adanya motivasi yang tinggi dari diri peserta maka proses pembelajaran yang mereka ikuti akan sia-sia. Sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung jalannya dan keberhasilan suatu program pelatihan. Dukungan sarana dan prasarana seperti kursi, meja, ruang pembelajaran, alat tulis yang tersedia menjadi faktor pendukung jalannya program pelatihan Bahasa Inggris yang dilaksanakan di Wirawisata. Tanpa adanya fasilitas pendukung tersebut pelaksanaan pelatihan bagi pemandu obyek wisata Goa Pindul di Wirawisata tidak dapat berjalan dengan lancar. 120

3. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Program Pelatihan Bahasa

Inggris bagi Pemandu Wisata Goa Pindul di Wirawisata Selain faktor pendukung, pelaksanaan suatu program juga terdapat faktor penghambat dalam jalannya program pelatihan Bahasa Inggris bagi pemandu wisata. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti, yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program pelatihan Bahasa Inggris ini yaitu waktu. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan tempat pelaksanaan program pelatihan bahasa inggris bagi pemandu obyek wisata dilakukan di Wirawisata yang bertempat di Dusun Gelaran II, Desa Bejiharjo. aktivitas pelaksanaan program pelatihan tersebut berjalan dengan baik walaupun masih terkendala soal waktu. waktu yamg direncanakan oleh pihak pengurus yaitu dua kali dalam seminggu pada hari kerja. Namun berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bahwa waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan yang direncanakan. Dalam arti, waktu yang digunakan tidak efisien. Ini disebabkan oleh jam kerja para pemandu melayani para wsiatawan hingga waktu maghrib, padahal pelatihan tersebut dilaksanakan setelah waktu maghrib. Hal ini yang membuat para pemandu terkadang terpaksa tidak mengikuti pelatihan karena lelah setelah seharian bekerja.