Dalihan Na Tolu Dalam Adat Siriaon

kemapanan yang ada, sekaligus sebagai jawaban solusi atas masalah-masalah yang muncul dari perubahan sosial tersebut. Perubahan partuturon juga telah memberi perubahan pada pandangan tentang aturan pernikahan Masyarakat Mandailing. seiring berubahnya partuturon pernikahan semarga pun semakin marak terjadi di kalangan masyarakat Mandailing. Hubungan diantara sesama marga pada hukum adat mandailing merupakan hubungan kekerabatan yang dianggaap sedarah , sehingga pernikahan semarga pun dianggap tabu. Kenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat Mandailng di kota Medan pernikahan semarga sudah tidak dianggap tabu melainkan hal yang biasa. Perubahan partuturon yang menimbulkan kesenjangan dalam hubungan kedekatan kekerabatan berdampak pada terjadinya pernikahan semarga. Rasa kekerabatan yang semakin rendah membuat aturan adat semakin dikesampingkan. Berikut pernyataan Bapak Khoiruddin tentang pandangan terhadap maraknya pernikahan semarga di kalangan masyarakat Mandailing: “ Menurut Bapak sebenarnya pernikahan semarga kalau bisa tetap dihindarkan, tapi kalau memang harus terjadi itu tidak dapat disalahkan juga. Makanya kita kembali ke takdir Allah dimana jodoh itu telah ditentukan. Jadi Bapak memandang pernikahan ini sudah merupakan takdir yang dijalankan oleh seseorang jadi tidak harus dipertentangkan lagi seperti ketentuan adat yang dianggap tabu. Orang juga pernikahan semarga ini sudah banyak terjadi. Intinya kita lebih mengedepankan agama ajalah selama tidak menyelahi agama tidak masalah dijalankan”.

4.7. Dalihan Na Tolu Dalam Adat Siriaon

Upacara adat siriaon pada masyarakat mandailing disebut horja pesta. Setiap Horja yang tidak di ,musyawarahkan hasilnya tidak akan baik, karena kaum kerabat merasa tidak ikut bertanggung jawab dan kerabat akan merasa tidak dihargai. Semua anggota keluarga berhak berbicara, jika semua kerabat telah berbicara barulah diambil kata Universitas Sumatera Utara DOM U NI TAHI sepakat sebagai hasil musyawarah dan kata sepakat inilah yang disebut domu ni tahi. Ada 2 hal bentuk partisipasi kerabat dalam dalam horja yaitu: • Tumpak, yaitu bantuan dana • Sabat, yaitu bantuan waktu dan tenaga. Tumpak dan sabat ini merupakan tanggungjawab dari semua kaum tergabung dalam Dalihan Na Tolu. Semua anggota keluarga harus diberikan kesempatan untuk memberikan pendapatnya, karena semua anggota keluarga mempunyai kedudukan hak dan tanggungjawab yang sama didalam menentukan berhasil tidaknya suatu horja pesta. Holong dan domu dapat diterangkan melalui skema dibawah ini: Dalihan Na Tolu pada masyarakat Mandailing memiliki peranan yang sangat penting. Belakangan peran dan fungsi tersebut, telah bergeser bahkan berubah. Perubahan ini sangat kontras terlihat ketika masyarakat Mandailing melakukan pesta siriahon. Secara ideal setiap anggota kerabat pada masyarakat Mandailing memiliki kedudukan masing-masing di dalam adat Mandasiling. Dimana seiap orang akan menempati kedudukan sebagai mora, kahanggi dan anak boru. Dalam hukum adat Mandiling Dalihan Na Tolu mora, kahanggi, anak boru memiliki peran penting dalam pelaksanaan acara adat seperti persta horja. Belakangan perubahan adat Mandailing di kota Medan semakin jelas terlihat. Pada acara adat siriaon horja yang dilakukan oleh masyarakat Mandailing di kota Medan. Domu ni tahi yang merupakatan kata sepakat sebelum melakukan acara adat pesta karena, HOLONG DOMU PATIK UHUM UGARI HAPANTUNON POKAT ULU NI TOT POKAT SABAGAS POKAT SARIPE POKAT SAHUTA Universitas Sumatera Utara musyawarah yang dilakukan tidak melibatkan mora, kahanggi dan anak boru. Bahkan tidak jarang masyarakat Manailing menggunakan adat Jawa ketika melakukan pesta dengan alasan yang berbeda-beda. Perubahan ini secara otomatis akan melumpuhkan peran dan fungsi Dalihan Na Tolu yang seharusnya. Kenyataannya berdasarkan pengamatan fungsi Dalihan Na Tolu mora kahanggi anak boru ini telah berubah bahkan banyak kerabat yang tidak lagi berada pada peran dan tanggung jawab pada saat pelaksannaan pesta. Perubahan ini terjadi karena sebagian masyarakat mandailing ketika melakukan pesta tidak lagi melibatkan kerabat dalam pelaksanaan pesta. Semua kerabat sudah dijadikan tamu tanpa melihat kedudukan kerabat yang seharusnya mora, kahanggi dan anak boru. Peran dan tanggungjawab yang seharusnya diperankan kepada mora, kahanggi dan anak boru malah dilimpahkan kepada pihak lain. Misalnya peran memasak dilimpahkan pada catering di upahkan. Perubahan peran dan tanggungjawab ini tidak lepas dari berubahnya tutur pada masyarakat mandailing di kota Medan. Karena pada dasarnya ketika tutur berubah maka secara otomatis peran dan tanggung jawab akan turut berubah.

4.8. Rompak Tutur