1. HIKMA, merupakan himpunan keluarga Mandailing. Organisasi masyarakat ini
merupakan wadah perkumpulan bagi masyarakat Mandailing yang berdomisili di kota Medan. HIKMA di kota Medan memiliki beberapa perwakilan, yaitu : Dewan Pengurus
Daerah Tingkt I Sumatera Utara dan Dewan Pengurus Cabang terdapat di jalan Letda Sujono-Medan.
2. IKANAS, adalah organisasi masyarakat yang didasarkan pada marga Nasution, organisasi
ini tidak saja beranggotakan marga Nasution melainkan juga menerima marga lainnya sesuai dengan kontribusi yang diberikan pada organisasi.
3. Oorganisasi ini pada umumnya berdasarkan marga ataupun tempat asal daerah
Mandailaing
2.7. Karakteristik Masyarakat Mandailing di Kota Medan.
Pemilihan lokasi ini didasarkan atas beberapa hal, seperti sejarah lokasi, letak strategis lokasi. Lokasi penelitian ini juga mendukung untuk melihat karakteristik masyarakat
Mandailing di kota Medan. Karakteristik yang dimaksudkan sebagai suatu penjelasan mengenai seberapa jauh masyarakat Mandailing di kota Medan dalam memandang dan
melakukan adat budaya mereka dalam kehidupan sehari-hari. Karakteriktik masyarakat Mandailing pada penelitian ini dibagi atas beberapa bagian :
1. Karakteristik masyarakat Mandailing yang masih memegang adat budaya Mandailing
dalam kehidupan mereka tanpa berusaha menggabungkannya dengan adat budaya lain yang terdapat di sekitar lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
2. Karakteristik masyarakat Mandailing yang memegang adat budaya Mandailing dalam
proses menggabungkannya dengan budaya lain yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.
3. Karakteristik masyarakat Mandailing yang tidak mengenal adat budaya Mandailing
dan memegang budaya lain seperti budaya Jawa, Melayu dan sebagainya Adapun indikator yang dapat menunutun penelitian ini untuk dapat menjelaskan
gambaran umum mengenai karakteristik masyarakat Mandailing di kota Medan. Adapun karakteristik masyarakat Mandailing di kota Medan adalah linguistik, sosial
dan budaya. Indikator linguistik berkaitan dengan penggunaan bahasa daerah bahasa Mandailing
dalam bentuk kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa ini juga menyangkut masalah tutur yang dipergunakan untuk kerabat yang diharapkan dapat memberi gambaran tentang masalah
penelitian ini. Indikator sosial adalah indikator yang berusaha untuk menangkap prilaku, cara pandang masyarakat Mandailing di kota Medan, dan melihat apakah mereka masih
menggunakan adat Mandailing di kota Medan. Indikator yang terahir adalah budaya, indikator ini berhubungan dengan indikator linguistik dan sosial.
Melalui indikator ini dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik masyarakat Mandailing yang melalui wawancara kepada informan dapat disimpulkan bahwa kehidupan
masyarakat Mandailing sebagian besar sudah berpikiran dan bertindak sesuai dengan lingkungannya, dalam hal ini dijelaskan bahwa masyarakat tersebut masih memegang adat
budaya Mandailing dan berusaha untuk menerima budaya lain yang terdapat disekitarnya. Disisi lain karakteristi masyarakat Mandailing masih ada yang tetap mempertahankan adat
buda Mandailing dalam kehidupan sehari-harinya, meskipun jumlah masyarakat Mandailing yang terdapat pada karakteristik ini cendrung sangat sedikit.
Universitas Sumatera Utara
Peta Kota Medan Gambar 2
http:www.medanku.commap-medan Diakses 21022011
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB III PARTUTURON IDEAL PADA MASYARAKAT
MANDAILING UMUMNYA
3.1. Hukum Adat Mandailing
Hukum adat Mandailing merupakan hukum adat yang harus dijalankan oleh seluruh masyarakat Mandailing, dimana hukum adat mandailing ini sering disebut dengan
Paradaton. Hukum adat akan menjadi pedoman hidup masyarakat Mandailing serta menjadi tolak ukur kedudukan seseorang di kalangan masyarakat. Pada dasarnya hukum
adat dipimpin oleh kaum tua hatobangon masyarakat Mandailing. Hatobangon pada masyarakat Mandailing memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting dalam Hukum
adat paradaton masyarakat Mandailing. Setia upacara adat akan terlebih dahulu di musyawarahkan dengan pihak hatobangon dan disetujui baru acara tersebut dapat
dilaksanakan. Hal ini merupakan wujud dari hukum adat Mandailing yang menunjukkan rasa hormat terhadap tetua suatu daerah huta.
Masyarakat Mandailing terbentuk melalui tetua suatu huta yang dijadikan sebagai hatobangon pada Masyarakat Mandailing. Hatobangon ini juga merupakan kelompok
pembangun huta pada masyarakat Mandailing yang disebut pambuka huta. Pambuka huta merupakan orang yang pertama sekali membuka suatu lahan dan dijadikan sebagai tempat
bermukim. Kemudian disusul oleh beberapa orang sehingga berkembang menjadi suatu daerah perkampungan huta yang membentuk suatu kemasyarakatan bagi masyarakat
Mandailing. Masyarakat adat Mandailing di mulai dari satu keluarga menjadi beberapa keluarga,
kemudian berkembang dari satu keluarga menjadi satu marga suku, dan kemudian
Universitas Sumatera Utara