4.2.2 Tenaga Kerja Perkebunan
Didalam areal perkebunan terdapat perkampungan yang dihuni oleh sekitar 5000 jiwa yang sepenuhnya bekerja pada perkebunan, dimulai dari proses
pembibitan, pemeliharaan, panen, hingga pengolahan teh. Perumahan dinas karyawan perkebunan tersebar dibeberapa komplek, yaitu:
1. Emplasemen : Pondok Pia, Pondok Asmara, Bunisari, dan Sindang
Resmi. 2. Afdeling Cianten I
: PematangSarkawiTaman Saat, Cirohani, Kampung Baru, Kampung Limus, Cianten Herang, Pel Girang,
Pel Tengah, Pel Hilir, Sindang Sari, Kampung Saung, Pondok Lapang, Pondok Pasar, Pondok Cau,
dan Pondok Pensiun. 3. Afdeling Cianten II
: Sindang Reret, Cimapag, Pasirpari, Cisurupan, Garehong, Emplasmen, Padajembar, Padajaya, dan
Cikandang. Emplasemen, Afdeling Cianten I, serta sebagian besar area perkebunan berada di
wilayah kerja Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan komplek Afdeling Cianten II berada di wilayah kerja Desa
Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Perkebunan Cianten PTP.Nusantara VIII Persero dipimpin langsung oleh
seorang “Administratur” dan “Kepala Tanaman” sebagai wakilnya dan dibantu oleh bagian “Pengawas Intern Kebun” yang membantu mengawasi kinerja seluruh
bagian. Pembagian kerja dibagi kedalam lima divisi, yaitu: Bagian Administrasi dikepalai oleh seorang “Kepala Administrasi”, Bagian teknik dikepalai “Kepala
Teknik”, Bagian Pengolahan dikepalai “Kepala Pengolahan”, Bagian Afdeling Cianten I dikepalai “Kepala Afdeling Cianten I”, dan Bagian Afdeling Cianten II
dikepalai “Kepala Afdeling Cianten II”. Masing-masing Kepala Bagian Afdeling membawahi beberapa “Mandor Besar” dan setiap “Mandor Besar” membawahi
beberapa Mandor yang memiliki 20 sampai 40 anak buah. Dalam menjalankan tugasnya, masing-masing kepala bagianafdeling dibantu oleh “JTU Kepala” yang
menjamin kelancaran adminstrasi.
Tenaga kerja perkebunan di bagi menjadi dua bagian, yaitu pegawai tetap dan pegawai borongan. Pegawai tetap berhak mendapatkan fasilitas perkebunan
berupa gaji, hari libur selama satu bulan setiap tahunnya, tunjangangaji penuh untuk setiap masa libur dan fasilitas kesehatan di balai pengobatan yang
disediakan perusahaan. Sedangkan pegawai borongan hanya mendapatkan gaji dari hasil kegiatan pekerjaannya saja.
Sebagai contoh adalah penentuan besaran upah pada buruh petik perkebunan, besarnya upah yang didapatkan tergantung pada kualitas daun teh
dan volume teh yang berhasil di petik. Penilaian harga berada pada otoritas mandor, rata-rata per kilogram daun teh yang telah dipetik buruh petik dihargai
sekitar Rp 400,00 hingga Rp. 500,00 sehingga setiap bulannya penghasilan buruh petik adalah sekitar Rp 300.000,00 hingga Rp 500.000,00. Menurut pihak
perusahaan, penetapan upah buruh kebun Cianten berada diantara UMR Kabupaten Bogor dan UMR Kabupaten Ciamis. Hal ini didasarkan pada
kesamaan kondisi dan konteks perkebunan antara daerah Bogor dan Ciamis. Pengaturan kepegawaian untuk karyawan tetap di Perkebunan Cianten
dilakukan secara berjenjang. Proses kenaikan pangkat dan jabatan dilakukan tidak tentu. Menurut penuturan masyarakat yang juga menjadi karyawan diperkebunan,
sudah hampir tiga tahun tidak ada pengangkatan karyawan lepas menjadi karyawan tetap. Hal ini disinyalir akibat hasil produksi perusahaan yang sedang
menurun. Lebih dari separuh pegawai perkebunan merupakan karyawan borong
yang merupakan buruh tidak tetap. Menurut penuturan humas perusahaan, sebenarnya jumlah real dari golongan buruh tidak tetap ini lebih dari data yang
ditampilkan dan selalu terjadi penambahan jumlah buruh. Penambahan terjadi dari sejumlah karyawan tetap yang telah memasuki masa pensiun namun tetap mencari
pekerjaan di perusahaan dengan menjadi buruh perkebunan hal ini dikarenakan mereka tidak mempunyai pemasukan lagi setelah jabatannya berakhir
4.2.3 Alokasi Penggunaan Lahan PTP Nusantara PTPN VIII