81
wa ` ammā man bakhila wastaghnā, wa każżaba bil-husnā, fasanuyassiruhū
li l’usrā, wa mā yughnī ‘anhu māluhū `iżā taraddā `Dan Adapun orang-orang
yang bakhil dan merasa dirinya cukup, Serta mendustakan pahala terbaik, Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar. Dan hartanya tidak
bermanfaat baginya apabila ia telah binasa`.
Ayat-ayat diatas menjelaskan mengenai balasan Allah kepada orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan adanya pahala dan dosa
maka kelak Allah akan menyulitkan jalannya menuju hidayah serta penyesalan atas harta yang di agung-agungkannya Muhammad, 2006: 486
Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu alegori yang
menceritakan dan menggambarkan orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup dengan baginya jalan yang sukar yang bermaksud menyamakan jalan yang sukar
dengan orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala terbaik. Dari ciri-ciri diatas maka ayat ini termasuk alegori jenis parabel.
3.16. Surah A ḍ-ḍuhā 93
Surah A ḍ-ḍuhā merupakan surah ke 93 yang terdiri atas 11 ayat dan
termasuk golongan surah makkiyyah. Isi kandungan surah ini mengenai Allah sekali-kali tidak meninggalkan Nabi Muhammad isyarat dari Allah bahwa
kehidupan dan dakwah beliau akan bertambah baik dan berkembang; larangan menghina anak yatim dan menghardik orang yang meminta-minta dan perintah
untuk selalu bersyukur Ashshiddiqi, 1422 H: 1069. Pada surah ini peneliti menemukan 1 macam gaya bahasa perbandingan
yaitu antitesis 3 ayat. Berikut penjabarannya:
Universitas Sumatera Utara
82
1. Gaya bahasa antitesis yang terdapat pada ayat 6, 7 dan 8 yaitu: a. ayat 6
`alam yajidka yat īmān fa`awā `bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang
yatim, lalu Dia melindungimu` Ayat ini menjelaskan dan mengingatkan kepada Nabi Muhammad agar
selalu menyantuni dan memelihara serta melindungi para anak yatim sebagaimana dahulu Allah melindungi beliau melalui kakek beliau Abdul Muthalib dan paman
beliau Abu Thalib Muhammad, 2006: 493
Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis yang
terdapat pada kata
يماخ ي
y atīmān `seorang yatim` dan
ِ َ ػٔا
fa`aw ā `
melindungimu`. Kata
يماخي
y atīmān `seorang yatim` dan
ِ َ ػٔا
fa`aw ā `
melindungimu` merupakan dua hal yang memiliki makna bertentangan. b. ayat 7
wa wajadaka ḍāllān fahadā `Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang
bingung, lalu Dia memberikan petunjuk`. Ayat ini menjelaskan sekaligus mengingatkan Nabi Muhammad agar
senantiasa memberikan pertolongan kepada semua orang baik yang diminta maupun tidak diminta. Yang dimaksud dengan bingung di sini ialah kebingungan
untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad s.a.w. sebagai jalan untuk memimpin
ummat menuju keselamatan dunia dan akhirat. Muhammad, 2006: 494
Universitas Sumatera Utara
83
Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis yang
terdapat pada kata
ضال
ḍāllān `seorang yang bingung` dan
د ِ ٍ ؼ
fahad ā `maka
Dia memberikan petunjuk`. Kata
ضال
ḍāllān `seorang yang bingung` dan
د ِ ٍ ؼ
fahadā `maka Dia memberikan petunjuk` merupakan dua hal yang memiliki makna bertentangan.
c. ayat 8
wa wajadaka ‘ā`ilān fa`aghnā `Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang
kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan`. Ayat ini menjelaskan sekaligus mengingatkan Nabi Muhammad saw agar
senantiasa membantu orang-orang yang kekurangan dengan meringankan beban dan memberikan keperluan mereka sebagaimana dahulu Allah memberikan
kecukupan dan kedudukan Muhammad, 2006: 494
Pada ayat ini mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis yang
terdapat pada kata
ؿاػاع
‘ā`ilān `seorang yang kekurangan` dan
ّ ىغؼ ٔا
fa` aghnā
`lalu Dia memberikan kecukupan`. Kata
ؿاػاع
‘ā`ilān `seorang yang kekurangan` dan
ّ ىغؼ ٔا
fa`aghn ā `lalu Dia memberikan kecukupan` merupakan dua hal yang
memiliki makna bertentangan.
3.17. Surah Asy-Syarh 94