Ugari Hapantunon Dasar Hukum Adat Mandailing

aturan dasar yang tidak tertulis yang telah ditetapkan dalam patik-patik ni paradaton. Uhum harus dilaksanakan dan dipatuhi. Dalam uhum diatur susunan masyarakat hukum adat berlandaskan holong yaitu: Samba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru. Angka na so somba marhula-hula siraraonma gadongna, Molo so manat mardongan tubu, natajom ma adopanna, Jala molo so elek marboru, andurabionma tarusanna. Hukum adat Mandailing menjadi pedoman dalam kehidupan sosial yang hidup dalam tatanan adat sejak lahir sampai meninggal dunia. 1. Hubungan kekeluargaan yang bersifat genealogis territorial Semua anggota masyarakat yang bermukim dalam suatu territorial yang berasal dari satu keturunan, harus saling mengenal dan mengetahui. 2. Hubungan kekeluargaan genealogis dengan sistem kebapaan Dikatakan sifat genealogis oleh karena hubungan kekeluargaan diambil dari garis keturunan bapak. Disamping itu uhum juga mengatur beberapa hal diantaranya: a. Hak dan kewajiban raja pada masa dahulu ketika kekuasaan raja masih diakui b. Hak dan kewajiban rakyat.

3.2.3. Ugari

Ugari adalah ketentuan yang lebih rendah dari uhum. Hal ini merupakan aturan yang muncul melalui tata pelaksanaan uhum. Jika uhum merupakan landasan operasional hukum adat dalam bentuk undang-undang, ugari adalah peraturan pelaksana dari berbagai ketentuan uhum. Ugari dapat diartikan sebagai peraturan pemerintah yang berfungsi untuk menjalankan Universitas Sumatera Utara peraturan perundang-undangan. Dengan demikian ugari harus senantiasa mengacu dan berlandaskan pada ketentuan hukum yang telah ada. Ugari dirumuskan dan ditetapkan melalui musyawarah adat, berbagai permasalahan yang timbul dalam masyarakat, terjadinya perselisihan paham,dan masuknya hal-hal baru di tengah masyarakat, pemecahan masalahnya senantiasa mengacu pada ugari. Habang binsusur martolu-tolu Malo martutur padenggan ngolu. Arti ungkapan diatas adalah kebijaksanaan menghadapi unsur Dalihan Na Tolu akan memperbaiki kehidupan Habang sihurhur songgop tu bosar Malo martutur ingkon maos hona osar Hal ini bermaksud kebodohan, kelalaian dan keserakahan dalam menghadapi unsur Dalihan Na Tolu akan membuat orang berpindah-pindah tempat, karena tidak disukai orang yang mengakibatkan melarat.

3.2.4. Hapantunon

Hapantunon merupakan salah satu unsur pastak-pastak ni paradaton. Unsur ini melengkapi pastak-pastak ni paradaton dalam bentuk norma-norma baku yang dihormati dan ditaati oleh masyarakat. Dalam masyarakat hubungan yang erat dan saling menghargai serta saling toleransi harus senantiasa terjalin. Inraksi sosial harus terbina dengan baik dan untuk itu diperlukan auran etika, cara bertutur, cara bertatakrama, adab, dan sopan santun. Hal ini bertujuan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan tertib diantara sesama masyarakat. Universitas Sumatera Utara Sikap sopan santun diantara sesama anggota masyarakat terutama dalam pergaulan yang lebih muda terhadap yang lebih tua atau orangtua, tatakrama panggilan kerabat sudah diatur sesuai dengan struktur dalam Dalihan Na Tolu. Hapantunon dapat dikelompokkan ke dalan dua hal: a. Hapantunon di dalam hubungan kekeluargaan yang disebut dengan partuturon. b. Hapantunon di dalam pergaulan masyarakat yang dapat disebut juga dengan tata krama dalam pergaulan. Begitu pula halnya dalam adab menerima tamu dan sebagainya, harus dijalin kekerabatan dan cara menyambut tamu yang bermartabat. Hal ini terungkap dalam ungkapan malo naeng ho sanggap, manat maho mardongan tubu. Artinya jika kamu ingin menjadi orang yang terhormat, harus berhati-hati dalam bergaul dengan dongan sabutuha teman semarga.

3.3. Kaidah-Kaidah Masyarakat Mandailing