Ego dengan Keluarga Luas

3.6.2. Ego dengan Keluarga Luas

Keluarga luas adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari lebih satu keluarga inti yang tinggal secara bersama-sama dalam satu rumah tangga. Model keluarga luas dalam masyarakat Mandailing adalah keluarga luas virilokal, yakni keluarga inti senior ditambah keluarga inti junior dari anak laki-laki. Model ini terkait dengan adat menetap setelah nikah umumnya atau idealnya harus berada di sekitar kediaman keluarga laki-laki. Bagan II berikut menggambarkan model keluarga luas pada masyarakat Mandailing. Bagan 2 Keluarga Luas 1 2 5 3 I 4 6 7 8 Keterangan: Ego Laki-laki Perempuan Bagan 2 di atas menggambarkan keluarga luas ego, yang terdiri dari keluarga inti orang tuanya ditambah dengan keluarga inti dari si ego sendiri yang terdiri dari istri, dua orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan yang belum kawin. Universitas Sumatera Utara Dengan berdiamnya lebih dari satu keluarga dalam satu rumah tangga, maka istilah kekerabatan menjadi lebih banyak dan bervarian, karena bersatu antara orangtua dan anak, menantu dan cucu. Berikut akan digambarkan sebutan dan sapaan dalam keluarga luas. Tabel 3 Sebutan dan Sapaan Ego yang Ideal Dengan Keluarga Luas No Sebutan Sapaan Keterangan I-1 Amang Amang, mang, mange Ayah I-2 Inang Inang, nang, nange Ibu I-3 Angkang Angkang Abang I-5 Adaboru Umak si anu, nama Istri 1-6,8 Amang Mang, ucok Anak laki-laki I-7 Boru Boru, inang, taing Anak perempuan 5-1 Amang boru Amang boru Mertua laki-laki 5-2 Inang boru Namboru, bou Mertua perempuan 1,2-5 Parumaen Maen Menantu 5-3 Angkang Angkang Abang ipar 5-4 Eda Eda, kakak Istri ababng ipar I-6,7,8 Ompung bayo Ompung, pung Kakek I-6,7,8 Ompung boru Ompung, pung Nenek 6,7,8-1 Pahompu Anggi, pahompu, nama Cucu. Hubungan kerabat yang harus sopan dan hormat adalah antara anak dengan orang tua, adik dengan abang atau kakak, antara suami istri. Khususnya hubungan menantu perempuan Universitas Sumatera Utara dengan mertua laki-laki dan sebaliknya, selain harus sopan dan hormat juga di tuntut harus saling sungkan. Jadi sangat tidak sopan kalau mertua laki-laki menyebut dan memanggil nama menantu perempuannya, juga sebaliknya antara menantu perempuan dengan mertua laki-lakinya. Sebutan dan sapaannya adalah alak parumaen hal yang sama berlaku pada menantu perempuan dengan mertua laki-lakinya. Sebutan dan sapaannya harus alak amang boru. Dibawah ini akan dijelaskan perubahan partuturon dalam kelompok keluarga luas. Adapun partuturon yang berubah di jelaskan dalam tabel dibawah ini: Tabel 4 Sebutan dan Sapaan Ego yang Berubah Dengan Keluarga Luas No Sebutan Sapaan Keterangan I-1 Ayah, papa, papi Yah,pa,pi Ayah I-2 Ibu, mama, mami, bunda Ibu, ma, mi, bun Ibu I-3 Abang Bang, nama Abang I-4 Adik Dek, nama Adik perempuan I-5 Mama, mami, ibuk, adek, nama Ma, mi, dek, buk, nama Istri I-6 Anakku, nama Nak, nama Anak laki-laki I-7 Anakku, nama Nak, nama Anak perempuan 5-1 Ayah, bapak Ayah, pak Mertua laki-laki 5-2 Ibuk Buk Mertua perempuan 5-3 Abang Bang Abang ipar Universitas Sumatera Utara 5-4 Kakak, Kak Kakak ipar 6,7,8-1 Kakek, opa, Kek, opa Kakek 6,7,8-2 Nenek, oma Nek, oma Nenek 1-6,7,8 Cucu, nana Cu, nama Cucu Bagan di atas menjelaskan partuturon yang berubah pada keluarga luas. Berubahnya tutur juga turut membentuk perubahan sikap dan tanggung jawab. Dimana orangtua dan anak bersikap sangat bebas, antara saudara laki-laki juga bersikap bebas. Hubungan antara mertu dengan menantu juga berubah dari yang seharusnya sangat hormat dan sungkan menjadi sangat bebas. Sebutan tutur ayah untuk mertua laki-laki dan ibun untuk mertu perempuan membuat hubungan diantara menantu dan mertua jauh lebih bebas. Menantu perempuan dapat bercanda atau duduk dalam satu ruangan dengan mertua laki-lakinya. Hal ini menunujukakan bahwa perubahan tutur dapat menyebabkan berubahnya sikap dan hilangnya rasa sungkan.

3.6.3. Ego Dengan Kahanggi