Agregat Bahan Perkerasan Aspal Beton

1. Aspal Kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang butiran aspalnya bermuatan listrik positif 2. Aspal Anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang butiran aspalnya bermuatan negatif. 3. Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak bermuatan listrik.

b. Agregat

Agregat adalah suatu bahan keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan campuran yang terdiri dari berbagai butiran atau pecahan. Jumlah agregat pada campuran perkerasan umumnya adalah 90 – 95 berat, atau 75 – 85 volume. Agregat adalah kombinasi dari pasir, krikil, batu pecah, slag atau material lainnya yang digunakan sebagai salah satu bahan untuk pengikat pada campuran beton, macadam, mastic, mortar, plaster dan kegiatan manufaktur lainnya. Agregat merupakan faktor yang paling penting dalam biaya konstruksi perkerasan, berdasarkan hitungan lebih dari 30 biaya total konstruksi Kenneth, et al 1998. Agregat yang digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran beraspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus perbandingan campuran dan memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3, berat jenis bulk specific grafity agregat kasar dan agregat halus minimum 2,5 dan perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2 Departemen Pekerjaan Umum, 2007. Agregat menurut ukuran butirnya diklasifikasikan menjadi 3 tiga macam, yaitu: 1 Agregat kasar course aggregate, mempunyai ukuran antara 2,36 mm sampai 20 mm, jenisnya; gravel, crushed aggregate atau artificial aggregate. 2 Agregat halus fine aggregate, mempuyai ukuran antara 0,075 mm sampai 2,36 mm, jenisnya; pasir sungai alam, pasir laut, bottom ash, crushed fines. 3 Agregat pengisi fine filler , mempunyai ukuran antara 2 micron sampai 0,075 mm, jenisnya; limestone powder, ordinary portland cement, fly ash, extract asbuton dan gilsonit. Berdasarkan bentuk butiran, yaitu ada beberapa butiran agregat seperti kubikal cubical, bulat rounded, tidak teratur irreguler dan lain-lain. Suparma menyatakan bahwa dalam lapis keras agregat dapat diklasifikasikan agregat menjadi : 1 Batuan alam natural aggregate terdiri dari gravel, yaitu agregat yang langsung dari quarry, permukaannya bulat mempunyai kelekatan terhadap aspal rendah dan kualitasnya kurang. Agregat ini juga dikenal dengan istilah pit atau benkrun agregat pitrun dalam bentuk pasir dan kerikil, merupakan agregat yang tersingkap mengalami erosi dan degradasi akibat proses fisika dan proses kimia secara alami. Hasil proses tersebut kemudian terbawa oleh angin, air, es yang bergerak dan kemudian diendapkan sebagai tanahdaratan dalam berbagai bentuk. Endapan kerikil tersebut tercampur dengan perbandingan yang tidak teratur dari pasir bahkan lempung. Pasir laut umumnya seragam, sedangkan pasir sungai mengandung sejumlah kerikil, lempung dan lanau. 2 Agregat batu pecah sebagai hasil pengolahan mesin pemecah batu stone crusher atau dipecah secara manual kemudian disaring . Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu agregat baik ukuran butir, gradasi maupun bentuk serta susunan permukaannya dari bulat menjadi bersudut dan kasar mempunyai daya lekat tinggi serta kualitas baik. Pemecahan agaregat yang berasal dari batu gunung dan crushed run berasal dari agregat asal sungai crushed pit-run. 3 Artificial aggregate, hasil dari manufactured, ini menjadi penting karena ramah lingkungan dan bisaanya berasal dari limbah, seperti: steel slag, bottom ash, crushed brick sythetic aggregate, soil cement, crushed waste concrete, dan granulated waste plastic Suparma, 2001. Berdasarkan Engineering Properties, yaitu pada cara ini kadang-kadang ditemui pada jenis batu menurut ilmu batuan yang sama tetapi sifatnya berbeda. Berdasarkan proses alami terbentuknya batuan, yaitu pada cara ini akan didapat agregat yang berasal dari: 1 Batuan alami: batuan beku igeous rock, batuan sedimen sedimentary, batuan metamorf metamorphic rock. 2 Batuan buatan artificial rock. 3 Batuan sisabekas waste materials. Berdasarkan tekstur permukaan surface texture, yaitu tekstur permukaan agregat dapat berbentuk kasar, sedang dan halus. Khusus bahan jalan dari sisa bekas dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1 Kelas I : Bahan yang berpotensi tinggi karena karakteristik bahannya secara alami, contoh : Steel slag, Nicle slag, Demoltion waste, Colliery spoil. 2 Kelas II : Bahan yang memerlukan proses lanjut karena kualitasnya tidak masuk kategori I, contoh : Cooper slag, Quarry waste, Mine refuse, Tyres and Rubbers. 3 Kelas III : Bahan yang tidak masuk kategori I dan II dan hanya digunakan pada kondisi tertentu, contoh : ceramic and refractory waste, mine waste dan waste glass and cullet. 4 Kelas IV: Bahan yang tidak dapat dipergunakan untuk perkerasan jalan, contoh: selain yang termaksud kategori I, II dan III.

c. Bahan Pengisi Filler