Ego dengan Keluarga Inti

yang berbeda pada setiap kedua upacara adat. Tuan rumah dalam upacara adat disebut Suhut sihabolonan, sedangkan Kahanggi disebut Suhut kelompok inilah yang mempunyai hajat untuk penyelenggaraan upacara adat. Pihak Anak boru dari Suhut si habolonan adalah penanggungjawab pelaksanaan upacara adat tersebut, sehingga Anak boru disebut juga si suruon artinya yang di suruh-suruh oleh Mora. Sementara pihak Mora memberi restu bagi penyelenggaraan upacara adat tersebut.

3.6. Partuturon Mandailing

3.6.1. Ego dengan Keluarga Inti

Keluarga inti adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum berumah tangga. Dalam konteks masyarakat Mandailing dikenal dengan istilah sabagas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan I dibawah ini: Bagan 1 Keluarga Inti 1 2 3 I 4 Keterangan: Ego Universitas Sumatera Utara Laki-laki Perempuan Bagan diatas menggambarkan seorang laki-laki ego dengan orang tuanya serta seorang saudara laki-laki dan seorang saudara perempuan. Sebutan dan sapaan dalam keluarga inti tergambarkan pada tabel I berikut: Tabel 1 Sebutan dan Sapaan Ideal Ego dengan Keluarga Inti No Sebutan Sapaan Keterangan I-1 Amang Amang, mang Ayah ego I-2 Inang Inang, nang Ibu ego 1-2 Adaboru Inang ni si butet,inang ni si taing, nang ni si ucok Istri ego 2-1 Alak lai Amang ni si anu Suami I-4 I-3 Kakak Abang Kak, bang, panggil nama Abang, kakak ego I,3-4 Anggi Anggi, adik e Adik laki-laki ego atau perempuan I,3-4 Iboto Nama, ito Adik atau kakak pereupuan ego Tabel diatas merupakan gambaran partuturon yang ideal sesuai hukum adat Mandailing. dimana tutur amang dan Inang merupakan sapaan kepada ayah dan ibu. Sebaliknya ayah dan ibu juga menggunakan tutur amang untuk anak laki-laki, dan tutr inang kepada anak perempuan. Panggilan seperti ini merupakan penegasan tanggungjawab anak Universitas Sumatera Utara untuk menggantikan posisi ayah dan ibunya setelah dewasa. Selanjutnya diantara sesama bersaudara juga menyebutkan istilah lain seperti penyebutan saudara perempuan dengan iboto dan saudara laki-laki dengan angkang dan anggi. Tutur ideal yang disebutkan pada tabel diatas telah mengalami prubahan dengan pembauran tutur dari etnis lain. Tabel dibawah ini akan menggambarkan partuturon yang berubah dalam keluarga inti yakni: Tabel 2 Sebutan dan Sapaan Ego yang Berubah dengan Keluarga Inti No Sebutan Sapaan Keterangan I-1 Ayah, papa, Papi Yah, pa, pi. Ayah ego I-2 Ibu, omak, mama, mami Bu, mak, ma, mi Ibu ego 1-2 Dek, mama, mami, nama Dek, ma, mi, nama Istri ego 2-1 Abang, ayah,papa, papi Bang, yah, pa, pi Suami 4-I,3 Kakak Abang Kak, bang, panggil nama Abang, kakak ego 3,I-4 Adik Nama Dek, nama Adik laki-laki ego atau perempuan I,3,4 Bersaudara Bersaudara Kakak-adik Tabel di atas merupakan gambaran perubahan partuturon yang terjadi di kota Medan, khususnya masyarakat Mandailing yang terdapat di lokasi penelitian. Perubahan partuturon diatas sering dijumpai dalam keluarga masyarakat Mandailing di kota Medan. Perubahan sebutan untuk ayah dan ibu turut membentuk perubahan sikap, dimana anak bersikap lebih bebas kepada kedua orangtuanya. Begitu juga sebaliknya antara anak laki-laki dan anak perempuan terjalin tanpa batas, terlihat hubungan seperti sahabat atau teman. Berbeda halnya dengan adat mandailing yang mengharuskan anak perempuan harus bersikap sungkan terhadap ayah dan saudara laki-lakinya. Universitas Sumatera Utara

3.6.2. Ego dengan Keluarga Luas