4. Analisis Nilai Porositas Campuran
Penelitian yang telah dilakukan terhadap nilai porositas dari benda uji menunjukan bahwa benda uji yang menggunakan campuran gradasi agregat RAP
tanpa ekstraksi didapat nilai porositas sebesar 22,589 , sedangkan campuran recyling dengan memakai gradasi RAP hasil ekstraksi mempunyai nilai porositas
sebesar 21,062 . Perbedaan nilai porositas ini disebabkan persentase pemakaian RAP pada
campuran gradasi tanpa ekstraksi cukup besar yakni 95 tentunya nilai specific gravity juga lebih kecil, maka akan membuat nilai porositas lebih besar. Hal ini
sesuai dengan hubungan nilai densitas dengan porositas dari benda uji, dimana semakin menurunnya tingkat kepadatan benda uji maka semakin besar porositasnya.
22,58
21,062
20,00 20,50
21,00 21,50
22,00 22,50
23,00
P o
ro si
tas
Benda Uji
Cam A Cam E
Gambar 4.15.
Grafik Perbandingan Nilai Porositas
5. Analisis Hasil Marshalll Properties Berdasarkan Optimum Bitumen Contens
a. Analisis Stabilitas.
Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban yang bekerja tanpa perubahan bentuk, dan merupakan indikasi utama dalam pembuatan Asphalt
Concrete agar mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap beban lalu lintas. Dalam campuran aspal emulsi dikenal dua macam stabilitas, yaitu stabilitas kering dry
stability dan stabilitas rendaman soaked stability. Pada stabilitas kering setelah dilakukan curing, benda uji langsung diuji Marshalll. Sementara pada stabilitas rendaman,
pengujian dilakukan setelah benda uji direndam selama empat hari,
untuk mengetahui ketahanan atau keawetan campuran terhadap pengaruh air dan perubahan temperatur.
Nilai ini dipengaruhi oleh tingkat kelekatan agregat dengan aspal yang antara lain bergantung pada bentuk dan jumlah pori agregat, sifat rheologi aspal, kadar
aspal, kepadatan, kandungan rongga dan gradasi agregat. Kepadatan yang tinggi, atau porositas VIM yang kecil akan mengurangi infiltrasi air, maka kepadatan menjadi
faktor penting dalam mempertahankan stabilitas. Parameter pengukurannya dinyatakan dengan nilai stabilitas sisa.
Perbandingan nilai stabilitas kering dan stabilitas setelah rendaman dari campuran recycling dapat dilihat dari grafik pada Gambar 4.16 dan 4.17 berikut.
y = -156,98x
2
+ 1740,3x - 3685,5
800 850
900 950
1000 1050
1100 1150
1200 1250
1300 1350
1400 1450
1500 1550
1600 1650
1700 1750
4,20 4,60
5,00 5,40
5,80 6,20
6,60
Kadar Aspal S
ta b
ilit a
s K
g
Poly. Soaked condition Poly. Oven condition
Gambar 4.16.
Perbandingan Nilai Stabilitas Campuran Recycling Gradasi Ekstraksi
y = -82,755x
2
+ 791,79x - 743,52
950 1000
1050 1100
1150 1200
1250 1300
3,60 4,00
4,40 4,80
5,20 5,60
6,00
Kadar Aspal Residu S
tab ilit
as K
g
Poly. Oven Codition Poly. Soaked Condition
Gambar 4.17. Perbandingan Nilai Stabilitas Campuran Recycling Gradasi Tanpa
Ekstraksi Berdasarkan grafik pada Gambar 4.16 dan 4.17 dapat dilihat bahwa
penambahan aspal akan meningkatkan stabiltas campuran sampai pada titik optimum. Penurunan stabilitas perendaman pada campuran recycling disebabkan air
masuk ke dalam rongga campuran dan melemahkan ikatan antar partikel agregat. Dari kondisi di atas juga terlihat bahwa nilai stabilitas kering benda uji dari
gradasi hasil ekstraksi cenderung lebih tinggi dibandingkan benda uji gradasi tanpa ekstraksi. Hal ini disebabkan presentase agregat baru pada campuran gradasi hasil
ekstraksi lebih besar dibandingkan campuran gradasi tanpa ekstraksi. Persentase kehilangan stabilitas akibat perendaman selama 4 hari dilihat
dengan membandingkan nilai stabiltas kering dengan nilai stabilitas basah. Stabilitas sisa pada pengujian ini 50 masih memenuhi persyaratan campuran DGEMs.
Sedangkan nilai stabilitas kering pengujian lebih besar dari 800 kg sebagaimana disyaratkan untuk campuran memakai aspal emulsi Dense Graded
Emulsion Mixture, berarti nilai stabilitas kedua jenis campuran memenuhi syarat.
b. Analisis Kelelehan Flow