36
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Al-Qur ‟an juz 30 merupakan kumpulan dari ayat-ayat dan surah-surah
yang diturunkan di awal dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah yang terdiri atas 37 surah yang di mulai dari surah An-Naba hingga surah An-Nas.
Jumlah keseluruhan ayat yang terdapat dalam juz 30 adalah 564 ayat. Gaya bahasa perbandingan banyak terdapat dalam Al-Qur
‟an juz 30, Berikut penjelasannya:
3.1. Surah An- Naba‟ 78
Surah an-Naba ‟ merupakan surah ke 78 yang terdiri atas 40 ayat dan
termasuk golongan surah makkiyyah. Pokok-pokok isinya mengenai keimanan: penegasan Allah terhadap pengingkaran orang-orang Musyrik terhadap adanya
hari berbangkit dan ancaman Allah terhadap sikap mereka; kekuasaan-kekuasaan Allah yang terlihat dalam alam sebagai bukti adanya hari berbangkit; peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada hari berbangkit; azab yang diterima orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah serta kebahagiaan yang diterima orang-orang
mu‟min di hari kiamat; penyesalan orang kafir di hari kiamat Assiddiqi, 1422 H: 1013.
Pada surah ini peneliti menemukan 5 macam gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio 2 ayat, metafora 3 ayat, personifikasi 1 ayat, alegori 12 ayat dan
Pleonasme 1 ayat, Berikut penjabaran gaya bahasa perbandingan : 1. Gaya bahasa koreksio, yang terdapat pada ayat 4 dan 5 yaitu:
a. ayat ke 4
Universitas Sumatera Utara
37
’amma yatasā’alūn ‘anin-nabāil ‘aẓīm ‘alażī hum fīhi mukhtalifūn kallā saya
’lamūn śumma kallā saya’lamūn
`
Tentang Apakah mereka saling bertanya- tanya. Tentang berita yang besar. Yang mereka perselisihkan tentang ini. Sekali-
kali tidak. kelak mereka akan mengetahui.
Ayat diatas menjelaskan tentang pengingkaran orang musyrik terhadap hari kiamat. Oleh karena itu Allah membuat ancaman yang keras. Muhammad,
2006: 379. Pada ayat diatas terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio yang
terletak pada kata
ل م
kall ā saya’lamun `sekali-kali tidak‟ yang merupakan
kecaman terhadap orang-orang kafir Mekah yang mengingkari hari kiamat. b. ayat ke 5
’amma yatasā’alūn ‘anin-nabāil ‘aẓīm ‘alażī hum fīhi mukhtalifūn kallā saya
’lamūn śumma kallā saya’lamūn
`
Tentang Apakah mereka saling bertanya- tanya. Tentang berita yang besar. Yang mereka perselisihkan tentang ini. Sekali-
kali tidak. kelak mereka akan mengetahui. Kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui.
Ayat diatas juga menjelaskan tentang pengingkaran orang musyrik terhadap hari kiamat. Oleh karena itu Allah membuat ancaman sekali lagi sebagai
kecamanan yang tegas. Muhammad, 2006: 379. Pada ayat ini juga terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio yang
terletak pada kata
ل م
kall ā `sekali-kali tidak‟ yang merupakan penegasan, dan
penguat terhadap pendapat orang-orang kafir Mekah yang mengingkari hari berbangkit dan hari kiamat.
2. Gaya bahasa metafora, yang terdapat pada ayat 7, 10 dan 13 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
38
a. ayat ke 7
wal-ji bāla `autādā `dan gunung-gunung sebagai pasak`,
Menurut Muhammad 2006: 379 ayat ini menjelaskan Allah telah menjadikan gunung-gunung itu sebagai pasak yang Dia pancangkan dan
tancapkan serta tetapkan sehingga menjadi diam dan tidak mengguncangkan para penghuni yang berada di atasnya.
Pada ayat diatas terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang terletak pada kata
اداح َ ٔا
` autādā `pasak-pasak`. Maksud dari ayat diatas bukanlah
pasak-pasak yang biasa digunakan sebagai penopang yang kuat pada bangunan melainkan bahasa kias untuk menyebutkan gunung-gunung dikarenakan sebagai
penopang agar tidak menggoncangkan para penghuni yang ada di atasnya. b. ayat ke 10
w a ja’alnā laila libāsā `dan Kami jadikan malam sebagai pakaian`.
Menurut Muhammad, 2006: 380 ayat ini menyebutkan malam sebagai pakaian yakni gelap dan hitamnya malam itu membuat orang-orang tenang.
Sedangkan, menurut Ashshiddiqi 1422 H: 1014 malam itu disebut pakaian karena malam itu gelap menutupi jagat sebagaimana pakaian menutupi tubuh
manusia.
Universitas Sumatera Utara
39
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang kegelapan malam yang menutupi alam sehingga
membuat orang-orang tenang sebagaimana pakaian menutupi tubuh manusia. Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang
terletak pada kata
ظا ابى ػػ و ا
`al-laiala l ibāsā `malam sebagai pakaian`. Maksud
dari ayat diatas bukanlah yang sebenarnya, melainkan bahasa kias dari kegelapan malam yang menutupi alam. Jadi malam itu disebut sebagai pakaian karena
malam itu gelap menutupi alam sebagaimana pakaian menutupi badan manusia. c. ayat ke 13
wa ja’alnā sirājān wa hājān `dan Kami jadikan pelita yang amat terang`. Menurut Muhammad 2006: 380 Ayat ini menjelaskan mengenai
matahari yang bersinar terang ke seluruh alam yang sinarnya menyinari seluruh penghuni bumi. Sedangkan menurut Zakaria 2012: 751 matahari di langit
berfungsi sebagai pelita yang sempurna. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ayat
tersebut menjelaskan tentang matahari dilangit berfungsi sebagai pelita yang sempurna karena sinarnya yang amat terang menyinari seluruh penghuni bumi.
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang
terletak pada kata
جاا َ ٌ أجاس ظ
sir ājān wa hājān `pelita yang amat terang`.
Maksud ayat diatas bukanlah yang sebenarnya yaitu pelita yang amat terang yang berupa lampu yang dipakai dirumah-rumah melainkan bahasa kias untuk
Universitas Sumatera Utara
40
menyatakan matahari. Jadi matahari itu disebut pelita yang amat terang dikarenakan mampu menerangi alam semesta sebagaimana pelita menerangi
kegelapan dalam rumah. 3. Gaya bahasa personifikasi, yang terdapat pada ayat 20
wa suyyirati al-jib ālu fakānat sarābā `dan dijalankanlah gunung-gunung Maka
menjadi fatamorganalah ia`. Menurut Muhammad 2006: 380 ayat di atas menjelaskan anggapan atau
khayalan manusia yang melihat bahwa ia gunung merupakan sesuatu padahal bukan apa-apa. Dan setelah semuanya hilang ia tidak lagi dapat dipandang serta
sama sekali tidak berbekas. Sedangkan menurut Zakaria 2012: 751 ayat di atas menjelaskan gunung-gunung yang keras akan lenyak seperti fatamorgana yang
tidak berwujud sebagai bukti bahwa Allah Maha Kuasa. Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ayat tersebut
menjelaskan tentang kekuasaan Allah atas anggapan manusia yang melihat bahwa gunung itu keras dan kokoh, padahal gunung tersebut akan lenyap seperti
fatamorgana yang tidak berbekas.
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu Personifikasi yang
terletak pada kalimat
أ ب أ ىجث
suyyirati al-ji bālu `dijalankanlah gunung-
gunung`. Adapun kata
ث
suyyirati `dijalankanlah` berarti tegak bergerak melangkah bertumpu pada kaki tidak duduk atau berbaring. Dalam ayat ini kata
Universitas Sumatera Utara
41
أ ب أ ىج
al-ji bālu `gunung-gunung` diperlakukan seperti sifatsikap yang dimiliki
manusia yaitu mempunyai kaki untuk bergerak dan berjalan. 4. Gaya bahasa Alegori, yang terdapat pada ayat 21-26 dan 31-36 yaitu:
a. ayat ke 21-26 menceritakan mengenai neraka
`inna jahannama k ānat mirṣādā, liṭṭāghīna ma`abā, laabiśīna fīhā `aḥqābā, lā
y ażūqūna fīhā bardā walā syarābā, `illā ḥamīmān wa ghassāqā, jazā`a wifāqā
`Sesungguhnya neraka Jahannam itu padanya ada tempat pengintai, Lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas, Mereka tinggal
di dalamnya berabad-abad lamanya, Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak pula mendapat minuman, Selain air yang mendidih dan
nanah, Sebagai pambalasan yang setimpal`.
Ayat-ayat ini menjelaskan mengenai balasan Allah terhadap orang-orang yang melampaui batas dengan banyak melakukan maksiat, membangkang dan
menentang para Rasul serta berbuat dzalim sewenang-wenang kelak mereka akan masuk neraka jahannam sebagai tempat kembali yang menyakitkan Muhammad,
2006: 382 .
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang
menceritakan dan menggambarkan neraka jahannam dengan tempat yang menyakitkan dengan air yang mendidih dan nanah, sebagai balasan atas perbuatan
orang-orang yang berbuat dosa ketika hidup di dunia. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
b. ayat ke 31-36 menceritakan mengenai neraka
Universitas Sumatera Utara
42
`inna lilmutta qīna mafāzā, hadā`iqa wa `a’nābā, wa kawā’iba `atrābā, wa
ka` sān dihāqā, lā yasma’ūna fīhā laghwan walā kiżżābā, jazā`an min rabbika
‘aṭā`an ḥisābā `Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, yaitu kebun-kebun dan buah anggur, Dan gadis-gadis remaja yang
sebaya, Dan gelas-gelas yang penuh berisi minuman. Di dalamnya mereka tidak mendengar Perkataan yang sia-sia dan tidak pula Perkataan dusta.Sebagai
pembalasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak`.
Seperti ayat-ayat sebelumnya, ayat-ayat ini menjelaskan mengenai balasan Allah terhadap orang-orang yang bertaqwa kelak mereka akan masuk surga
dengan segala fasilitas yang menakjubkan dan menentramkan jiwa sebagai tempat kembali yang menyenangkan Muhammad, 2006: 382 .
Pada ayat ini juga terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang
menceritakan dan menggambarkan kemenangan surga dengan tempat yang menyenangkan dengan kebun-kebun dan buah anggur, gadis-gadis remaja yang
sebaya, gelas-gelas yang penuh berisi minuman sebagai balasan bagi orang- orang yang bertaqwa. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis
parabel. 5. Gaya bahasa Pleonasme, yang terdapat pada ayat 40
`inn ā `anżarnākum ‘ażābān qarībān yauma yanẓuru al-mar`u mā qaddamat
y adāhu wa yaqūlul-kāfiru yālaitanī kuntu turābā `sesungguhnya Kami telah
memperingatkan kepadamu hai orang kafir siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir
berkata:Alangkah baiknya Sekiranya dahulu adalah tanah.
Universitas Sumatera Utara
43
Ayat ini menjelaskan mengenai perintah agar manusia memilih jalan yang benar kepada Tuhannya akan tetapi orang-orang kafir memilih jalan yang salah
dengan banyak melakukan dosa ketika hidup di dunia dan gambaran mengenai penyesalan orang-orang kafir dihari penghisaban Muhammad, 2006: 387
Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan pleonasme yang terdapat
pada kata
ياد ي
y adāhu `dengan tangannya sendiri` yang merupakan penguatan
terhadap kata sebelumnya yaitu
جمدؽ ما
mā qaddamat `apa yang telah diperbuat` yang menurut peneliti ketika seseorang berbuat sesuatu sudah pasti menggunakan
tangan.
3.2. Q.S. Surah An- Nāzi‟āt 79