Pengalihan penguasaan lahan garapan yang terjadi di Kampung Pel Cianten hanya terjadi diantara warga kampung saja. Pengalihan penguasaan lahan garapan keluar
kampung tidak pernah tejadi karena lahan yang dikuasai warga bukan berstatus hak milik.
6.1.1 Buka Sendiri
Mayoritas perolehan lahan garapan warga Kampung Pel Cianten melalui kegiatan pembukaan lahan. Pembukaan lahan atau lebih sering disebut dengan
istilah cacar dilakukan dengan menebang pepohonan di kawasan hutan. Perubahan kebijakan atas status hutan produksi menjadi kawasan konservasi
membuat aktivitas pembukaan lahan garapan semakin berkurang. Selain perubahan kebijakan atas penguasaan hutan, faktor lain yang
mempengaruhi penurunan kegiatan pembukaan lahan adalah pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi. Kegiatan pembukaan lahan telah terjadi sejak
awal terbentuknya kampung dan umumnya terjadi sampai dengan tahun 1980-an. Ketika itu, lahan masih luas dan penduduknya masih sedikit, sehingga
kesempatan menggarap lahan menjadi sangat luas. Berbeda dengan kondisi sekarang yang sudah semakin sulit untuk mendapatkan lahan garapan karena
sudah tidak ada lahan lain lagi yang boleh dibuka. Kondisi ini sebagaimana disampaikan dalam wawancara mendalam dengan salah satu responden:
“Kapungkur Emak sareng Bapak ngabika lahan teh nuju masih ngahuma didieu. Rompok teh ukur saung Emak wae sareng Bapak, liana mah teu aya. Sepi keneh.
Kapungkur mah masih lalega, asal daek ngagarap mah seug wae bade ngbika lahan dimana wae oge. Beda jeung cara ayeuna, bade ngabika lahan deui oge
tos teu aya”ACE, 75 tahun. Dahulu Emak dan Bapak membuka lahan sewaktu masih ngahuma disini. Rumah yang ada hanya gubuk Emak dan Bapak, yang
lainnya tidak ada. Masih Sepi. Dulu masih luas tanah, asalkan mau menggarap silahkan saja bisa membuka lahan dimana saja. Berbeda dengan kondisi saat ini.
Mau membuka lahan juga sudah tidak ada ACE, 75 tahun.
Pembukaan lahan dikawasan perkebunan, umumnya dilakukan di tanah- tanah sempit di gigir kebun teh ataupun diantara celah kebun teh yang disebut
dengan sarakan. Warga tidak diperbolehkan membuka lahan garapan yang digunakan untuk bertanam teh. Meski begitu, beberapa petani yang menguasai
lahan garapan di gigir kebun teh mengaku pernah melakukan perluasan lahan
garapan mereka ke area kebun teh secara bertahap. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh responden, sebagai berikut:
“…muhun, ieu tos caket kana nteh tadi namah rada tebih, asal mah tong kapendakan ku kebun w lah” …iya, ini sudah dekat dengan tanaman teh,
tadinya memang aga jauh, asalkan jangan dikatuhi oleh pihak kebun perkebunan saja. MTR,32 tahun
Awalnya, warga menanam tanaman pisang untuk membatasi lahan garapannya, kemudian pada waktu berikutnya tunas baru pada tanaman pisang
bergeser. Selain itu, ada juga warga yang memang memperluas lahannya pada kegiatan persiapan penanaman padi dalam siklus penanaman padi berikutnya.
Dengan demikian luas lahannya sedikit demi sedikit menjadi bertambah.
6.1.2 Waris