Nilai Marshalll Quotient benda uji yang menggunakan campuran gradasi agregat RAP hasil ekstraksi menghasilkan Marshalll Quotient yang lebih tinggi
dibanding benda uji dari campuran gradasi RAP tanpa ekstraksi. Hal ini disebabkan persentase pemakaian aspal pada campuran gradasi RAP hasil ekstraksi menjadi
relatif berkurang karena sudah dikurangi dengan kandungan aspal dalam RAP. Perkerasan yang dihasilkan lebih kaku dan cenderung lebih cepat retak
dibandingkan campuran dengan gradasi RAP tanpa ekstraksi. Nilai Marshalll Quotient hasil penelitian campuran recycling gradasi RAP
hasil Ekstraksi pada kadar aspal optimum adalah 326,28 kgmm dan campuran gradasi tanpa ekstraksi pada kadar aspal optimum adalah 259,57 kgmm, jadi lebih
besar dari 200 kgmm. Bila dibandingkan dengan persyaratan campuran laston yaitu yaitu
200kgmm sampai dengan 500 kgmm maka nilai Marshall Quotient masih memenuhi.
6. Analisis Hasil Pengujian UCS
Berdasarkan penelitian terhadap nilai kuat tekan dari benda uji pada kondisi suhu ruang 25 °C memiliki nilai kuat tekan vertikal yang lebih tinggi dibandingkan
benda uji kondisi 40 °C. Untuk benda uji dengan campuran gradasi RAP hasil ekstraksi kehilangan nilai kuat tekan sebesar 18,90, sedangkan untuk campuran
gradasi RAP tanpa ekstraksi kehilangan nilai kuat tekan sebesar 27,99.
1345,028 1090,696
0,000 200,000
400,000 600,000
800,000 1000,000
1200,000 1400,000
UC S
K p
a
25 ºC 40 ºC
Suhu Pengujian
Gambar 4.21. Perbandingan nilai UCS Campuran Gradasi RAP Hasil Ekstraksi
1528,44 1100,478
200 400
600 800
1.000 1.200
1.400 1.600
UC S
K p
a
Suhu Pengujian 25 ºC
40 ºC
Gambar 4.22. Perbandingan nilai UCS Campuran Gradasi RAP Tanpa Ekstraksi
1528,44 1345,028
2489,594
0,00 500,00
1000,00 1500,00
2000,00 2500,00
UC S
Kp a
Benda Uji DGEMs
Konvensional Cam. A Cam. E
Gambar 4.23. Perbandingan nilai UCS dengan Penelitian sebelumnya.
Dari hasil pengujian kuat tekan yang telah dilakukan menunjukan bahwa benda uji dengan agregat RAP gradasi ekstraksi mempunyai nilai tekan sebesar
1345,023 KPa sedangkan benda uji dari agregat tanpa ekstraksi mempunyai kuat tekan lebih besar yaitu 1528,44 KPa berarti kemampuan menahan beban yang lebih
baik dibandingkan benda uji dengan agregat hasil ekstraksi. Kondisi ini disebabkan rendahnya persentase aspal baru serta belum terjadinya ikatan yang baik dengan
aspal lama pada campuran. Nilai kuat tekan hasil pengujian ini juga lebih kecil dibandingkan pengujian
campuran aspal emulsi oleh Hanief, 2006, dimana nilai UCS untuk benda uji dengan filler abu batu sebesar 2480,504 KPa. Hal ini disebabkan bentuk agregat hasil
bongkaran sudah mengalami perubahan dan deformasi akibat pegarukan dan pembebanan selama masa layan. Sesuai dengan konsep dasar aspal beton yang
memiliki gradasi menerus, bentuk agregat yang mendekati kubus akan membuat susuan agregat yang lebih baik dari agregat batuan yang memiliki sudut lebih banyak
sehingga kemampuan perkerasan akan lebih baik dalam menahan beban vertikal.
7. Analisis Hasil Pengujian ITS