47
Pada ayat-ayat diatas terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu
dipersonifikasi yang terletak pada kata
ٔا ظ ٍا
` arsāhā `dipancangkan-Nya`.
Pada ayat ini gunung yang merupakan benda yang sangat besar seolah kecil seperti kayu atau tongkat sehingga dapat dipancangkan.
4. Gaya bahasa Perumpamaan yang terdapat pada ayat 46
ka`annahum yauma y araunahā lam yalbaśū `illā ‘asyiyatan `au duḥāhā `Pada
hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa bagaikan tidak tinggal di dunia melainkan sebentar saja di waktu sore atau pagi hari`.
Ayat ini menjelaskan mengenai keadaan manusia ketika bangkit dari kubur mereka menuju padang masyar, mereka merasa kehidupan didunia itu sangat
sebentar sekali seakan-akan dalam pandangan mereka kehidupan dunia itu hanya satu sore atau sepanjang pagi saja Muhammad, 2006: 396 .
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan jenis perumpamaan yaitu
pada kata
نم ٔا
ka`anna `bagaikan` sebagai pembanding dan berfungsi mengumpamakan atau menyamakan kehidupan mereka di dunia dengan
ٔا َ عؽي ت ح ٍا
‘asyiyyatan au ḍuḥāhā `waktu sore atau pagi hari`.
3.3. Surah „abasa 80
Surah „Abasa merupakan surah ke 80 yang terdiri atas 42 ayat dan termasuk
golongan surah makkiyyah. Pokok-pokok isinya mengenai, 1. keimanan: dalil- dalil keEsaan Allah; keadaan manusia pada hari kiamat. 2 dan lain-lain: dalam
berdakwah hendaknya memberikan penghargaan yang sama kepada orang-orang
Universitas Sumatera Utara
48
yang diberi dakwah; cercaan Allah kepada manusia yang tidak mensyukuri nikmatNya Ashshiddiqi, 1422 H: 1023.
Pada surah ini peneliti menemukan 4 macam gaya bahasa perbandingan yaitu dipersonifikasi 1 ayat, metafora 2 ayat, koreksio 2 ayat, antisipasi 1 ayat,
Berikut penjabarannya : 1. Gaya bahasa Dipersonifikasi pada ayat 1
’abasa wa tawallā `Dia Muhammad bermuka masam dan berpaling`, Ayat ini menjelaskan perilaku Nabi Muhammad saw ketika beliau sedang
mendakwahi para pembesar kaum Qurays, kemudian tiba-tiba datang seorang buta yaitu Ibnu Ummi Maktum meminta agar Rasulullah mengajarkan ilmu agama
kepadanya, karena Rasulullah pada saat itu sedang sibuk berdakwah kepada pembesar kaum Qurays maka rasulullah bermuka masam dan berpaling terhadap
Ibnu Ummi Maktum Muhammad, 2006: 398
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu dipersonifikasi
yang terdapat pada kata
طبع
`abasa `Dia Muhammad bermuka masam`. Pada ayat ini muka yang merupakan salah satu anggota tubuh manusia seolah masam
yang merupakan kata sifat yang biasa dipakai untuk menyatakan rasa pada suatu makanan. Dari ciri tersebut maka ayat diatas merupakan jenis gaya bahasa
dipersonifikasi. 2. Gaya bahasa Metafora yang terdapat pada ayat 3 dan 7 yaitu:
a. Ayat ke 3
Universitas Sumatera Utara
49
wa mā yudrika la’allahū yazzakkā `Tahukah kamu barangkali ia ingin
membersihkan dirinya`, Menurut Muhammad 2006: 398 ayat ini menjelaskan mengenai
pencapaian kesucian dan kebersihan dalam dirinya. Sedangkan menurut zakaria 2012: 398 mengatakan yang dimaksud dalam ayat ini adalah bimbingan rohani
tidak dapat diukur dengan kedudukan sesorang.
Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang
terletak pada kata
م صي
yazzakk ā `membersihkan diri`. Maksud ayat diatas
bukanlah yang sebenarnya yaitu membersihkan diri; menghilangkan kotoran maupun najis yang melekat di badan agar badan menjadi bersih melainkan bahasa
kias untuk menyatakan bertaubat. Jadi bertaubat itu disebut membersihkan diri dikarenakan merupakan perbuatan menghilangkan diri dari segala dosa
sebagaimana membersihkan diri dari kotoran maupun najis yang melekat di badan.
b. Ayat ke 7
wa mā ‘alaika `allā yazzakkā `Padahal tidak ada celaan atasmu kalau Dia tidak
membersihkan diri`. Menurut Muhammad, 2006: 398 ayat ini juga menjelaskan mengenai
tidak ada tuntutan melakukan hal tersebut jika dia tidak membersihkan diri, sedangkan menurut Zakaria 2012: 398 mukmin dan dai bertugas menyampaikan
pesan iman yang suci dan penuh kasih sayang.
Universitas Sumatera Utara
50
Pada ayat ini juga mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu metafora
yang terletak pada kata
م صي
yazzakk ā `membersihkan diri`. Maksud ayat diatas
bukanlah yang sebenarnya yaitu membersihkan diri; menghilangkan kotoran maupun najis yang melekat di badan agar badan menjadi bersih melainkan bahasa
kias untuk menyatakan bertaubat. Jadi bertaubat itu disebut membersihkan diri dikarenakan merupakan perbuatan menghilangkan diri dari segala dosa
sebagaimana membersihkan diri dari kotoran maupun najis yang melekat di badan.
3. Gaya bahasa koreksio yang terdapat pada ayat 11 dan 23 yaitu: a. Ayat ke 11
`kall ā `innahā tażkirah Sekali-kali jangan demikian Sesungguhnya ajaran-
ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan`, Ayat ini menjelaskan bahwasanya surat atau wasiat agar berlaku sama
kepada seluruh ummat manusia dalam menyampaikan ilmu baik antara orang mulia maupun hina Muhammad, 2006: 398
Pada ayat-ayat diatas terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio
yang terletak pada kata
ل م
kall ā `sekali-kali jangan‟ yang merupakan penegasan,
perbaikan dan sanggahan terhadap perbuatan Rasulullah pada waktu itu ketika berdakwah hanya melayani pembesar-pembesar Quraisy yang diharapkannya
masuk Islam dan mengabaikan orang lain. b. Ayat ke 23
Universitas Sumatera Utara
51
kallā lammā yaqḍi mā’akmarahu `Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya`.
Ayat ini menjelaskan mengenai Allah berfirman sekali-kali masalahnya tidak seperti apa yang dikatakan orang kafir bahwa dia telah menunaikan hak
Allah atas dirinya baik berkenaan dengan dirinya maupun harta bendanya Muhammad, 2006: 401 .
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu koreksio yang
terletak pada kata-kata
ل م
kalla `sekali-kali jangan`, yang merupakan penegasan, perbaikan dan sanggahan terhadap manusia yang tidak tahu hakikat
dirinya dan beranggapan telah melaksanakan kewajiban yang diperintahkan Allah. 4. Gaya bahasa antisipasi yang terdapat pada ayat 17
qutila al-`ins ānu mā `akfarah `Binasalah manusia; Alangkah Amat sangat
kekafirannya` Ayat ini menjelaskan mengenai akibat yang akan diterima jenis manusia
yang suka berbuat dusta, karena terlalu banyak mendustakan hari berbangkit tanpa sandaran yang jelas, bahkan hanya menjauhi saja tanpa didasari ilmu
Muhammad, 2006: 401
Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi yang
terletak pada kalimat
عاوؿإا و
qutila al-`ins ānu `Binasalah manusia`. Dalam
ayat ini Allah menyebutkan dahulu akibat dari kekafiran manusia terhadap Allah
Universitas Sumatera Utara
52
yaitu dengan suatu kebinasaan. Dari ciri tersebut maka ayat ini termasuk gaya bahasa bahasa perbandingan yaitu antisipasi.
3.4. Surah A - akwir 81