Pelaksanaan Pelaksanaan Program Pelatihan Bahasa Inggris bagi Pemandu Obyek

85 Membangun komunikasi yang baik kepada para peserta juga merupakan proses pelaksanaan program pelatihan Bahasa Inggris. Suatu pelatihan akan berjalan dengan lancar apabila adanya komunikasi positif yang dibangun oleh tutor yang terjalin dalam suatu pelatihan hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Mas ES : “Tutornya membangun komunikasi dengan sangat baik. Itu juga karena tutornya dari pemandu Wira juga yang pengalamannya sudah banyak sekali. Kadang tutornya juga memberikan motivasi terkait kepercayaan diri untuk memandu turis.” Selanjutnya pernyataan dari Mas TMS : “Komunikasi yang dibangun oleh tutor sangat baik. Sesekali materi tersebut dibuat nyanyian agar mudah dipahami. Dan tutornya memberikan arahan bagaimana sikap seharusnya yang dilakukan apabila bertemu dengan turis asing.” Berdasarkan hal tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa komunikasi yang dibangun dalam pelatihan Bahasa Inggris tersebut sudah terjalin dengan baik. Ini ditandai dengan tutor yang membuat para peserta tidak mudah bosan dengan materi yang diberikan pada pelatihan ini. 3 Lokasi Pelaksanaan Pelatihan Berdasarkan hasil observasi dan wwancara yang dilakukan peneliti, tempat pelaksanaan program pelatihan bahasa Inggris dilakukan di Wirawisata yang berlokasi di Dusun Glaran II, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. 4 Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Pelatihan bahasa Inggris bagi pemandu sudah diadakan sejak berdiirnya Wirawisata. Pelatihan ini dijadwalkan dua kali pertemuan dalam 86 satu minggu yang mana pada hari rabu dan jumat. Waktu kegiatan pelatihan berlangsung pada malam hari pukul 18.00-19.30 setelah jam kerja para pemandu berakhir. 5 Materi Pelatihan Peranan materi atau kurikulum sangat penting dalam setiap program pelatihan maupun program-program pembelajaran yang lain. Pelatihan dibuat sebagai pedoman di dalam pelaksanaan program dan agar stakeholders memiliki pemahaman yang sama terhadap program yang dijalankan. Kualitas dari isi pelatihan merupakan hal yang perlu diperhatikan sebab semakin bermateri pelatihan atau materinya akan semakin mengoptimalkan manfaat dari pelatihan yang berarti efektif pula pelatihan. Penyusunan materi pelatihan dilakukan oleh pihak Wirawisata dibantu oleh pemandu yang memang sudah fasih berbahasa Inggris dan disesuaikan dengan kebutuhan para pemandu. Penentuan materi disesuaikan dengan kebutuhan peserta pelatihan, dimana pihak pengelola memilih materi-materi yang wajib dikuasai oleh peserta yaitu Bahasa Inggris khususnya pada saat memandu wisatawan mancanegara. Sebagaimana dinyatakan oleh Bapak BH selaku ketua pengelola Wirawisata : “ya... program pelatihan ini dibuatkan materinya sebagai acuan pelatihan. Materinya dari pengurus sambil dibantu salah satu pemandu yang sudah fasih tentunya dibuat sesuai kebutuhan, mengacu pada kode etik pemandu wisata dan kemampuan pemandu. Bahasanya juga yang gampang-gampang saja agar mudah dipahami. Selanjutnya didukung oleh pernyataan Bapak SR yang merupakan koordinator kepemanduan Wirawisata : “kalau materi pelatihan yang buat dari pihak Wira sendiri. Dibantu lah 87 sedikit-sedikit sama pemandu sini yang sudah fasih sekali bahasa inggrisnya. Kita tentunya menyesuaikan dengan kebutuhan juga.” Adanya materi pelatihan harus didukung dengan kesesuaian materi dengan kebutuhan kerja pemandu agar pelatihan tersebut berjalan dengan lancar. Adapun hasil dokumentasi juga diketahui bahwa materi yang diajarkan berupa bahan-bahan praktis dalam kepemanduan Wirawisata dengan menggunakan bahasa Inggris. Materi yang diberikan pada saat pelaksanaan pelatihan berlangsung tidak seperti materi yang ada pada pelatihan di LPK atau diklat bagi pemandu wisata oleh Himpunan Pariwisata Indonesia HPI yang meliputi kurikulum terstruktur beserta alokasi waktunya untuk mendapatkan lisensi pemandu profesional. Materi ini hanya sebagai acuan untuk para pemandu tentang bagaimana memandu para wisatawan mancanegara menggunakan Bahasa Inggris sehingga pada saat wisatawan mancanegara berkunjung tidak akan mengecewakan. Sebagaimana juga yang diungkapkan melalui wawancara terhadap Bapak BH selaku ketua pengelola Wirawisata: “tentu saja materi tersebut harus dibuat sesuai dengan kebutuhan kami yaitu pemandu yang dituntut harus bisa menggunakan bahasa inggris apabila ada wisatawan mancanegara yang datang.” Lalu, bapak SR juga mengungkapkan bahwa: “Menurut saya, materi tersebut sudah memenuhi standar kebutuhan kerja. Karena kami hanya butuh sekedar bahasa Inggris praktis seperti bagaimana menyapa turis, sikap yang benar dan skenario kepemanduan Wiraiwisata dalam bahasa Inggris”. Hal ini juga didukung oleh kedua pernyataan dari Mas ES dan Mas TMS: Materi pelatihan yang dilihat sudah sesuai dengan standar kebutuhan 88 kerja. Rata-rata disini lulusan SD. Maka yang diajarkan benar-benar dari awal, seperti mengenal huruf bahasa Inggris. Bahasa-bahasa sehari-hari seperti menyapa para wisman seperti apa. Baru setelah itu, belajar membaca skenario kepemanduan Goa Pindul dari kami. Semakin sering mereka membacanya. Diharapkan dapat menghafal keseluruhan”. “isi dari modul tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan. Bahasanya yang gampang-gampang agar pemandu gampang juga memahaminya. Awalnya memang harus dari dasarnya dulu, baca huruf-huruf pakai ejaan Inggris kata sapaan untuk orang yang baru dikenal. Baru setelah itu, dikasih skenario kepemanduannya untuk dibaca bareng-bareng waktu pelatihan”. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa materi tersebut telah dibuat sesuai dengan kebutuhan kerja. Materi tersebut hanya berupa bahasa Inggris praktis seperti kata sapaan dan skenario kepemanduan Wirawisata. Isi pembelajaran dengan topik pembelajaran harus berkaitan. Hal ini karena pelatihan ini termasuk pengajaran bahasa Inggris yang didasarkan atas kebutuhan para peserta dalam meningkatkan profesionalitas, keterampilan kerja dan peluang mereka. Sehingga isi pembelajaran juga dikaitkan dengan batas kemampuan para pemandu agar tidak terlalu menyulitkan para pemandu sehingga mereka dapat mudah memahami materi pelatihan. Hal ini didukung oleh pernyataan Mas ES bahwa: “sangat berkaitan mbak. Karena kalau tidak sesuai topik yang ada malah bingung. Contohnya, topik pada pelatihan hari rabu tentang kalimat sapaan kepada orang yang baru dikenal maka isi pembelajarannya tentang bagaimana kita menyapa orang yang baru dikenal menggunakan Bahasa Inggris”. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Mas TMS : “isi pembelajaran dengan topik harus sama-sama nyambung mbak. Biar mudah dimengerti”. 89 Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pada pelatihan tersebut antara isi pembelajaran dengan topik pelatihan sangatlah berkaitan. 6 Metode Pelatihan Dalam proses pelaksanaan pelatihan Bahasa Inggris diperlukan adanya metode pembelajaran yang tepat. Metode pelatihan berarti cara penyampaian yang digunakan selama pelatihan itu berlangsung. Pada pelatihan bahasa inggris bagi pemandu obyek wisata Goa Pindul di Wirawisata menggunakan metode pelatihan di dalam kerja on the job training yang mana pelatihan tersebut berlangsung di lokasi karyawan tersebut bekerja yaitu di Wirawisata. Adapun metode pelatihan di dalam kerja yang diterapkan dalam pelatihan bahasa Inggris bagi pemandu wisata yaitu metode ceramah, tanya jawab dan praktek. Metode tersebut dipilih karena pelatihan semacam ini sangat mudah dilaksanakan dan telah terbukti mampu dengan cepat meningkatkan keterampilan para oeserta pelatihan. a Metode ceramah Metode ceramah merupakan salah satu metode pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau materi pembelajaran kepada peserta dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah biasanya digunakan untuk menyampaikan materi teori yang diajarkan secara lisan sebelum peserta melaksanakan praktek. Dari hasil pengamatan, tutor yang merupakan sesama pemandu di Wirawisata dalam menyampaikan materi menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta dan 90 juga disampaikan secara jelas. b Tanya jawab Metode tanya jawab merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk menguji penguasaan peserta terhadap materi yang telah disampaikan oleh narasumber. Tanya jawab ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk lebih memahami materi yang belum dimengerti dengan cara bertanya kepada tutor dan juga agar peserta lebih aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan, saat menyampaikan materi pengenalan huruf-huruf tutor menyampaikan materi tersebut menggunakan nyanyian sehingga membuat peserta tidak mudah bosan. Peserta mengikuti kegiatan pembelajaran dengan antusias sehingga banyak peserta yang bertanya. c Praktek Metode praktek dalam pelaksanaan program pelatihan bahasa Inggris dilaksanakan setelah selesai memberikan teori. Kegiatan dimulai dengan memberikan teori selama kurang lebih 60 menit, kemudian dilanjutkan untuk kegiatan praktek selama 30 menit. Kegiatan praktek dengan cara simulasi yang mana para peserta saling bermain peran. Dengan adanya metode praktek peserta dapat langsung menerapkan materi yang telah diberikan oleh tutor. Adanya metode praktek ini akan sangat membantu peserta pelatihan dalam menerapkan teori-teori yang telah dipelajari sebelumnya. Selain itu, peserta akan lebih berani dan percaya diri saat menghadapi 91 wisatawan terutama bagi peserta yang akan mulai memandu wisatawan mancanegara. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Bapak SR : “metode yang digunakan hampir sama seperti belajar di kelas. Tutor memberikan materi seperti metode ceramah. Lalu nanti kalau para peserta ada yang belum mengerti bisa bertanya. Lalu materi yang diajarkan nantinya diterapkan pada praktek.” Mas ES memberikan pernyataan serupa terkait metode pelatihan : “metodenya kayak lagi belajar dikelas saja mbak. Setelah teori biasanya langsung dipraktekkan. Kalau gitu jadi ilmu yang didapat dapat terserap dengan baik.” Mas TMS juga menyatakan bahwa : “sama aja mbak kayak belajar biasa. Tutornya menjelaskan lalu dipraktekkan apa yang sudah didapat dari teori tadi.” Berdasarkan data hasil wawancara maka dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah pelatihan on the job training dilakukan di lokasi tempat para karyawan bekerja yaitu di Wirawisata .

c. Evaluasi

Setiap kegiatan yang telah terlaksana pasti akan ada hasil yang dicapai, seperti halnya pelaksanaan pelatihan Bahasa Inggris bagi pemandu obyek wisata Goa Pindul di Wirawisata. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari program pelatihan Bahasa Inggris bagi pemandu obyek wisata Goa Pindul ini dapat dilihat dari bagaimana reaksi peserta terhadap pelatihan tersebut, penggunaan metode, perubahan peserta pelatihan terkait pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebelum mengikuti dengan setelah mengikuti kegiatan 92 pelatihan dan dampak pelatihan terhadap organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta tertarik dengan metode yang digunakan dalam pelatihan bahasa Inggris ini sehingga materi yang diajarkan dapat mudah dipahami oleh peserta dan sejauh ini peserta memahami materi dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara terhadap Mas ES selaku peserta pelatihan: “sejauh ini pelatihan berjalan dengan baik walaupun memang banyak kendala dan jauh dari kata sempurna. Namun, semenjak ada pelatihan tersebut para pemandu sudah lebih percaya diri apabila sedang memandu wisatawan asing walaupun bahasa yang digunakan masih agak berantakan” Selanjutnya didukung oleh pernyataan mas TMS : “ga jauh-jauh kok mbak. Yang penting sedikit-sedikit sudah tau.” Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, peserta program pelatihan bahasa Inggris di Wirawisata dapat memahami isi materi pembelajaran walaupun sedikit. Tingkat keberhasilan program selanjutnya adalah besarnya pengetahuan yang diperoleh dalam pelatihan ini. Berdasarkan hasil penelitian Mas TMS menyatakan bahwa : “Tidak terlalu banyak. Cuma sedikit-sedikit semakin bisa lah mbak.” Lalu, Mas ES juga mengungkapkan tentang hal itu : “kurang tau mbak, hehe. Pengetahuan bahasa inggris yang saya dapat sudah banyak Insya Allah mbak. Tapi masih ada yang kurang-kurang juga.” Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang sudah didapat oleh peserta sudah cukup besar, walaupun memang untuk mencapai tujuan tersebut sangat sulit. Hal itu disebabkan kebanyakan dari mereka para pemandu hanya mempunyai latar belakang pendidikan dasar, hanya sedikit dari mereka yang lulus 93 SMP ataupun SMA. Perubahan perilaku antara sebelum dan sesudah pelatihan ditandai dengan peningkatan kepercayaan diri para peserta apabila mereka ingin memandu wisatawan mancanegara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudah memberikan hasil yang positif ditandai dengan pemandu yang sebelumnya tidak mempunyai kepercayaan diri apabila ditunjuk untuk memandu wisatawan mancanegara. Sejak mengikuti pelatihan ini, pemandu di Wirawisata sedikit demi sedikit berani untuk memandu wisatawan mancanegara di Wirawisata. Hal ini diungkapkan oleh Mas ES : “Saya semakin percaya diri. Menurut saya, yang terpenting adalah kepercayaan diri. Disaat kita sudah yakin, pasti bisa.” Lalu Mas TMS mengatakan : “Kalau perubahan ada lah walaupun tidak banyak. Ada yang semakin PD bicara bahasa inggris ke bule walaupun Cuma menyapa. Ada yang pd banget untuk memandu turis walaupun bahasa yang dikuasai belum banyak tapi dengan modal PD dia yakin bisa.” Berdasarkan data hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan perilaku para peserta setelah mengikuti pelatihan ini dilihat dari timbulnya kepercayaan diri saat ingin memandu para wisatawan mancanegara. Dengan begitu, mereka tidak peduli apabila bahasa yang mereka gunakan masih belum jelas. Sebuah lisensi merupakan salah satu hal penting sebagai tanda seorang pemandu yang profesional. Mengacu pada standarisasi pemandu profesioanl, seorang pemandu harus memiliki izin operasional yaitu lisensi pramuwisata yang diajukan ke Himpunan Pramuwisata Indonesia HPI. Namun, pada kenyataannya Wirawisata telah mengajukan hal tersebut ke Dinas Pariwisata Kabupaten 94 Gunungkidul tetapi belum mendapatkan konfirmasi. Hal itu disebabkan lisensi untuk pramuwisata profesional hanya diberikan kepada pemandu yang juga sudah memenuhi standar pemandu profesional dan mengikuti diklat pemandu wisata selama 3 bulan. Sedangkan pelatihan bahasa Inggris di Wiraiwisata hanya bertujuan untuk menjadikan para pemandu lokal Goa Pindul memiliki kemampuan untuk berbicara bahasa Inggris kepada wisatawan mancanegara yang datang. Hal ini diungkapkan oleh Bapak SR : sudah, kami ajukan ke dinas pariwisata namun sampai sekarang belum ada respon.” Lalu pernyataan Mas ES dan Mas TMS terkait dengan hal tersebut juga mengungkapkan bahwa sudah pernah mengajukan namun belum ada jawaban dari pihak Dinas Pariwisata. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak Wirawisata telah mengajukan lisensi pemandu profesional ke Dinas Pariwisata namun belum ada konfirmasi. Dampak bagi Wirawisata sendiri adalah dapat memberikan pelayanan terbaik bagi para wisatawan mancanegara yang datang sehingga memberikan kesan yang baik bagi wisatawan mancanegara dan Wirawisata dapat berkompettitif dengan kelompok wisata yang lain. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan bahwa wisatawan mancanegara puas setelah mengunjungi Goa Pindul di Wirawisata oleh salah satu wisatawan mancanegara Mr. JHK yang merupakan wisatawan asal Korea: “He guided very very well. He is communicative, talk all the time. Sometimes, made us laugh. He is very polite, has a good attitude. He can speak Korean little bit. And then, he give a lot of information about Pindul Cave. Such as, the history about Pindul, the rules if we down to the cave, about dont do this and don’t do that He speak English very