3.6.5. Ego dengan Mora
Mora adalah kelompok kekerabatan dari pihak pemberi gadis atau istri. Unsurnya terdiri dari keluarga dan keturunan dari ayah istri ego, keluarga dan keturunan dari mertua.
Ayah ego, keluarga dan keturunan dari ayah ibu ego, keluarga dan keturunan dari nenek ego, keluarga dan keturunan dari istri anak dan cucu ego dan marga-marga lain yang terkait
dengannya. Dalam hukum adat Mandailing kelompok mora mempunyai status sosial paling
tinggi. Untuk itu ego dan kerabatnya harus sopan dan berprilaku santun bila berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Tabel 5 berikut menggambarkan sebahagian sebutan
dan sapaan ego dengan kelompok mora.
Bagan 5 Ego dengan Kelompok Mora
1 2 10 11
3 I 4 5 6 12 13
7 8 9 Keterangan:
Ego Laki-laki
Universitas Sumatera Utara
Perempuan Bagan 5 di atas tersebut menggambarkan hubungan ego dengan kelompok mora.
Unsurnya terdiri dari ego dengan keluarga saudara laki-laki istrinya dan ego dengan keluarga saudara laki-laki ibunya istilah kekerabatan seseorangn dengan kelompok mora dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 9 Sebutan dan Sapaan Ego yang Ideal
dengan Kelompok Mora
No Sebutan
Sapaan Keterangan
I-1 Amang
Amang, mang Ayah
I-2 Inang
Inang, nang Ibu
I-3 Angkang
Angkang Saudara laki-laki
I-4 Adaboru
Umak ni si anu Istri
I-5,6 Anggi
Anggi, umak ni si anu Adik ipar
7,8,9-I Apak ketek
Bapak, apak Suami saudara
perempuan ibu 7,8,9-4 Bujing
Ujing Saudara perempuan
ibu I-10
Mamak Mamak
Saudra laki-laki ibu I-11
Nantulang Nantulang
Istri saudara laki-laki ibu
1- 12,13
Abangadik Bang, dek, nama
Anak saudara ibu boru tulang
Salah satu wujud penghormatan dan penghargaan pihak anak boru kepada mora adalah bila hendak mengawinkan anak. Sebelum pesta perkawinan dilaksanakan maka
sebelumnya pihak keluarga harus melakukan pertemuan keluarga atau disebut marpokat. Dalam hal ini segala sesuatunya akan dibicarakan oleh keluarga besar. Mora selaku
kelompok keluarga yang dihormati harus menyetujui segala sesuatunya agar pesta dapat berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
Di bawah ini akan dijelaskan perubahan partuturon pada kelompok kerabat mora. Perubahan tutur tersebut digambarkan melalui tabel di bawah ini:
Tabel 10 Sebutan dan Sapaan Ego yang Berubah
dengan Kelompok Mora
No Sebutan
Sapaan Keterangan
I-1 Ayah, papa, papi
Yah, pa, pi Ayah
I-2 Ibu, mama, mami
Buk, ma, mi Ibu
I-3 Abang
Bang, nama Saudara laki-laki
I-4 Ibu, mama, mami,
nama Buk, ma, mi, nama
Istri I-5,6
Adik, nama Dek, nama
Adik ipar 7,8,9-I
Paman, pakde Paman, pakde
Suami saudara perempuan ibu
7,8,9-4 Ibuk, tante, bulek, Ibuk, tante, bukle
Saudara perempuan ibu
I-10 Uwak, wawak
Uwak, wawak Saudra laki-laki ibu
I-11 Bibi, ibuk
Bik, buk Istri saudara laki-laki
ibu 1-
12,13 Abangadik
Bang, dek, nama Anak saudara ibu
boru tulang
Berubahnya partuturon membuat perubahan diantara kerabat. Hal ini dapat digambarkan pada saat mau melaksanakan pesta pernikahan. Banyak dari masyarakat
Mandailing yang tidak memakai adat Mandailing melainkan adat Jawa dan adat yang lainnya. Sehingga kegiatan marpokat sebelum dilaksanakannya pesta di hilangkan. Pesta hanya
direncanakan oleh pihak keluarga initi, sehingga peran dan tanggung jawab mora, kahanggi dan anak boru dihilangkan. Ketiga kelompok kerabat ini hanya diundang sebagai tamu pada
saat pesta berlangsung.
3.7. Sopan Santun Kekerabatan