Akses Tinjauan Pusataka .1 Ruang Lingkup dan Struktur Agararia

sektoral. Selain itu alasan pendorong terjadinya masyarakat bentukan baru adalah kesempatan ekonomi yang berbeda, dimana kekayaan sumberdaya agararia di sekitar hutan menjadi daya tarik untuk mendiami daerah pinggir hutan .

2.1.3 Akses

Ribot Pelusso 2003 mengartikan akses sebagai kemampuan untuk memperoleh manfaat dari sesuatu tanah atas dasar penguasaan. Definisi akses cenderung mengarah pada satu gugus kekuasaan bundle of power yang lebih menekankan pada “kemampuan memanfaatkan” daripada “sekumpulan gugus hak” bundle of right dalam arti propherty rights. Akses dapat dilihat pada tatanan hubungan sosial lebih luas yang membuat seseorang dapat memperoleh keuntunganmanfaat sumberdaya dari ada atau tidaknya hubungan property. Kekuasaan yang dimaksud dalam akses terdiri dari komponen-komponen material, kultural, dan politik-ekonomi yang saling berhimpun menjadi sebentuk gugus kekuasaan bundle of power dan jejaring kekuasaan web of power yang menentukan akses terhadap sumberdaya. Kekuasaan yang terkandung dalam akses terwujud dalam dan dipertukarkan sesuai jarak kekuasaan, ragam mekanisme, proses dan relasi sosial yang mengakibatkan kemampuan aktor dalam mengambil manfaatkeuntungan dari sumberdaya alam. Komponen material, kultural, dan politik-ekonomi tidak statis, senantiasa mengalami perubahan dalam setiap ruang dan waktu yang berbeda bergantung pada posisi individu dalam setiap jenis relasi sosialnya. Kekuasaan melekat pada setiap bentuk hubungan dan merupakan konsekuensi dari relasi sosial. Secara empiris, akses berfokus pada isu mengenai siapa yang mendapatkan, dengan cara seperti apa, dan kapan dalam keadaan yang seperti apa. Istilah “tenure” dan “property relation” hubungan kepemilikan awalnya digunakan untuk menerangkan hubungan kepemilikan sumberdaya dan pengakuan kontrol dalam beberapa cara melalui beberapa kelembagaan sosial. Namun lebih sering digunakan untuk menjelaskan “property right” hak kepemilikan yang diakui oleh hukum negara. Konsep akses menempatkan property sebagai salah satu faktor dalam aras institusi, sosial, dan politik-ekonomi yang lebih besar, yang menentukan aliran manfaatkeuntungan. Dari sudut pendekatan akses, maka property right merupakan bagian dari kelembagaan, hubungan-hubungan sosialpolitik, serta diskursus strategis yang mengatur aliran kemanfaatan. Analisis mengenai akses secara umum terdiri atas: 1 aliran manfaat dari sumberdaya alam, 2 identifikasi mekanisme dengan aktor yang berbeda, mencakup perolehan, kontrol, dan pemeliharaan aliran keuntungan dan distibusinya, 3 analisis mengenai hubungan kekuasaan antar aktor yang mendasari mekanisme akses. Mekanisme Akses Menurut Ribot Pelusso 2003, analisis mengenai mekanisme akses merupakan proses untuk mengidentifikasi dan memetakan cara bagaimana akses tersebut diperoleh, dipelihara, dan dikontrol. Mekanisme akses dibagi menjadi dua, yaitu; 1. Akses Legal Merujuk pada pengertian property yang merupakan hak terdefinisi oleh hukum, custom, dan konvensi MacPherson, 1978 dalam RibotPelusso,2003. Hak kepemilikan berdasarkan hukum berarti memberikan kemungkinan akses yang disahkan melalui bentuk lisensi pemanfaatan dari lembaga berwenang negara. Akses berdasarkan custom dan konvensi didapat melalui penerimaan sosial. Pemegang hak dapat menyatakan pengakuan haknya dengan aturan formal untuk mengontrol haknya. 2. Akses Ilegal Merupakan akses langsung yang berlawanan dengan hukum, custom, dan konvensi. Akses illegal berarti pengambilan manfaat darisumberdaya melalui cara yang tidak dikehendaki secara sosial oleh negara dan masyarakat. Akses illegal biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tidak melalui kaidah karena keterbatasan dalam akses, contohnya melalui tindak kekerasan dan pencurian. Struktur dan Relasi Mekanisme Akses Kemampuan untuk memperoleh manafaat dari sumberdaya dibatasi oleh kerangka politik-ekonomi dan budaya. Blaiki 1985 dalam Ribot Pelusso 2003 menyebutkan bahwa modal dan identitas sosial mempengaruhi siapa yang akan mendapat prioritas askses. Berangkat dari pemikiran ini, Ribot Pelusso 2003 menjelaskan bagaimana teknologi, modal, pasar, pengetahuan, otoritas, identitas sosial, dan relasi sosial akan membentuk struktur askes. 1. Akses terhadap Teknologi Bebarapa sumberdaya tidak bisa diekstraksi tanpa menggunakan teknologi. Kontrol dan akses seseorang terhadap teknologi dapat memberikan nilai manfaat yang lebih banyak sumberdaya. 2. Akses terhadap Modal Akses terhadap modal merupakan salah satu faktor yang memnentukan siapa yang dapat memanfaatkan sumberdaya dengan cara mengontrol atau memlihara akses mereka. Akses terhadap modal secara umum merupakan akses terhadap kekayaan danperlengkapan yang dapat digunakan dalam ekstraksi, produksi, konversi, mobilisasi tenaga kerja, dan proses lainnya ynag diasosiasikan dengan perolehan manfaat dari benda dan orang. Akses terhadap modal dapat digunakan untuk mengontrol akses sumberdaya melalui perolehan hak. Dengan kata lain, dikarenakan status dan kekuasaan dapat menghasilkan kekayaan, kekayaan tersebut mungkin juga mempunyai akses khusus kepada produksi, kesempatan, pengetahuan, otoritas dan sebagainya. 3. Akses terhadap Pasar Kemampuan untuk memperjualbelikan sumberdaya yang tergantung pada kemampuan pemiliknya untuk masuk kedalam pasar. Secara umum, akses terhadap pasar sebagai kemampuan individu atau kelompok untuk mendapatkan, mengontrol, atau memelihara jalurmasuk pertukaran. Pasar selalu membentuk akses dalam skala yang berbeda dan terjadi secara tidak langsung. Nilai dari sumberdaya mungkin saja berubah ketika sudah mengalami modifikasi bentuk. Perluasan kekuatan pasar dalam hal supply, demand, dan harga membentuk distribusi keuntungan dari suatu komoditas. 4. Akses terhadap Tenaga Kerja Siapa yang mengontrol akses tenaga kerja dapat memanfaatkan sumberdaya dalam beberapa tahap dimana tenaga kerja diperlukan sepanjang sumberdaya tersebut diolah Appadurai, 1986 dalam Ribot Pelusso, 2003. Kelangkaan sumberdaya dan surplusnya akan mengakibatkan porsi relatif dari setiap manfaat yang dinikmati oleh siapa yang menguasai sumberdaya, siapa yang mengontrol akses kesempatan kerja, dan siapa yang mempertahankan akses meraka. Meskipun seseorang tidak memiliki akses melalui property rights dan penguasaan teknologi, namun hubungan transaksi memungkinnya untuk mendapatkan akses sumberdaya melalui hubungan kerja dengan orang yang memiliki pemilikan sumberdaya melalui mekanisme akses tertentu. 5. Akses terhadap Pengetahuan Kepercayaan, ideologi, dan tindakan diskursiv membentuk akses. Kontrol terhadap pengetahuan dan informasi mempunyai keuntungan langsung. Informasi mengenai teknologi mungkin saja disembunyikan untuk menjaga hubunganpatron-client. 6. Akses terhadap Otoritas Merupakan hak khusus yang dimiliki melalui kewenangan yang dimiliki individu untuk memanfaatkan sumberdaya. Hukum legal membentuk akses terhadap sumberdaya, modal, pasar, dan tenaga kerja. Hukum legal, custom, dan konvensi saling tumpangtindih satu sama lain dalam kekuasaan dan membuka peluang bagi seseorang untuk mendapatkan identitas sosial yang berbeda dalam rangka mengakumulasi sumberdaya dengan menggunakan legitimasi yang berbeda. 7. Akses terhadap Identitas Sosial Akses terhadap identitas sosial menentukan distribusi manfaat dari sumberdaya. Akses diketahui melalui pendekatan identitas sosial atau keanggotaan membership dalam sebuah komunitas, termasuk pengelompokkan berdasar umur, gender, etnik, dan agama. 8. Akses terhadap Relasi Sosial Akses hubungan sosial merupakan akses melalui negosiasi hubungan sosial seperti pertemanan, saling percaya, timbal balik, patron, ketergantungan, dan obligasi merupakan poin-poin kritikal dalam jejaring akses. Dari analisis mengenai property right dan akses, dapat disimpulkan bahwa kemampuan aktor dalam memanfaatkan sumberdaya tergantung dari penguasaannya atas struktur akses.

2.1.4 Taman Nasional