Aktivitas Pengolahan Lahan Pertanian oleh Warga

Beberapa responden yang memiliki jabatan sebagai pengawas dan mandor menyampaikan alasan kenapa mereka tidak tertarik untuk masuk ke sektor pertanian karena waktu mereka telah habis untuk bekerja di perkebuanan. Mereka tidak mempunyai alokasi waktu untuk melakukan kegiatan pertanian mengolah tanah. Selain itu, hasil pertanian yang tidak memadai dan pendapatan sebagai pekerja tetap di perkebunan yang dirasa lebih cukup dibandingkan kegiatan mengolah sawah menjadi pertimbangan selanjutnya untuk keputusan mengolah tanah.

7.1.3 Aktivitas Pengolahan Lahan Pertanian oleh Warga

Kegiatan pertanian warga mayoritas dilakukan di sawah dan kebun. Komoditas utama yang dihasilkan adalah padi jenis Goli, Golimas, Borneng, dan Sumedang. Di Kebun petani menanam pohon jenis kayu sengon dan manii yang dipilih warga karena proses perawatan yang mudah dan biaya rendah. Kegiatan pemanenan sengon dan manii dilakukan setelah pohon berusia lima tahun. Kayu tersebut biasanya dijual warga ke luar kampung, yaitu ke wilayah Sadeng untuk industry bahan baku pembuatan peti telur ayam. Kegiatan penanaman padi dilakukan dengan dua kali panen. Kegiatan bercocok tanam warga secara diatur dalam kalender musim tanam pada Tabel.5. Tabel 5. Kalender Umum Kegiatan Bercocok Tanam Warga BULAN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Musim tanam Ngarambet Pertumbuha n padi Panen Pembibitan Bera Satu kali siklus penanaman padi dilakukan selama empat sampai lima bulan. Satu bulan setelah kegiatan penanaman biasanya dilakukan kegiatan ngrambet. Ngrambet merupakan kegiatan menyiangi gulma dan tanaman pengganggu lainnya yang dapat menghambat pertumbuhan padi. Setelah dilakukan pemanenan padi, maka lahan garapan sengaja dikosongkan dan dibiarkan dalam kondisi bera dengan tujuan mengembalikan kondisi tanah agar layak ditanami kembali. Setelah itu, barulah dilakukan kegiatan pembibitan. Kemudian lahan dicangkul atau dibajak dan tanah siap ditanami kembali. Dalam melaksanakan beragam aktivitas pengolahan tanah, terdapat spesifikasi kegiatan yang dilakukan antara pria dan wanita. Spesifikasi ini didasarkan pada kemampuan dan besar tenaga yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas pengolahan tanah. Pekerjaan yang sekiranya membutuhkan tenaga lebih besar dikerjakan oleh pria, sedangkan pekerjaan yang menuntut ketelitian lebih banyak dikerjakan oleh wanita. Tabel.6 menampilkan spesifikasi pekerjaan pengolahan tanah antara pria dan wanita. Spesifikasi pekerjaan wanita dimulai pada saat penanaman bibit padi atau biasa disebut dengan istilah tandur dan berlanjut hingga panen dan pasca panen. Sebaliknya, spesifikasi pekerjaan pengolahan tanah untuk pria dimulai sejak selesai kegiatan penanaman hingga panen dan awal pembukaan musim tanam baru. Mencangkul dan pembibitan dikerjakan oleh pria. Kegiatan mencangkul dilakukan untuk membalik tanah, sama dengan kegiatan membajak. Jika pemilik lahan tidak menggarap lahannya sendiri, maka yang lebih lazim digunakan adalah tenaga buruh tani daripada bajak kerbau. Upah buruh tani untuk kegiatan mencangkul adalah sebesar Rp 20.000,- untuk satu hari kerja ditambah fasilitas berupa makan siang dan makanan ringan, dimulai pada pagi hari dan berakhir pada waktu dzuhur. Pemberian upah kegiatan membajak dengan menggunakan kerbau dilakukan secara borongan. Warga Kampung Pel Cianten tidak terbiasa dengan penggunaan bajak kerbau. Bajak kerbau didapatkan dari kampung tetangga. Setelah dicangkul, tanah pertanian mulai ditanami kembali. Kegiatan tandur, atau penanaman dilakukan oleh wanita. Pekerjaan ini memerlukan ketelitian yang lebih baik. Satu bulan setelah tandur, dilakukan kegiatan ngrambet yang ditujukan untuk membersihkan tanaman pengganggu agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. Kegiatan ngrambet dilakukan bersama antara pria dan wanita. Tabel 6. Spesifikasi Pekerjaan Pengolahan Tanah oleh Warga di Kampung Pel Cianten Tahun 2010 Aktivitas Deskripsi Wanita Pria Mopok Galeng Kegiatan yang dilakukan untuk membuat galengan pematang sawah dengan cara menimbunkan lumpur pada setiap sisi kotakan sawah. - Ya Ngabaladah Kegiatan balik tanah atau lebih mudah difahami sebagai kegiatan membajak. - Ya Macul Mencangkul Mencangkul bagian tanah yang akan ditanami. - Ya Nagon Kegiatan meratakan lumpur dengan menggunakan tangan. Ya Ya Tebar Pembibitan Kegiatan menanam benih padi pembibitan. - Ya Babut Benih padi yang telah tumbuh sekitar 15 cm, diambil kemudian dipersiapkan untuk ditanam di sawah. - Ya Tandur Kegiatan menanam. Ya - Ngarambet Membersihkan gulma dan tanaman pengganggu yang tumbuh diantara tanaman padi. Ya Ya Babad Galeng Membersihkan area galengan pematang dari rumput. - Ya Dibuat Pemanenan padi induk indung pare pengambilan contoh induk padi yang telah matang. Biasanya dilakukan oleh puun. - Ya Panen Kegiatan menuai padi hasil bercocok tanam. Ya Ya Ngirik Kegiatan memisahkan bulir padi dari tangkai. Ya Ya Napian Memisahkan gabah isi dan gabah kosong hapa Ya - Selanjutnya adalah kegiatan panen. Panen terjadi dua kali dalam setahun dan dilakukan bersama antar pria dan wanita. Proses pemanenan yaitu pengambilan hasil mengolah tanah, alat yang umum digunakan dalam kegiatan panen di kampung ini adalah sabit. Setelah pemanenan, bulir padi dipisahkan dari tangkainya. Kegiatan untuk memisahkan bulir padi dari tangkai padi disebut sebagai kegiatan ngirik. Batang padi yang telah dipotong kemudian dipukulkan ke atas alat peluruh bulir padi atau pun juga ke atas batang pohon pisang. Kegiatan ngirik dilakukan bersama- sama antara pria dan wanita. Gabah hasil panen kemudian diseleksi dan dipisahkan antara gabah isi dan gabah kosong. Pemisahan gabah dilakukan dengan menggunakan tampah, yaitu wadah datar yang terbuat dari anyaman bambu yang dalam bahasa sunda disebut tapi. Kegiatan ini disebut dengan napian dan dilakukan oleh kaum wanita. Setelah seluruh prosesi itu terlewati, maka gabah isi yang telah dikeringkan sebelumnya kemudian digiling. Terdapat tiga orang warga yang memiliki mesin penggilingan. Sistem upah penggilingan diberikan dengan menggunakan hasil panennya natura dengan ketentuan 7:1. Artinya, sebanyak tujuh bagian merupakan milik pemilik gabah, sedangkan satu bagian lainnya adalah milik perkebunan. Dalam kegiatan pengolahan pertanian ini terdapat sitem bagi hasil. Seseorang yang mengikuti kegiatan tandur di sawah milik orang lain, tidak diberikan bayaran, namun orang tersebut akan diperbantukan dan harus mengikuti sampai kegiatan panen dan ngirik di sawah tersebut. Upah dibayarkan dengan menggunakan hasil panen. Pembayaran dilakukan dengan ketentuan 5:1. Lima bagian untuk pemilik lahan garapan, dan satu bagian untuk buruh tani. Jika dikaji lebih dalam, ternyata hampir 80 persen lahan garapan warga berada di kawasan hutan konservasi TNGHS. Menurut hasil wawancara dengan responden, lahan-lahan garapan warga terutama sawah yang ada saat ini kebanyakan adalah sawah di kawasan hutan produksi yang dikelola pihak Perum Perhutani sebelum akhirnya menjadi area konservasi dibawah penguasaan Balai TNGHS. Ketika kawasan hutan tersebut dikuasai oleh pihak Balai TNGHS wilayah sawah garapan warga masih tetap diizinkan selama tidak menambah luasnya atau membuka lahan garapan baru. Adapun lahan garapan warga Kampung Pel Cianten yang terletak dalam kawasan yang dikuasai pihak PTP. Nusantara VIII jumlahnya sangat terbatas dan berada di antara cekungan-cekungan kebun teh. Kebanyakan dimanfaatkan sebagai kolam ikan, dan kebun campuran, meski beberapa diantaranya adalah sawah dan tanah pekarangan. Tanah pekarangan ini pun sangat jarang ditemui. Hanya beberapa rumahtangga saja yang memiliki pekarangan. Hal ini terkait dengan pola pemukiman rumahtangga di kampung tersebut yang berkumpul dan saling berdekatan. Jenis komoditas pertanian yang umum dibudidayakan warga dalam setiap bentuk pemanfaatan lahan, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Jenis Komoditas Pertanian yang Diusahakan Warga di Lahan Garapan Pertanian NO Jenis Pemanfaatan Lahan Pertanian Komoditas 1 Sawah Padi jenis Goli, Golimas, Borneng, Sumedang, dan Bromo. Kadangkala ditanami palawija dan tanaman semusim seperti jagung, cabai, tomat, serta sayuran seperti sawi, serai dan rempah berupa kapol kapulaga. 2 Kebun Pohon Manii Africa, bambu, pisang, nangka, manggis, jambu, kapulaga, singkong. 3 Pekarangan Rempah: kapulaga dan sayuran: cabai, tomat 4 Kolam Ikan mas, nila, gurame Secara umum pemanfaatan lahan garapan warga utamanya ditujukan untuk sawah. Komoditas padi yang sering digunakan warga adalah jenis Goli, Golimas, Borneng, Sumedang, dan Bromo. Kondisi pengairan sawah mengandalkan tadah hujan dan air Sungai Cianten. Posisi sawah yang berundak mengikuti kontur bukit dan punggung gunung tidak memungkinkan dibangunnya saluran irigasi teknis. Pada musim panen terkahir kali ini saat penelitian dilakukan, seluruh petani mengeluhkan kondisi gagal panen. Hasil panen menurun tajam hingga kurang dari 50 persen dari kondisi normal. Penurunan hasil panen diduga akibat kondisi cuaca yang tidak mendukung, dimana terlalu banyak jumlah hujan yang turun serta gangguan hama berupa babi. Menurut salah satu informan, keberadaan hama babi yang sampai merusak tanaman warga terkait dengan kondisi hutan yang mulai rusak akibat penebangan yang kian marak, sehingga kesetimbangan ekosistem pun ikut terganggu. Kebun dimanfaatkan untuk menaman tanaman keras seperti Manii Maisopis Eminii, tanaman buah berupa nangka, durian, manggis, jambu, dan pisang, serta tanaman ubi kayu dan ubi rambat. Selain dimanfaatkan buahnya, tanaman tersebut juga dimanfaatkan bagian kayunya untuk keperluan kayu bakar ataupun dijual. Pola tanam kayu Manii Maisopis Eminii biasanya dilakukan secara homogen. Sedangkan untuk tanaman buah dan ubi ditanam secara campuran. Bentuk pemanfaatan lahan lainnya adalah kolam ikan. Kolam ikan ini terletak relatif lebih dekat ke pemukiman warga. Ikan yang umum dibudidayakan adalah ikan mas, nila, dan gurame. Hasil budidaya ditujukan untuk konsumsi pribadi ataupun komersil. Salah satu responden yang memiliki kolam ikan mengaku empang miliknya ditanami ikan mas dan akan dijual pada panen setiap tahun dengan menghasilkan uang sekitar 400 ribu rupiah yang akan digunakan sebagai modal pembibitan ikan lagi. Kolam ikan tidak hanya menjadi tempat budidaya semata, namun juga memberi manfaat lain sebagai sarana hiburan warga berupa kolam pancing dan tentu saja sebagai sumber penghasilan lain bagi pemilik kolam. Hampir setiap minggu diadakan pertandingan memancing. Biaya pertandingan yang dibebankan kepada peserta adalah Rp 20.000,- untuk setiap 1 kg ikan ditambah Rp 2.000,- sebagai biaya sewa kolam dan registrasi peserta. Pemanfaatan tanah pekarangan yang ditemui di lokasi penelitian, digunakan untuk ditanami tanaman cabai, tomat, dan beberapa jenis sayur mayur. Kegiatan pertanian dilakukan dalam skala kecil dan hanya ditujukan untuk keperluan subsisten. Beberapa warga ada yang menanami tanah pekarangannya dengan tanaman kapol kapulaga dalam jumlah yang sedikit dan kadang dijual kepada petani pengumpul di kampung tersebut. Petani pengumpul kemudian menjual kepada seorang tauke pemilik toko emas di ibukota kecamatan setelah sebelumnya biji kapol kapulaga tersebut dikeringkan. Biji kapol kapulaga kering merupakan rempah yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat. Biji kapol basah dihargai Rp 6.000,00 hingga Rp 7.000,00 per kilogram oleh petani pengumpul. Petani pengumpul kemudian mengeringkan biji kapol tersebut dan menjualnya dengan harga Rp 40.000,00 hingga Rp 75.000,00 tergantung kepada kualitas dan kurs mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika saat itu. Dari 10 kg biji kapol kapulaga basah akan menghasilkan 7kg biji kapol kering. Sistem penjualannya adalah monopsoni, sehingga posisi tauke menjadi sangat dominan dalam penentuan harga biji kapulaga kering yang dibawa petani pengumpul. Hubungan seperti ini pula yang terjadi diantara petani pengumpul dan petani tanaman kapol kapulaga.

7.2 Penguasaan Tanah oleh Warga