Evaluasi Pelaksanaan Program Pelatihan Bahasa Inggris bagi Pemandu Obyek

94 Gunungkidul tetapi belum mendapatkan konfirmasi. Hal itu disebabkan lisensi untuk pramuwisata profesional hanya diberikan kepada pemandu yang juga sudah memenuhi standar pemandu profesional dan mengikuti diklat pemandu wisata selama 3 bulan. Sedangkan pelatihan bahasa Inggris di Wiraiwisata hanya bertujuan untuk menjadikan para pemandu lokal Goa Pindul memiliki kemampuan untuk berbicara bahasa Inggris kepada wisatawan mancanegara yang datang. Hal ini diungkapkan oleh Bapak SR : sudah, kami ajukan ke dinas pariwisata namun sampai sekarang belum ada respon.” Lalu pernyataan Mas ES dan Mas TMS terkait dengan hal tersebut juga mengungkapkan bahwa sudah pernah mengajukan namun belum ada jawaban dari pihak Dinas Pariwisata. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak Wirawisata telah mengajukan lisensi pemandu profesional ke Dinas Pariwisata namun belum ada konfirmasi. Dampak bagi Wirawisata sendiri adalah dapat memberikan pelayanan terbaik bagi para wisatawan mancanegara yang datang sehingga memberikan kesan yang baik bagi wisatawan mancanegara dan Wirawisata dapat berkompettitif dengan kelompok wisata yang lain. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan bahwa wisatawan mancanegara puas setelah mengunjungi Goa Pindul di Wirawisata oleh salah satu wisatawan mancanegara Mr. JHK yang merupakan wisatawan asal Korea: “He guided very very well. He is communicative, talk all the time. Sometimes, made us laugh. He is very polite, has a good attitude. He can speak Korean little bit. And then, he give a lot of information about Pindul Cave. Such as, the history about Pindul, the rules if we down to the cave, about dont do this and don’t do that He speak English very 95 well I can understand what he say. No problem, So perfect ” Mr. JHK mengungkapkan bahwa dia memandu sangat bagus. Dia sangat komunikatif berbicara terus menerus. Terkadang, membuat kami tertawa. Dia juga sangat sopan. Dia juga bisa berbicara bahasa Korea sedikit. Dan dia memberikan banyak informasi mengenai Goa Pindul sepesrti sejarah Goa Pindul dan peraturan apa saja yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan selama berada di dlaam goa. Bahasa inggris yang digunakan tidak terlalu buruk. Hal serupa dikatakan oleh Mr. SM yang merupakan wisatawan asal California, Amerika Serikat : “....so far so good, not bad. He has a well-knowledge about Pindul cave. He give the information clearly. He talk to me with a good English.” Mr. SM mengatakan bahwa sejauh ini sangat bagus. Dia punya pengetahuan yang baik tentang Goa Pindul. Dia juga memberikan informasi yang jelas. Bahasa inggrisnya juga bagus. Ms. SF juga mengatakan tentang hal ini bahwa : “so nice, his languange good. He has a good attitude. Sometimes made us laugh.” Ms. SF mengatakan bahwa bahasanya bagus. Dia juga sopan dan terkadamg membuat kami tertawa. Berdasarkan wawancara peneliti terhadap wisatawan mancanegara, dapat disimpulkan bahwa wisatawan sangat terkesan dan merasa puas akan kunjungannya di Goa Pindul dikarenakan pemandu menggunakan bahasa inggris dengan baik dan benar dan dapat dimengerti oleh para wisatawan. . Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi yang diajarkan dapat mudah 96 dipahami oleh peserta dan sejauh ini peserta memahami materi dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara terhadap Mas ES selaku peserta pelatihan: “sejauh ini pelatihan berjalan dengan baik walaupun memang banyak kendala dan jauh dari kata sempurna. Namun, semenjak ada pelatihan tersebut para pemandu sudah lebih percaya diri apabila sedang memandu wisatawan asing walaupun bahasa yang digunakan masih agak berantakan” Selanjutnya didukung oleh pernyataan mas TMS : “ga jauh-jauh kok mbak. Yang penting sedikit-sedikit sudah tau.” Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, peserta program pelatihan bahasa Inggris di Wirawisata dapat memahami isi materi pembelajaran walaupun sedikit. Tahap selanjutnya mengetahui besarnya pengetahuan yang diperoleh dalam pelatihan ini. Berdasarkan hasil penelitian Mas TMS menyatakan bahwa : “Tidak terlalu banyak. Cuma sedikit-sedikit semakin bisa lah mbak.” Lalu, Mas ES juga mengungkapkan tentang hal itu : “kurang tau mbak, hehe. Pengetahuan bahasa inggris yang saya dapat sudah banyak Insya Allah mbak. Tapi masih ada yang kurang-kurang juga.” Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang sudah didapat oleh peserta sudah cukup besar, walaupun memang untuk mencapai tujuan tersebut sangat sulit. Hal itu disebabkan kebanyakan dari peserta hanya mempunyai latar belakang pendidikan Sekolah Dasar dan jumlah pemandu yang lulus SMP dan SMA bisa dihitung jumlahnya. Perubahan perilaku antara sebelum dan sesudah pelatihan ditandai dengan peningkatan kepercayaan diri para peserta apabila mereka ingin memandu wisatawan mancanegara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudah memberikan 97 hasil yang positif ditandai dengan pemandu yang sebelumnya tidak mempunyai kepercayaan diri apabila ditunjuk untuk memandu wisatawan mancanegara. Sejak mengikuti pelatihan ini, pemandu di Wirawisata sedikit demi sedikit berani untuk memandu wisatawan mancanegara di Wirawisata. Hal ini diungkapkan oleh Mas ES : “Saya semakin percaya diri. Menurut saya, yang terpenting adalah kepercayaan diri. Disaat kita sudah yakin, pasti bisa.” Lalu Mas TMS mengatakan : “Kalau perubahan ada lah walaupun tidak banyak. Ada yang semakin PD bicara bahasa inggris ke bule walaupun Cuma menyapa. Ada yang pd banget untuk memandu turis walaupun bahasa yang dikuasai belum banyak tapi dengan modal PD dia yakin bisa.” Berdasarkan data hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan perilaku para peserta setelah mengikuti pelatihan ini dilihat dari timbulnya kepercayaan diri saat ingin memandu para wisatawan mancanegara. Dengan begitu, mereka tidak peduli apabila bahasa yang mereka gunakan masih belum jelas. Sebuah lisensi merupakan salah satu hal penting sebagai tanda seorang pemandu yang profesional. Mengacu pada indikator efektivitas pelatihan, seorang pemandu harus memiliki izin operasional yaitu lisensi pramuwisata yang diajukan ke Himpunan Pramuwisata Indonesia HPI. Namun, pada kenyataannya Wirawisata telah mengajukan hal tersebut ke Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul tetapi belum mendapatkan konfirmasi. Hal ini diungkapkan oleh Bapak SR : sudah, kami ajukan ke dinas pariwisata namun sampai sekarang belum ada respon.” 98 Lalu pernyataan Mas ES dan Mas TMS terkait dengan hal tersebut juga mengungkapkan bahwa sudah pernah mengajukan namun belum ada jawaban dari pihak Dinas Pariwisata. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak Wirawisata telah mengajukan lisensi pemandu profesional ke Dinas Pariwisata namun belum ada konfirmasi. Keberhasilan program pelatihan bahasa Inggris juga dapat dilihat dari wisatawan mancanegara yang puas setelah mengunjungi Goa Pindul di Wirawisata. Hal ini diungkapkan oleh salah satu wisatawan mancanegara Mr. JHK yang merupakan wisatawan asal Korea: “He guided very very well. He is communicative, talk all the time. Sometimes, made us laugh. He is very polite, has a good attitude. He can speak Korean little bit. And then, he give a lot of information about Pindul Cave. Such as, the history about Pindul, the rules if we down to the cave, about dont do this and don’t do that He speak English very well I can understand what he say. No problem, So perfect ” Mr. JHK mengungkapkan bahwa dia memandu sangat bagus. Dia sangat komunikatif berbicara terus menerus. Terkadang, membuat kami tertawa. Dia juga sangat sopan. Dia juga bisa berbicara bahasa korea sedikit. Dan dia memberikan banyak informasi mengenai Goa Pindul sepesrti sejarah Goa Pindul dan peraturan apa saja yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan selama berada di dlaam goa. Bahasa inggris yang digunakan tidak terlalu buruk. Hal serupa dikatakan oleh Mr. SM yang merupakan wisatawan asal California, Amerika Serikat : “....so far so good, not bad. He has a well-knowledge about Pindul cave. He give the information clearly. He talk to me with a good English.” 99 Mr. SM mengatakan bahwa sejauh ini sangat bagus. Dia punya pengetahuan yang baik tentang Goa Pindul. Dia juga memberikan informasi yang jelas. Bahasa inggrisnya juga bagus. Ms. SF juga mengatakan tentang hal ini bahwa : “so nice, his languange good. He has a good attitude. Sometimes made us laugh.” Ms. SF mengatakan bahwa bahasanya bagus. Dia juga sopan dan terkadamg membuat kami tertawa. Berdasarkan wawancara peneliti terhadap wisatawan mancanegara, dapat disimpulkan bahwa wisatawan sangat terkesan dan merasa puas akan kunjungannya di Goa Pindul dikarenakan pemandu menggunakan bahasa inggris dengan baik dan benar dan dapat dimengerti oleh para wisatawan.

2. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Program Pelatihan Bahasa Inggris

bagi Pemandu Obyek Wisata Goa Pindul di Wirawisata Dalam pelaksanaan program pelatihan Bahasa Inggris bagi pemandu obyek wisata Goa Pindul terdapat faktor pendukung. Faktor pendukung tersebut akan berpengaruh terhadap berlangsungnya kegiatan pelatihan Bahasa Inggris yang dilaksanakan di Wirawisata. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti, yang menjadi faktor pendukung dalam terlaksananya kegiatan pelatihan Bahasa Inggris yaitu adanya motivasi yang tinggi dari peserta pelatihan, materi pelatihan yang sudah sesuai, dan sarana prasarana yang mendukung. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “BH” : 100 “adanya motivasi yang tinggi dari peserta untuk mengikuti pelatihan ini, materi yaang diberikan memang sudah sesuai dan juga fasilitas pendukung yang memadai walaupun masih terbilang sederhana” Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak “SR” : “faktor pendukungnya yaitu peserta yang sangat termotivasi untuk mengikuti pelatihan ini, materi pelatihan, dan sarana prasarana yang sudang mendukung terlaksananya program Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dari pelaksanaan program pelatihan Bahasa Inggris ini yaitu adanya motivasi yang tinggi dari peserta, materi pelatihan yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan kerja dan sarana prasarana yang mendukung jalannya program.

3. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Program Pelatihan Bahasa

Inggris bagi Pemandu Wisata Goa Pindul di Wirawisata Selain faktor pendukung, pelaksanaan suatu program juga terdapat faktor penghambat dalam jalannya program pelatihan Bahasa Inggris bagi pemandu wisata. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti, yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program pelatihan Bahasa Inggris ini yaitu waktu. Seperti yang diungkapkan oleh Mas “ES” : “Pelaksanaan pelatihan berjalan dengan lancar sampai saat ini walaupun masih banyak hambatan. Faktor waktu salah satunya. Kami belum bisa menyesuaikan dengan pemandu yang lain untuk waktu yang tepat agar para pemandu yang datang bisa semuanya” Selanjutnya didukung oleh pernyataan Mas TMS : Pelaksanaan Bahasa Inggris berjalan dengan baik walaupun masih terdapat banyak kendala. Salah satu waktu, sulitnya mengatur waktu mereka yang tepat untuk mengumpulkan semua pemandu. Kadang mereka sedang ada acara lain, atau kadang juga sudah capek karena siangnya memandu. Kalau yang datang cuma sedikit, berarti ditunda dulu. Itu yang sampai sekarang masih kita evaluasi, bagaimana agar efisien.” 101 Berkaitan dengan faktor penghambat yaitu waktu pelaksanaan program pelatihan bahasa Inggris. Waktu pelaksanaan yang sesuai dengan rencana yang sudah dirancang sebelumnya yaitu dua kali dalam seminggu. Waktu yang selama ini dilaksanakan dalam program pelatihan ini adalah dua kali dalam seminggu. Berkaitan dengan itu, Mas TMS mengungkapkan: “Waktu sebenarnya sudah sesuai. Kita adakan pelatihan ini pada malam hari kerja karena sudah pasti hari jumat sabtu minggu mereka tidak bisa karena full day. Tapi kadang-kadang mereka punya acara lain diluar jadi tidak bisa ikut.” Selanjutnya diungkapkan oleh Mas ES : “Waktu yang diberikan yaitu 2 kali dalam seminggu. Saya rasa sudah mencukupi. Namun, belum digunakan secara optimal. Karena disini kita bekerja dibidang pariwisata yang tidak mengenal waktu. Kadang kami melayani tamu sampai maghrib. Kalau malamnya harus ikut pelatihan, kadang sudah capek. Terkadang juga ada keperluan lain.” Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor penghambat dari pelaksanaan program pelatihan Bahasa Inggris tersebut adalah waktu yang digunakan belum sepenuhnya optimal. Hal itu disebabkan oleh kurangnya koordinasi antar peserta yan mengakibatkan banyak dari mereka terkadang tidak hadir pada saat pelatihan Bahasa Inggris tersebut berlangsung.

D. Pembahasan

1. Pelaksanaan Pelatihan Bahasa Inggris bagi Pemandu wisata Goa

Pindul di Wirawisata Wirawisata adalah satu-satunya dari operator wisata di Desa Bejiharjo yang mengadakan pelatihan bahasa inggris bagi para pemandunya. Mengingat banyaknya wisatawan asing yang datang ke Wirawisata sedangkan adanya 102 keterbatasan kemampuan para pemandu apabila memandu wisatawan mancanegara. Bahasa inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang tentunya menjadi bahasa penghubung antar bangsa. Bagi Wirawisata yang rata- rata pemandu dengan pendidikan yang menengah kebawah, tentunya bahasa inggris merupakan hal yang tidak pernah mereka pelajari. Dalam hal ini pendidikan nonformal memiliki peran penting sebagai pengganti, penambah atau pelengkap dari pendidkan nonformal. Hal tersebut disesuaikan dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat 2 yang menjelaskan: “Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah danatau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat”. Peran pelatihan terletak pada kemampuanya dalam menyiapkan atau menyediakan tenaga kerja yang memiliki kualitas daya saing yang tinggi sesuai dengan tuntutan kerja. Maka mengadakan pelatihan bahasa inggris tersebut dirasa sangat penting dalam proses berkembangnya pariwisata di Desa Bejiharjo. Hal ini didukung oleh pernyataan Suwatno Donni 2011: 117 bahwa: “Pelatihan merupakan proses jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi dimana pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan terbatas. Pelatihan terdiri dari program-program yang disusun terencana untuk memperbaiki kinerja dilevel individual, kelompok, dan organisasi yang dapat diukur perubahannya melalui pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku sosial dari karyawan”.